Disclaimer
Cerita ini murni khayalan Author semata, tidak ada hubungan dengan dunia nyata, atau bermaksud menyinggung siapapun.*****
Mew tersenyum ketika melihat kekasihnya yang tampak salah tingkah, saat ia mengajukan lamaran pernikahan padanya. Tul terlihat berkali-kali lipat menggemaskan dengan wajahnya yang memerah hingga ke ujung telinga, jangan lupakan tingkahnya yang terlihat sangat kebingungan.
Mata tajamnya selalu mengikuti gerak-gerik pujaan hatinya, sebenarnya, ada rasa takut ketika ia melihat Tul berbalik tanpa menjawab pertanyaannya. Namun, semua ketakutan itu lenyap ketika sang kekasih kembali dan ikut berjongkok didepannya sembari memegang sebuah cincin yang diperolehnya dari phi Dong, pembawa acara hari ini.
"Aku pernah bilangkan, jika hari ini terjadi, aku akan ikut berlutut juga, ngomong-ngomong, apakah mereka semua mengetahui hal ini?"
Mew menggeleng, "tidak, hanya beberapa orang saja yang mengetahuinya"
"Bagaimana dengan ibuku?"
Mew tersenyum canggung, karena kesibukannya mempersiapkan acara ini, ia belum sempat memberitahukan hal ini pada siapapun, bahkan ibunya sekalipun.
"Belum, tapi setelah semuanya selesai aku akan membicarakan hal ini padanya"
Mew menggigit bibir bagian bawahnya kuat, menahan rasa gemas karena tingkah kekasihnya, tangannya bergerak menarik tubuh Tul ke dalam dekapan hangatnya.
Ia mengelus pelan pinggang ramping kekasihnya, sebelum melepaskannya dan memasangkan cincin di jari manis sang kekasih.Ia dapat melihat mata kekasihnya yang berkaca-kaca, jelas, Tul pasti sangat terkejut, karena rencana lamaran ini, harusnya masih beberapa tahun lagi, tepatnya, ketika projek besar mereka telah rampung. Namun, Mew tidak akan mau menunggu selama itu, sebisa mungkin ia harus segera menjadikan Tul miliknya, jika bukan lewat pernikahan, setidaknya kekasihnya itu harus sah menjadi tunangannya.
"Will you marry me?" tanya Tul sembari menyodorkan sebuah cincin ke arahnya.
Mew mengangguk dan tersenyum tulus, bersama Tul dia begitu merasakan apa itu 'setara'. Kekasihnya yang begitu hangat, sesuai dengan arti namanya 'Pakorn' yang berarti matahari, lelaki yang hadir dengan sifat cerianya, mampu menghiasi hari-harinya yang kelabu, laksana mentari yang menyinari gelapnya bumi, begitulah arti sang kekasih di hidupnya. Mew sangat mencintai sosok lelaki didepannya ini, bahkan tidak ada kata cinta yang mampu mendeskripsikan bagaimana perasaannya pada Tul.
"Sekarang semua terlihat begitu nyata"
Mew tertawa keras mendengar perkataan Tul, astaga, memangnya kejutan ini terlihat seperti apa di mata kekasihnya itu?. Dia segera menarik Tul dan mendekapnya erat, sebelum kemudian mereka bangkit berdiri, dan memberikan sedikit kecupan pada kekasihnya.
Sorakan ramai terdengar dari para fans didepan mereka, sangking groginya Mew dengan acara hari ini, dia sampai melupakan banyaknya orang diruangan ini. Mereka segera menjauhkan tubuh masing-masing membuang pandangan ke arah lain, menghilangkan rasa malu akibat teriakan heboh dari para fans.
"Jangan menangis, ini adalah hari bahagia kita"
.....
"Padahal hari ini aku dilamar, tapi 2 hari lagi, tunanganku harus meninggalkanku karena pentasbihan"
Mew menghela nafasnya pasrah, ketika mendengar gerutuan yang sama dari bibir kekasihnya.
"Hanya 2 minggu sayang, setelah itu kita akan bersama lagi"
Tul cemberut, "tetap saja, kita akan berjarak"
Mew terkekeh, tangannya mengelus rambut sang kekasih yang kini berada di atas dadanya.
"Kita sudah pernah menjalani LDR yang lebih lama dari ini, dan kita bisa melaluinya kan?" ucapnya sembari memberikan kecupan lembut di ujung kepala Tul.
Tul mengangguk, ia mendongak menatap wajah tampan kekasihnya.
"Kenapa phi tiba-tiba ingin melamarku?"Mew mengangkat satu alisnya bingung, "aku ingin melamarmu dari lama, kamu yang selalu menundanya, ingat?"
Memang benar, sedari awal hubungan mereka, Mew sudah ingin memiliki hubungan yang serius dengan Tul. Namun, keinginannya di tolak mentah-mentah oleh lelaki itu, dengan alasan belum siap. Bahkan, untuk sekedar mempublikasikan hubungan mereka, kekasihnya itu butuh waktu lama untuk menyetujuinya. Mew tidak bisa menyalahkannya, karena mau bagaimanapun, hubungan sesama jenis masih belum memiliki hukum yang jelas di negaranya. Belum lagi, beberapa oknum fanatik yang lumayan menganggu kebebasannya.
Tul cemberut, "Aku kan belum terlalu yakin, dan tolong jangan mengalihkan pembicaraan"
"Aku hanya berfikir untuk memilikimu sebelum pantasbihanku, jadi, aku bisa sedikit lebih tenang, memangnya kamu tidak suka?" tanyanya dengan nada yang menggoda.
Tul mengangguk malu-malu, "tentu saja suka, belum pernah ada seseorang yang memperlakukanku sebaik dirimu phi, terimakasih" ucapnya mengulangi apa yang disampaikan saat acara tadi.
Mew mencium pipi kekasihnya, menghirup aroma wangi yang dikeluarkan darinya, "iya sayang, jangan selalu mengucapkan terimakasih, semua kulakukan karena aku mencintaimu"
Tul merona malu mendengar ungkapan cinta kekasihnya, "aku juga mencintaimu phi" balasnya sembari menenggelamkan wajah memerahnya di dada bidang sang kekasih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Best Friend To Love (One-shoot Stories)
Fanficbuku ini akan berisi kisah cerita yang berbeda, kisah cinta antara Mew Suppasit Jongcheveevat dan sang kekasih Tul Pakorn Thanasrivanitchai. cerita pendek non AU murni imajinasi author. Buku yang tidak akan tamat, sebelum pemilik kisah yang mengakh...