Disclaimer
Cerita ini murni khayalan Author semata, tidak ada hubungan dengan dunia nyata, atau bermaksud menyinggung siapapun.*****
Kringggg...
I know i know iam happier when you around..Alarm yang berbunyi nyaring tidak juga berhasil membangunkan 2 insan yang kini tengah asik terlelap sembari berpelukan erat. Entah sudah berapa kali benda itu berdering, berniat membangunkan sang pemilik, namun sayang niat baiknya tidak di sambut baik, dan malah diabaikan begitu saja. Namun, untuk dering kali ini, sepertinya usaha benda itu tidak sia-sia terbukti dari kerjapan kelopak mata salah satu dari mereka.
"Ughh, hoam"
Pria itu menggerakkan tubuhnya pelan, berusaha melepaskan pelukan erat dari kekasihnya.
"Phi.. bangun. Katamu ada syuting pagi ini"
"Sebentar Tul, 5 menit lagi" ucapnya sembari memeluk perut pria disebelahnya erat.
Tul mendengus, tangannya mengelus rambut lembut milik sang kekasih.
"Jangan salahkan aku kalau nanti kamu terlambat"Mew hanya diam, pria itu masih asik mengarungi dunia mimpinya.
"Lepaskan aku dulu phi, aku akan membuat sarapan" -Tul melepaskan tangan kokoh yang sedang memeluk perutnya itu.
Mew menggeleng, "sebaiknya kita tidur saja, hari ini aku tidak memiliki jadwal apapun, syuting yang kemaren kubicarakan itu, ditunda karena sutradara sedang sakit"
Tul mengangguk, kebetulan hari ini dia juga sudah menyelesaikan semua pekerjaannya, jadi tak apalah untuk bersantai sesekali. Ia kemudian merebahkan dirinya disamping Mew.
Plakk
"Kau bilang hanya tidur" protesnya ketika tangan sang kekasih meraba-raba tubuhnya.
Mew terkekeh sebelum kemudian bergerak mengukung tubuh Tul.
"Sepertinya phi berubah pikiran sayang"
Tul yang mendengar perkataan itu, hanya mampu memutar bola matanya malas, ia pasrah tentang apapun yang akan dilakukan oleh pria diatasnya itu.
______________
"Kita sudah sepakat Jom, hari ini aku libur, tapi kenapa kau malah mengambil acara itu!!?" -Mew menatap tajam manager sekaligus adik kandungnya itu, oh ayolah. Bukannya mereka sepakat untuk libur hari ini. Tapi, apa ini?, adiknya malah menerima acara secara mendadak, merusak pagi panasnya dengan Tul.
"Sudahlah phi, kau sudah berulang kali mengatakan hal itu. Aku minta maaf oke. Tapi, acara ini memang sangat penting.
Mew mendengus, ia kemudian melempar pandangannya ke arah lain.
Ting
Teerak❤️
Phi aku pergi kerumah sakit, kakek kritis, phi membawa kunci kondo kan?
..
.
"Bagaimana keadaan kakek ma?"
Tul bertanya khawatir, tadi ia sedang bersantai di rumahnya. Dan sang ibu menghubunginya bahwa keadaan kakeknya kritis.
"Mama juga tidak tahu nak, dokter sedang memeriksa kakekmu"
Tul mengangguk lemas, ia kemudian duduk di kursi tunggu rumah sakit.
Drttt... Drttt
Ia menunduk, melihat ID pe nelpon, bibirnya tersenyum tipis ketika mendapati nama seseorang yang beberapa tahun ini selalu menemaninya.
"Sayang, bagaimana?"
Matanya memanas tatkala mendengar kalimat sederhana itu.
"Aku tidak tahu phi... " Senggukan pelan tak kuasa ditahannya ketika menjawab pertanyaan bernada khawatir dari seseorang di sebrang sana.
"Sayang.. kamu tenang ya, semua akan baik-baik saja, setelah ini.. phi akan segera menyusulmu"
Tul mengangguk, walaupun hal itu tidak bisa dilihat oleh Mew.
"Terimakasih"
"Hey, untuk apa ucapan itu, aku kekasihmu"
****
"Sabar sayang" -Mew mengelus lembut punggung rapuh pemuda di dalam dekapannya itu, bibirnya berbisik lirih memberikan kalimat penghiburan bagi kekasihnya yang kini sedang berduka.
"Kakek pergi phi" -Tul menangis pilu, menumpahkan segala kesedihannya dalam dekapan hangat yang selalu mampu menenangkan kerisauannya.
Kematian sang kakeh, memberikan luka tak kasat mata yang mungkin butuh waktu lama untuk sembuh. Seseorang yang selalu ada di masa terendah hidupnya, seseorang yang mau menerima hubungannya, seseorang yang selalu menatapnya bangga, mendukung semua mimpinya. Kini, sosok itu tengah terbaring nyaman, dengan mata yang terpejam erat. Kakeknya pergi, kakeknya sudah tidak merasakan rasa sakit lagi.
"Sttt, sayang.. kakek sudah tenang, ikhlas ya... " - Mew menghapus air mata kekasihnya, memeluknya dan menyembunyikan wajah sembab itu ke dalam dekapannya.
"Phi disini, phi akan selalu disampingmu"
Tul mengangguk, ia mendongak, "phi, apa tidak sebaiknya kau pulang dulu. Datanglah besok, ketika upacara pemakaman. Aku tidak mau orang-orang curiga"
Mew memutar bola matanya malas, bahkan disaat seperti ini pun, kekasihnya itu masih memikirkan hal seperti itu?.
"Sayang.."
"Kumohon phi.."
Mew hanya bisa mengangguk pasrah, ia tidak mungkin bisa menang jika disuguhkan raut memelas yang selalu saja ditampilkan oleh kekasihnya ketika meminta sesuatu.
"Baiklah, phi akan datang kesini besok malam"
KAMU SEDANG MEMBACA
Best Friend To Love (One-shoot Stories)
Fanfictionbuku ini akan berisi kisah cerita yang berbeda, kisah cinta antara Mew Suppasit Jongcheveevat dan sang kekasih Tul Pakorn Thanasrivanitchai. cerita pendek non AU murni imajinasi author. Buku yang tidak akan tamat, sebelum pemilik kisah yang mengakh...