Disclaimer
Cerita ini murni khayalan Author semata, tidak ada hubungan dengan dunia nyata, atau bermaksud menyinggung siapapun.*****
"kita mau kemana?"
Mew menoleh, ia hanya tersenyum tanpa sedikitpun niat untuk membalas pertanyaan dari pria tampan yang duduk di sebelahnya.
"Phi..?"
"Jika phi mengatakannya, itu bukan lagi kejutan sayang"
Tul berdehem, mengalihkan pandangannya ke arah luar, selalu seperti ini, padahal, sudah hampir 2 tahun mereka menjalin hubungan. Namun, ia masih belum terbiasa dengan panggilan Mew untuknya.
Mew mengelus kepala kekasihnya gemas, ia kemudian mulai memfokuskan dirinya untuk mengemudi ke tempat yang sudah ia persiapkan.
Beberapa menit berlalu, sampailah mereka di sebuah restoran ternama yang berada di Bangkok, Mew memarkirkan mobilnya, dan menggandeng sang kekasih untuk masuk.
Kaki jenjangnya terus berjalan, menuju sebuah meja yang terletak di pinggir jendela, menghadap langsung ke arah jalan raya, pemandangan di sana terlihat luar biasa, dengan kesan mewah dan juga elegan secara bersamaan.
Pelayan restoran bergerak melayani mereka, menyajikan hidangan mewah untuk mereka berdua.
Tul bergerak menyendok hidangan didepannya, dan mengarahkannya ke dalam mulutnya. Ia memejamkan mata ketikan rasa nikmat hinggap di lidahnya. Disisi lain, sedari tadi, tatapan tajam dari seorang Mew Suppasit tidak sedetikpun teralih dari wajah tampan yang entah kenapa akhir-akhir ini terlihat ayu di matanya.
"Phi tidak makan?"
Mew tersentak, ia kemudian mulai memakan makanannya.
Heningg
Beberapa saat kemudian tepat ketika Tul meletakkan sendok dan garpunya, pelayan kembali datang sembari membawakan kue ulang tahunnya.
Matanya melihat sang kekasih yang kini tengah tersenyum manis ke arahnya.
"Happy Birth Day ma Boy"
.....
"Phi?"
Tul menoleh terkejut ke arah Mew, ketika matanya menemukan lukisan kota yang beberapa bulan ini sangat ia rindukan, kota yang sudah ia anggap rumah kedua di hidupnya. New York.
Kakinya melangkah cepat, bahkan sangking senangnya ia bersimpuh di lantai, berpose memeluk lukisan itu sembari menghadap ke arah Mew yang tengah mengabadikan momen mereka.
Mew tersenyum bahagia, melihat sang kekasih yang sangat menyukai hadiahnya. Lukisan itu, adalah lukisan yang menampilkan kota besar New York, siapa yang menyangka, bahwa lukisan itu dilukis oleh seorang anak yang baru berusia 9 tahun.
"Apakah kamu suka hadiahnya sayang?"
Tul mengangguk semangat, ia bangkit menerjang tubuh atletis sang kekasih.
"Aku sangat menyukainya phi, terimakasih"
Mew mengangkat satu alisnya, "hanya itu?, apakah tidak ada hadiah lain sebagai imbalan karena aku telah membuatmu bahagia?" Tanyanya menggoda.
Tul tersenyum, dan mulai mendekatkan bibirnya ke arah Mew.
Cup
Grep
Mew menahan tengkuk sang kekasih, ketika Tul berniat untuk menjauhkan bibirnya. Ia memperdalam ciuman mereka, menyesap bibir atas dan bawah, berlanjut memainkan lidah sang kekasih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Best Friend To Love (One-shoot Stories)
Fiksi Penggemarbuku ini akan berisi kisah cerita yang berbeda, kisah cinta antara Mew Suppasit Jongcheveevat dan sang kekasih Tul Pakorn Thanasrivanitchai. cerita pendek non AU murni imajinasi author. Buku yang tidak akan tamat, sebelum pemilik kisah yang mengakh...