8. Azerel tidak memiliki banyak waktu

78 12 0
                                    

Taran tidak pernah berhenti sama sekali untuk mendekati Azerel, dia menggunakan banyak cara agar Azerel mau menerimanya dengan baik. Ketika tidak di anggap sama sekali, entah kenapa rasanya menyakitkan juga.

Padahal dari awal pun Taran tidak peduli, dia yang menjadi anak haram. Merasa masa bodoh jika harus di abaikan, Taran benar-benar sudah terbiasa. Namun, karena berkeinginan menjadi kepala keluarga.

"Kenapa kau selalu mengikuti ku? Aku tidak punya banyak waktu untuk meladenimu Taran," kata Azerel yang kembali mengabaikan Taran.

Kemudian Taran pun menarik pergelangan tangan Azerel, kali ini dia hanya menariknya dengan pelan. Tatapan matanya juga terlihat sangat sendu, tatapan yang sebelumnya tidak pernah dilihat oleh Azerel.

Dulu cowok itu hanya menatapnya sekilas, dan sesekali mendekatinya untuk membicarakan hal yang menurutnya penting.

"Apa aku pantas untuk diabaikan?"

"Jangan bertanya padaku?" Sahut Azerel yang menghempaskan tangan Taran dengan kasar.

Azerel tidak akan peduli lagi pada Taran, dia tidak akan pernah tertipu lagi dengan senyumannya. Memang benar, tidak ada waktu yang harus dihabiskannya bersama Taran.

Seseorang yang telah membunuh Xaeran, tidak akan diperlakukan dengan baik oleh Taran. Bahkan Azerel saja berani memanggilnya hanya dengan namanya saja. Padahal Taran sudah resmi menjadi tuan mudanya juga, meskipun dia tidak akan menjadi kepala keluarga.

"Tolong jangan abaikan aku."

"Aku sama sekali tidak peduli padamu, Taran. Berhenti memohon seperti itu, karena kau hanyalah seseorang yang akan menyusahkan ku di masa depan," ucap Azrel yang melangkah menjauh.

Raut wajahnya terlihat kesal, tangannya juga terkepal kuat. Taran tidak tahu sama sekali, atas dasar apa Azerel memperlakukannya seperti itu.

Jika dia di benci karena bisa mengancam posisi Xaeran hal seperti itu wajar saja. Akan tetapi, Azerel bukan hanya sekadar membencinya saja. Melainkan amarahnya itu seolah-olah ingin membunuhnya.

"Apa yang kau bicarakan dengan Azerel?"

Taran menatap ke arah seseorang yang baru saja mempertanyakan hal demikian. Dia tersenyum tipis, sambil menepuk-nepuk pundaknya pelan. "Aku tidak berniat merebutnya darimu, jangan mewaspadai ku kakak."

Setelah mengatakannya, Taran langsung saja pergi. Dia tidak berniat untuk banyak bicara dengan Xaeran. Kedatangan ke sini juga, bukan untuk dekat dengan Xaeran. Dia berkeinginan merebut posisinya, dan menjalani kehidupan dengan baik.

Tidak peduli jika Xaeran akan menderita karenanya. Kehidupannya dengan Xaeran saja sudah di bedakan, tidak adil sama sekali.

"Kenapa kau sering datang di tempat pelatihan para kesatria, kau tidak seharusnya sering-sering datang ke sini. Istirahatlah dengan cukup, dan biarkan Zaerel memeriksa kondisimu," ucap Luke yang entah sejak kapan dia sudah berada di dekat Xaeran.

"Ya karena aku berusaha untuk menjadi kuat, yah. Aku harus bisa berpedang, agar aku pun bisa melindungi diriku sendiri."

Luke tersenyum tipis, dia juga mengelus lembut pundak Xaeran dan merangkulnya. Azerel yang melihat hal tersebut tentunya terkejut, bagaimana tidak. Luke tidak pernah melakukan hal seperti itu sebelumnya.

Dia merupakan seorang ayah yang dingin pada anak-anaknya, dan bahkan tidak pernah menunjukkan kepeduliannya. Apakah semuanya memang telah berubah? Yang terjadi sebelumnya tidak akan sama dengan yang sekarang.

"Jadi aku juga tidak memiliki banyak waktu, aku jangan sampai tertipu dengan Taran. Hanya karena semua yang akan saksikan sekarang berbeda dari sebelumnya, belum tentu Taran pun berubah," tutur Azerel yang kembali berlatih sendirian.

Mengulang Waktu Demi Tuanku Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang