Bab 4 (Kunjungan Tak Terduga)

42 7 0
                                    

Beberapa bulan telah berlalu sejak Sooji mulai tinggal di Jeju. Perlahan-lahan, rutinitas di restoran dan keindahan pulau itu mulai menenangkannya. Meskipun mimpi buruk masih menghantui, Sooji mulai merasa sedikit lebih baik. Kakaknya, Hyunsik, dan Minjeong menyadari perubahan positif itu dan berusaha menjaga agar Sooji tetap sibuk dan terlibat dalam pekerjaan restoran.

Namun, pada suatu hari yang cerah, ketenangan di restoran mereka terusik oleh kedatangan tamu istimewa-sebuah boyband terkenal yang sedang syuting liburan mereka di Pulau Jeju. Restoran kecil mereka tiba-tiba dipenuhi dengan kegembiraan dan keramaian. Minjeong, yang biasanya tenang, terlihat sibuk mengarahkan para staf untuk memastikan bahwa semua berjalan lancar. Hyunsik berusaha tetap profesional, meskipun ada kegembiraan yang tak dapat disembunyikan di wajahnya. Bagaimanapun, kehadiran BTS di restoran mereka adalah momen yang jarang terjadi.

Sooji, yang selama ini bekerja di belakang layar, terpaksa keluar untuk membantu melayani para tamu. Saat ia mengantar makanan ke meja mereka, Sooji mencoba untuk tetap tenang, meskipun perasaannya campur aduk. Dia terbiasa dengan dunia selebriti saat masih bekerja sebagai desainer di Seoul, tetapi sejak peristiwa dengan Sunjae, kepercayaan dirinya runtuh. Sekarang, berdiri di hadapan orang-orang terkenal ini membuat Sooji merasa canggung dan terintimidasi.

Di tengah keramaian, saat Sooji sedang melayani tamu lain, tiba-tiba sebuah suara keras menghentikan segalanya. Ibu Sunjae muncul dari kerumunan, wajahnya penuh dengan kemarahan yang membara. Sebelum Sooji bisa bereaksi, ibu Sunjae langsung menamparnya dengan keras, menyebabkan semua orang di restoran terkejut. Keributan ini menarik perhatian semua orang di restoran, termasuk para anggota BTS yang awalnya duduk santai menikmati makanan mereka.

"Sooji! Ini semua salahmu!" teriak wanita itu, yang tak lain adalah ibu Sunjae.

Semua orang di restoran terdiam, menyaksikan dengan kaget. Ibu Sunjae terus memaki Sooji, menuduhnya sebagai penyebab kematian anaknya. Sooji hanya berdiri kaku, tidak berusaha membela diri atau menghindar dari pukulan yang dilayangkan padanya.

"Kau pantas mendapatkannya! Kau menghancurkan hidup anakku!" teriak ibu Sunjae, air matanya mengalir deras.

Sooji hanya bisa berdiri diam, tubuhnya kaku seperti patung, menerima semua pukulan dan hinaan itu tanpa melawan. Hati Sooji kembali hancur. Rasa sakit fisik yang ia rasakan tidak sebanding dengan penderitaan emosional yang tiba-tiba menyerangnya. Wajah Sunjae kembali muncul dalam benaknya, dan perasaan bersalah yang selama ini ia coba redam kembali menghantui. Air mata mengalir dari sudut matanya, tetapi Sooji tetap tidak bergerak, seolah tubuhnya telah kehilangan nyawa.

Hyunsik dan Minjeong segera bergegas untuk melindungi Sooji. Mereka berusaha menenangkan ibu Sunjae, memohon agar dia berhenti menyerang Sooji.
"Maafkan kami, tapi tolong hentikan. Ini bukan tempat untuk mengungkit masa lalu."

Minjeong ikut mendekat, mencoba menenangkan ibu Sunjae. "Kami sangat menyesal atas apa yang terjadi, tapi Sooji juga sedang berusaha pulih. Tolong beri dia waktu."

Di tengah kekacauan itu, Jungkook, salah satu anggota BTS, merasa hatinya tergerak. Dia menatap Sooji yang diam terpaku, dan sebuah perasaan aneh mulai tumbuh dalam dirinya-sebuah keinginan untuk melindungi dan menenangkan wanita yang tampak begitu rapuh di hadapannya. Jungkook tak bisa menjelaskan mengapa, tetapi melihat Sooji dalam kondisi seperti itu membuat hatinya terluka.

Setelah beberapa saat, akhirnya keadaan mulai kondusif kembali. Hyunsik dan Minjeong berhasil menenangkan ibu Sunjae, yang akhirnya pergi dengan marah tetapi juga dalam kepedihan yang mendalam. Sooji masih berdiri di tempat yang sama, wajahnya pucat, matanya kosong. Dia tidak merasakan sakit dari luka di sudut bibirnya, hanya kekosongan yang menelan dirinya. Hyunsik menuntun Sooji untuk duduk, sementara Minjeong mengambil perban untuk mengobati luka di sudut bibirnya.

"Maafkan aku, Hyunsik-oppa... Minjeong eonni..." bisik Sooji lemah, suaranya nyaris tak terdengar.

"Jangan berkata begitu, Sooji. Ini bukan salahmu," kata Hyunsik lembut, menatap adiknya dengan penuh kasih sayang.

"Yang penting sekarang adalah kau istirahat, oke?" tambah Minjeong, dengan hati-hati mengoleskan salep di luka Sooji. "Kita bisa bicara nanti."

Jungkook terus memperhatikan Sooji dari jauh. Saat mereka memutuskan untuk meninggalkan restoran, Jungkook tidak bisa menahan diri untuk menoleh sekali lagi. Dia melihat Sooji yang sedang duduk terdiam dengan Minjeong yang mencoba mengobati lukanya. Ada sesuatu dalam diri Sooji yang membuat Jungkook merasa terpanggil-sesuatu yang mengingatkannya pada rasa kesepian dan keterasingan yang pernah ia rasakan sendiri. Dia tahu dia harus melakukan sesuatu, meskipun dia tidak tahu apa.

Malam itu, Jungkook tidak bisa tidur. Pikirannya terus dipenuhi dengan bayangan Sooji-wajahnya yang muram, matanya yang kosong, dan luka di bibirnya. Ada sesuatu yang tak bisa ia pahami, tetapi Jungkook tahu bahwa ia harus bertemu dengan Sooji lagi. Perasaan itu begitu kuat, hingga membuatnya gelisah. Dia merasa bahwa ada sesuatu dalam diri Sooji yang perlu dia ketahui, dan bahwa mungkin, entah bagaimana, dia bisa membantu menghapus sedikit kesedihan dari mata wanita itu.

Hari berikutnya, Jungkook mengajak Jimin dan Taehyung untuk kembali ke restoran Sooji. Meskipun mereka tidak mengatakan apa-apa, kedua temannya bisa merasakan ada sesuatu yang berbeda dalam sikap Jungkook. Mereka mengikuti Jungkook dengan penasaran, mencoba memahami apa yang sedang terjadi.
Saat Sooji datang untuk melayani mereka, Jungkook mencoba untuk tetap tenang. "Selamat siang," sapanya pelan ketika Sooji menanyakan pesanan mereka.

Sooji mengangguk singkat, mencatat pesanan mereka tanpa banyak bicara. Namun, saat dia berbalik untuk pergi, Jungkook tak bisa menahan diri.

"Maaf, apa kau baik-baik saja kemarin?" tanyanya pelan, membuat Sooji berhenti sejenak.

Sooji menoleh dengan sedikit terkejut, matanya bertemu dengan mata Jungkook. Dia ragu sejenak sebelum mengangguk pelan. "Ya, terima kasih," jawabnya singkat, lalu kembali ke dapur..

Jungkook merasa sedikit kecewa dengan jawaban singkat itu, tetapi dia tidak menyerah. Sepanjang hari itu, Jungkook tidak bisa mengalihkan pikirannya dari Sooji. Dia merasa seperti ada benang halus yang menghubungkannya dengan wanita itu-sesuatu yang tidak bisa ia jelaskan dengan kata-kata. Dan meskipun Sooji tampak begitu jauh dan sulit dijangkau, Jungkook tahu bahwa dia tidak akan menyerah. Dia akan mencari cara untuk mendekati Sooji, untuk mengetahui apa yang menyakitinya, dan mungkin, hanya mungkin, dia bisa menjadi bagian dari penyembuhan wanita itu.

Echoes of a Forgotten Melody (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang