Sooji memandang ke luar jendela restoran, mencoba mengalihkan pikirannya dari kekacauan yang baru saja terjadi. Suasana tenang di restoran kecil milik kakaknya tampak semakin menenangkan hari ini, seolah-olah mencoba menghibur Sooji dari kesedihan yang terus menghantui. Namun, kehadiran Jungkook di restoran itu membuatnya merasa tidak nyaman.Jungkook, dengan karisma yang memancarkan kehangatan, mulai datang secara rutin ke restoran. Awalnya, kunjungannya mungkin hanya untuk mengisi waktu, tetapi semakin sering Sooji melihatnya, semakin jelas bahwa Jungkook memiliki niat yang lebih dari sekadar makan malam biasa. Setiap kali Jungkook datang, dia selalu berusaha membuat suasana menjadi lebih ceria dengan senyumnya yang ramah dan obrolan ringan yang dia tawarkan.
Sooji berusaha menjaga jarak, merasa tidak nyaman dengan perhatian yang diterimanya dari seorang bintang terkenal. Namun, Jungkook tidak menyerah. Dia tahu bahwa Sooji sedang berjuang melawan sesuatu yang mendalam, dan dia merasa terdorong untuk membantunya, entah dengan cara apa pun yang dia bisa.
Suatu malam, ketika restoran hampir tutup dan suasana menjadi lebih tenang, Jungkook duduk di sudut meja yang sama seperti biasa. Sooji membawakan minuman hangat untuknya, mencoba tidak terlalu memperhatikan tatapan Jungkook yang penuh perhatian. Ketika Sooji hendak kembali ke dapur, Jungkook tiba-tiba memanggilnya.
"Sooji, bisakah kita berbicara sebentar?"
Sooji menatapnya dengan bingung, lalu mengangguk pelan dan duduk di hadapannya. Dia berusaha terlihat santai, meskipun dalam hatinya, jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya.
"Maaf jika aku mengganggu," kata Jungkook dengan suara lembut. "Aku hanya merasa ada sesuatu yang mengganggu pikiranmu. Aku bisa melihat betapa kerasnya kamu berusaha untuk tetap kuat."
Sooji menelan ludah, merasa kata-kata Jungkook seperti menyentuh bagian yang sangat sensitif dari dirinya. "Aku baik-baik saja," jawabnya dengan hati-hati. "Aku hanya... masih beradaptasi dengan semuanya."
Jungkook tidak terpancing untuk memaksakan dirinya lebih jauh. "Aku mengerti," katanya. "Tapi aku ingin kamu tahu bahwa aku di sini jika kamu butuh seseorang untuk mendengarkan. Terkadang, berbicara bisa membantu, bahkan jika itu hanya tentang hal-hal kecil."
Sooji menatap Jungkook, merasa sedikit terharu dengan tawaran tulusnya. Meskipun dia merasa ragu, ada sesuatu dalam diri Jungkook yang membuatnya merasa nyaman. "Terima kasih," jawab Sooji akhirnya. "Aku akan ingat itu."
Hari-hari berikutnya, Jungkook terus datang ke restoran, selalu dengan senyum yang hangat dan kehadiran yang menyenangkan. Dia seringkali duduk sambil membaca buku atau menulis sesuatu di laptopnya, sesekali berbicara dengan Sooji tentang hal-hal kecil dan tidak penting. Perlahan-lahan, Sooji mulai merasa lebih nyaman di sekitarnya.
Malam-malam di Jeju terasa lebih ringan saat Jungkook ada di sekitarnya. Meski masih ada luka dan kenangan yang menghantui Sooji, kehadiran Jungkook memberikan secercah cahaya dalam kegelapan hidupnya. Dan dengan setiap percakapan yang mereka bagi, Sooji mulai merasa bahwa mungkin ada harapan untuk masa depan yang lebih baik.
Ketika Jungkook mulai mengajak Sooji untuk menjelajahi tempat-tempat indah di Jeju pada akhir pekan, Sooji merasa lebih hidup dari sebelumnya. Meskipun dia tetap waspada dan terkadang takut untuk melangkah terlalu jauh, dia tidak bisa mengabaikan perasaan yang perlahan-lahan tumbuh dalam dirinya. Jungkook, dengan kesabaran dan ketulusannya, mulai meruntuhkan tembok yang selama ini dibangunnya di sekeliling hatinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Echoes of a Forgotten Melody (END)
RomanceSinopsis Bagaimana seorang desainer ternama yang hidupnya hancur akibat tragedi pribadi bisa menemukan kembali kebahagiaan dan cinta? Bae Sooji, seorang desainer sukses dengan kehidupan glamor di Gangnam, menghadapi trauma mendalam setelah sahabatny...