Setahun setelah perpisahan mereka, Sooji memandangi cermin di hadapannya dengan tatapan kosong. Butiknya yang baru saja dibuka kembali kini dipenuhi dengan pakaian-pakaian desain terbarunya. Setiap jubah, gaun, dan aksesori mencerminkan kesuksesannya di masa lalu, namun saat ini, semua itu tampak seperti bayangan dari kehidupan yang telah berlalu. Dia menyentuh salah satu gaun, teringat betapa berartinya setiap desain baginya dahulu. Kini, setiap hari terasa seperti perjuangan melawan rasa kesepian yang mendalam.
Sooji mengarahkan pandangannya ke luar jendela butik, melihat hiruk-pikuk Gangnam yang tak pernah tidur. Di luar, suasana sibuk dan bising mengingatkannya pada kehidupan glamornya yang dulu. Namun, kali ini, suara tersebut tidak mampu mengusir kesedihannya. Pikirannya sering melayang pada Jungkook-kenangan-kenangan indah yang kini terasa seperti ilusi yang tidak bisa dicapai.
Di tengah keramaian, teman-teman lama Sooji datang untuk merayakan kembalinya butik. Mereka membawa bunga dan kue untuk merayakan keberhasilan Sooji mengatasi masa-masa sulit. Mereka berbicara penuh semangat, menghidupkan suasana, namun Sooji merasa seperti berjarak dari perayaan tersebut. Senyumnya terasa berat, dan hatinya tidak sepenuhnya hadir di tengah kebahagiaan yang mereka bagikan.
Malam harinya, setelah teman-temannya pergi, Sooji duduk sendirian di ruang tamunya, menonton TV dengan sedikit keengganan. Dia memilih channel berita, dan tiba-tiba, wajah familiar muncul di layar. BTS sedang diwawancarai. Jungkook-yang kini tampak lebih dewasa dan menawan-berbicara dengan penuh percaya diri. Sooji menatapnya dengan hati yang berdebar, berharap bahwa mungkin dia bisa menemukan sesuatu yang bisa memberinya rasa lega.
Wawancara berlangsung, dan pertanyaan-pertanyaan mulai diajukan kepada anggota BTS. Salah satu pertanyaan yang diajukan adalah tentang cinta pertama mereka. Satu per satu anggota BTS menjawab dengan ceria, bercanda dan berbagi cerita masa lalu mereka. Namun, ketika giliran Jungkook tiba, ekspresinya berubah serius.
"Cinta pertama saya..." Jungkook memulai dengan nada yang dalam. "Cinta pertama saya terjadi ketika saya masih sekolah menengah pertama," kata Jungkook, memulai ceritanya. "Saat itu, saya adalah anak yang pemalu dan pendiam. Saya sering menjadi sasaran olok-olokan, terutama ketika saya menjadi trainee di agensi kecil. Ada satu hari yang sangat sulit bagi saya, beberapa teman-teman sekelas saya mengajak saya ke tempat karaoke. Saya sangat antusias, merasa akhirnya memiliki teman. Namun, di sana, mereka memperlakukan saya seperti badut, memaksa saya bernyanyi terus-menerus sambil mengejek saya". Mendengar kisah itu, Sooji merasakan hatinya bergetar. Dia bisa membayangkan betapa sulitnya masa-masa itu bagi Jungkook.
Jungkook berhenti sejenak, menghela napas sebelum melanjutkan ceritanya. "Saat saya merasa putus asa dan ingin menangis, tiba-tiba pintu karaoke terbuka dengan keras. Seorang gadis berseragam dari sekolah lain masuk dengan marah. Dia memarahi teman-teman saya dan mengatakan mereka adalah sampah. Kemudian, dia menarik saya keluar dari ruangan."
Sooji membeku di kursinya, merasa ada sesuatu yang sangat familiar dari cerita Jungkook. Di layar, Jungkook melanjutkan,"Gadis itu sangat berani," Jungkook melanjutkan dengan nada lembut, "Dia memarahi teman-teman saya dan kemudian bertanya kepada saya mengapa saya tidak melawan. Ketika saya tidak bisa menjawab, dia memberikan saya permen dan tersenyum, mengatakan bahwa semuanya akan baik-baik saja. Saat itu, saya merasa sangat terharu. Gadis itu sangat cantik, dan dia membuat hati saya berdetak kencang."."
Jungkook menyambung, "Hari-hari berikutnya, saya sering melihatnya di bus sekolah. Saya merasa terhubung dengannya, tetapi saya tidak pernah berani mengajaknya berbicara. Ketika saya mulai sibuk mempersiapkan debut dan jarang ke sekolah, saya tidak pernah melihatnya lagi. Dan kemudian, beberapa tahun kemudian, kami bertemu kembali di restoran di Jeju."
Sooji merasa jantungnya berdegup kencang, setiap kata yang diucapkan Jungkook terasa seperti suara hatinya yang terpendam. Wajahnya memerah, dan dia menahan air mata yang mulai menggenang di matanya. "Jungkook..." bisiknya pada dirinya sendiri.
"Ketika kami bertemu kembali di restoran di Jeju beberapa tahun kemudian," kata Jungkook, "Saya merasa perasaan lama itu kembali bangkit. Namun, saat itu, saya melihat bahwa gadis itu tidak dalam keadaan yang baik. Senyumnya tidak terlihat lagi. Saya merasa saya tidak mau mengulang kesalahan saya yang dulu, jadi saya memberanikan diri untuk mengajak dia berkenalan. Meskipun awalnya sulit, kami akhirnya mulai berbicara dan menghabiskan waktu bersama. Namun, ketika saya mengungkapkan perasaan saya, dia menolak. Dia merasa tidak layak untuk saya.Walaupun begitu, saya masih mencintainya hingga hari ini dan belum bisa melupakan dia."
Mendengar kata-kata Jungkook, Sooji merasa ada sesuatu yang mengguncang dirinya. Rasa sakit dan penyesalan yang sudah lama dia pendam kembali muncul ke permukaan. Dia baru menyadari bahwa gadis yang diceritakan Jungkook adalah dirinya sendiri. Perasaan campur aduk antara bahagia, sedih, dan penyesalan melanda dirinya. Semua kenangan yang dia coba lupakan tiba-tiba kembali seperti sebuah film yang diputar ulang di benaknya.
Dia mengenakan jaket tebal dan melangkah keluar dari apartemennya, menuju kantor HYBE tempat agensi Jungkook berada. Salju semakin lebat, membuat suasana malam terasa semakin dingin dan sepi. Namun, Sooji tidak memperdulikan cuaca yang dingin. Hatinya dipenuhi dengan semangat dan harapan.
Saat dia berdiri di luar kantor HYBE, menatap pintu besar yang seolah-olah menghalangi jalan menuju masa depan, Sooji merasa putus asa. Salju turun semakin deras, menutupi jalanan di sekelilingnya. Ia merasa seolah-olah semua harapan dan kenangan indahnya tertutup oleh salju, namun tekadnya untuk memperbaiki semuanya membuatnya tetap berdiri teguh. Tiba-tiba, dia melihat seseorang di seberang jalan-Jungkook. Dia sedang berdiri di sana, menatapnya dengan tatapan penuh keprihatinan. Itu adalah Jungkook. Hatinya berdegup kencang saat Jungkook perlahan-lahan menghampirinya, meninggalkan jejak kaki di salju yang lembut.
Sooji terdiam, terpaku oleh pandangan Jungkook. Hatinya berdegup kencang saat Jungkook perlahan-lahan menghampirinya. Tanpa berkata-kata, Jungkook melilitkan syal yang dikenakannya di sekitar leher Sooji, menghalau dingin malam dari tubuhnya.
"Kenapa kamu di sini di cuaca dingin seperti ini?" tanya Jungkook, suaranya penuh dengan kekhawatiran.
Mendengar pertanyaan itu, air mata Sooji pecah. Dia menangis tersedu-sedu, tidak bisa menahan rasa rindunya. "Aku... aku merindukanmu, Jungkook," katanya dengan terbata-bata. "Aku tidak bisa melupakanmu. Aku sudah tahu bahwa aku adalah gadis yang kau ceritakan. Aku hanya ingin memperbaiki semuanya."
Jungkook melihat Sooji dengan penuh keharuan,wajahnya dipenuhin noleh emosi yang dalam tanpa ragu dia menarik Sooji ke dalam pelukannya yang hangat. Mereka berdiri di tengah salju yang turun lembut, saling merasakan kehangatan dan cinta yang tak pernah pudar.
"Jangan pernah merasa seperti itu," bisik Jungkook lembut. "Aku juga merindukanmu, Sooji. Aku tidak pernah melupakanmu, dan aku masih mencintaimu. Semua yang terjadi adalah bagian dari perjalanan kita, dan aku ingin melanjutkannya bersamamu."
Sooji merasakan hati dan tubuhnya dipenuhi oleh kehangatan dari pelukan Jungkook. Dia mengangkat wajahnya, dan saat itu, Jungkook menunduk, seolah-olah membaca keinginan di matanya. Dengan lembut, dia mendekatkan wajahnya dan menyentuh bibir Sooji dengan ciuman yang penuh perasaan.
Ciuman mereka lembut dan penuh kasih sayang, seolah-olah menghapus semua rasa sakit dan penyesalan dari masa lalu. Salju yang turun semakin deras, menambah keindahan momen tersebut. Saat bibir mereka bertemu, semua keraguan dan ketidakpastian menghilang. Sooji merasakan kecocokan dan kehangatan yang dia rindukan selama ini, dan Jungkook merasakan kembali kehadiran cinta yang selama ini dia cari.
Ciuman mereka berlangsung dalam keheningan malam yang magis, saling memberi kekuatan dan keyakinan untuk melanjutkan perjalanan mereka bersama. Saat mereka akhirnya terpisah, Sooji melihat ke dalam mata Jungkook, menemukan kelegaan dan kebahagiaan yang selama ini dia cari.
Dengan hati yang penuh harapan, mereka akhirnya mengungkapkan perasaan mereka satu sama lain. Mereka memutuskan untuk menjalin hubungan lagi, meskipun awalnya Sooji merasa takut. Namun, Jungkook selalu memberinya pengertian dan dukungan yang dibutuhkan.
Seiring waktu, Sooji mulai merasa lebih nyaman dan terbuka, mengizinkan dirinya untuk mencintai dan dicintai lagi. Dengan setiap hari yang berlalu, mereka membangun kembali hubungan mereka dengan cinta dan kepercayaan yang lebih dalam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Echoes of a Forgotten Melody (END)
RomanceSinopsis Bagaimana seorang desainer ternama yang hidupnya hancur akibat tragedi pribadi bisa menemukan kembali kebahagiaan dan cinta? Bae Sooji, seorang desainer sukses dengan kehidupan glamor di Gangnam, menghadapi trauma mendalam setelah sahabatny...