hai!!! ya, akhirnya cerita ini end juga. hahaha..
duh, makasih banget nih buat kalian udah ngikutin cerita gaje ini dari awal sampai akhir kek gini. makasih banget, aku terharu, hikss..
makasih juga buat yang udah sempetin baca cerita gaje ini, makasih buat yang udah masukin cerita ini kedalem reading listnya. makasih juga buat yang udah sempetin ngasih Vommentnya, makasih!! saranghae~ pokoknya deh!!
dan akhirnya My first story on Wattpad ends. happy reading guys!!
salam manis dari aku, maaciieeww!!
nurulanisa_rp
(maap kepanjangan, hehe)
*****
AUTHOR POV
"kelamaan ya? maaf, Dit" ucap Livia saat menghampiri Adit yang ada diparkiran.
"kemana aja sih?" tanya Adit lalu mulai membuka pintu mobilnya untuk Livia.
"tadi, gue- gue habis ngomong sama Alvin." ucap Livia terengah-engah karena barusan abis lari-larian. Livia lalu masuk kedalam mobil itu. Aditpun mulai menjalankan mobilnya.
"ngomong apaan?"
"bukan apa-apa kok" jawab Livia sambil berusaha tersenyum. Adit terdiam melihat senyuman itu. Adit mulai berpikir.
---flashback on---
"lo masih belum nyerah buat Livia?" tanya Reza ke Adit. Adit dengan santai menyesap cappuchino nya itu.
"hm" gumamnya.
"lo tau kan gimana perasaannya Livia? lo mau terus-terusan ngelirik dia kek gini? cewek gak cuma Livia aja, Dit" ucap Reza lagi.
"gue gak bisa lepasin Livia gitu aja, Za. gue serius sama Livia" jawab Adit.
"lo gak peduli dengan perasaannya, Dit? lo taukan dia orang yang selalu ngedahului perasaan orang lain baru perasaannnya sendiri. lo pasti tau itu." ucap Reza lagi.
Adit masih terdiam. memang betul Livia lebih mendahulukan perasaan orang lain barulah perasaannya sendiri. dia tahu Livia adalah cewek yang tidak tega nyakitin perasaan seseorang walaupun dia yang harus tersakiti. dia tahu Livia memang tipe cewek yang lebih peduli terhadap orang disekitarnya. dia tahu semua itu.
---flashback off---
"bentar malam, mau gak jalan bareng gue?" ajak Adit sambil tersenyum kearah Livia. Livia segera noleh ke Adit yang masih nyetir. Livia terdiam sebentar.
"boleh" ucapnya lalu mulai bersandar, rasanya bebannya terlalu berat.
apa lagi yang harus gue lakuin selanjutnya?, batin Livia
Adit hanya tersenyum masih sambil nyetir.
semoga keputusan ini gak bakal gue sesalin, batin Adit
_________
"gimana? bagus gak?" ucap Adit saat mereka sudah duduk didalam sebuah cafe miliknya itu. ya, sudah hampir 6 bulan Adit mengelola cafe itu.
"bagus kok. Dit, lo hebat ya bisa ngelola cafe ini" ucap Livia setelah meminum jus dihadapannya. Adit hanya tersenyum.
"gue masih sayang sama lo, Liv" ucap Adit tiba-tiba. Livia sontak speechless. Adit masih tersenyum lalu mulai bangkit dan berjalan kearah panggung kecil yang memang dibuat khusus untuk band pengisi.
Adit meraih sebuah gitar akustik yang sudah terpampang diatas panggung itu. Adit mulai duduk dikursi yang telah disediakan diatas panggung itu. dia juga mulai mengatur posisi mic nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Damn! It's Love
Novela JuvenilMencintai teman masa kecil... itu hal yang biasa bukan? tapi tidak menurut Livia. Mencintai seseorang merupakan sesuatu yang hampir tak mungkin. dia bahkan tidak tahu bagaimana rasanya mencintai dan dicintai. Sampai orang itu datang. Alvin, seorang...
