Fugaku sedang menerima tamu dari temannya di ruang kerjanya, Sasuke membuka sedikit pintu kerja fugaku baru saja akan masuk Sasuke mendengar suara fugaku sedang berbicara serius.
" ini kesempatan besar untukmu fugaku...., London bukan negara kecil sekali kau berhasil menanganinya, kau akan bisa jadi CEO di perusahaan mana pun di jepang.
Sasuke mendengar ucapan seseorang.
"Justru itu, aku tidak bisa langsung menerimanya karena ini London. " terdengar fugaku menjawab perkataan orang itu.
" kenapa? Kau tidak yakin dengan kemampuanmu? Kah seorang CEO handal meskipun ini bank tapi akh tahu kau pasti bisa. "
"Bukan itu masalahnya,, aku bisa saja. "
"Lalu apa masalahmu? "
Hening selama beberapa saat Sasuke masih mendengarkan percakapan ith dari balik pintu.
"Aku tidak bisa ke London "
"Demi tuhan, fugaku....., kau terus mengatakan hal itu tapi apa alasannya. "
"Sasuke."
Satu kata dari fugaku membuat Sasuke terdiam di tempat.
Lagi-lagi dia menjadi penghalang untuk orang tuanya, bukan hanya untuk Mikoto tapi juga fugaku yang bahkan sudah mengatakan akan menjadi sandarannya.
Sasuke mhndur, menutup pintu dengan perlahan tanpa suara, lantas berjalan pelabuhan keluar dari halaman rumah fugaku.
Pikirannya kosong.
Dia melangkah tanpa arah, tidak tahu tempat mana yang harus ia tuju tempat mana yang bisa menerimanya.
Beberapa menit berlalu hingga akhirnya Sasuke tiba di depan rumah kecil yang kini kosong. Rumah lamanya dengan Mikoto. Tempat itulah yang kini didatanginya.
Tanpa ia sadari ada yang melihatnya memasuki rumah itu dan mengikutinya diam-diam.
Sementara itu Sasuke memasuki rumah kecil, itu memasuki ruang keluarga yang sekaligus menjadi ruang tamu. Duduk memandang TV dengan pandangan kosong.
Suatu tindakan yang salah sepertinya karena otaknya kembali memutar kenangan lama.
Di tempat itulah pertama kali Mikoto menampik tangannya, di tempat inilah ia pertama kali mendengar pengakuan Mikoto tentang dirinya.
"Tapi mereka menendangku dari rumah gara-gara anak itu!"
Rangkaian kalimat Mikoto kala itu kembali terngiang dalam kepala Sasuke.
"Aku kehilangan orang tuaku, bahkan tidak ada lagi tawaran untukku bisa bekerja di rumah sakit. "
" Diam! " lirih Sasuke pelan.
"Aku bahkan tidak berani menampakkan diri di depanmu dan teman-teman ku yang lain! "
"Hikssss...., " Sasuke mulai terisak.
"Hidupku hancur, aku kehilangan semuanya gara-gara hamil anak itu! Semuanya karena Sasuke! Anak sialan itu! "
"Berhenti...... Ku mohon..... Diamlah.... Hikss....." Sasuke menutup telinganya menekannya begitu keras agar suara-suars itu tidak muncul dalam kepalanya.
Dia meringkuk dikursi, masih menekan kedua telinganya. Saat itulah dia melihat hpnya menyala menampilkan kontak bernama "Papa" tengah menelponnya.
Sasuke mengalihkan tatapannya dari sana tapi telepon itu membuatnya kembali mengingat kejadian yang sempat terjadi di tempat ini. Saat itu juga tengah meringkuk disini dan fugaku menelponnya dengan khawatir.
Sasuke hampir tersenyum, dia hampir saja mengulurkan tangan untuk meraih hpnya dan mengangkat teleponnya namun kejadian di rumah sakit membuatnya mengurungkan niatnya.
"Haki aku sudah mendengarnya ternyata kau keponakannya. "
Perkataan anko beberapa waktu lalu kembali terdengar di kepala sasuke.
Tangannya yang sudah terulur kini mengepal. " Diam!"
Derik berikutnya tangan Sasuke kembali menutup telinganya.
"Ayahku menyayangiku..... Hiks... Dia menyayangiku.... DIAM! " Sasuke berteriak.
Sasuke menjambak rambutnya tangan dan kepalanya bergetar hebat.
Selama beberapa saat Sasuke bertarung dengan suara-suars dalam kepalanya hingga akhirnya dia menyerah, dalam kesendiriannya dia menangis dan dia pun sampai pada kesimpulan.
"Hikss.... Tidak ada... Tidak ada yang menerimaku. "
Tanpa disadari Sasuke ada yang melihatnya di balik tembok rumahnya seseorang ikut menangis setelah melihat Sasuke yang ternyata selama ini menderita."Sasuke." Ujarnya lirih
Ya sakura melihat Sasuke dari kejauhan berjalan saat sakura ingin memanggilnya Sasuke masuk ke rumah lamanya, sakura penasaran sedang apa Sasuke di rumahnya dulu, sakura membulatkan matanya melihat Sasuke menangis tersedu-sedu dan begitu menderita menutup telinganya dan berteriak membuat hati sakura ikutan hancur melihat kondisi sasuke, ingin sekali sakura berlari ke arah dan memeluknya erat tapi ia takut Sasuke akan merasa malu dan malah menjauh, sakura menemani Sasuke dari kejauhan, hatinya teriris melihat Sasuke terluka, sakura tidak mengetahui apa yang terjadi yang membuat Sasuke tampak hancur seperti itu tapi sakura yakin Sasuke sedang tidak baik-baik saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
What is The Meaning Of My Existence
Ficção AdolescenteKehancuran mental seorang anak yang keberadaannya seperti tidak dianggap di dalam keluarganya rasa kesepian selalu mendera anak ini sejak kecil hingga ia dewasa dirinya sudah membenci dirinya sendiri karena menganggap keberadaanya hanyalah petaka ba...