Badai Laut

2 0 0
                                    

Setelah meninggalkan tempat bertemunya mereka dan bangsawan tersebut, kini kapal yang mereka tumpangi telah berlayar menuju laut Utara. Laut yang akan menjadi tujuan demi mencari titik temu dragon. Seperti yang terlihat, mereka hanya bertiga tanpa awak kapal yang bersama, sebab ketiganya ingin menjalankan misi tanpa membuat orang lain harus menanggung luka akibat suatu serangan dari musuh.

Awalnya semuanya berjalan dengan lancar, kondisi cuaca juga sangat cerah dan kondusif. Tidak memperlihatkan adanya cuaca buruk sekalipun. Langit juga cerah, burung burung berkicauan dan terbang kesana kemari di atas kapal mereka.

"Sudah lama aku tidak berlayar." Ucap Felix merasa senang.

"Aku juga", balas Melvis.

"Dulu ayah sering mengajakku ke", tutur Felix memberitahu kedua temannya.

"Aku merindukan orang tuaku", lirih Harry tapi masih cukup jelas untuk di dengar oleh kedua temannya.

Melvis dan Felix yang menyadari Harry sedang bersedih, segera mereka menghiburnya. Keduanya jelas sangat tahu bahwa kerinduan Harry hanyalah sebatas rindu yang tak bisa memeluk raga orangtuanya. Sebab raga orang tua Harry sudah melebur bersama dengan laut. Pasalnya dulu desa tempat tinggal Harry mengalami musibah besar, yaitu tsunami. Gelombang besar meraup seluruh desa, meratakan semua seisi desa. Karena insiden tersebut, banyak warga yang dinyatakan meninggal dan salah satunya adalah kedua orang tua Harry.  Harry termasuk mendapatkan keajaiban sebab dapat selamat dari musibah tersebut.

"Lihat lumba lumba itu", ucap Felix sembari menunjuk kawanan lumba lumba yang sedang berenang.

Harry yang melihat hewan tersebut sedikit terhibur, setidaknya ia lupa dengan kesedihan nya beberapa saat. Mereka masih terus bercanda sambil sesekali membahas perjalanan yang akan di lakukan setelahnya.

Namun saat hampir sampai dengan daratan, tiba tiba langit yang tadinya cerah mendadak menjadi kelabu, burung burung yang terbang di langit pergi entah menghilang kemana, sang surya yang menyinari bumi mendadak redup dan meninggalkan kegelapan. Angin kencang berhembus tak kalah hebatnya, hujan yang semakin deras membuat kapal terombang-ambing kesana kemari sebab penglihatan Melvis yang sebagai nahkoda kapal menurun.

Ombak laut mengamuk dan semakin membuat kapal sulit di arahkan menuju darat. Semuanya menjadi semakin tak terkendali. Petir dan kilat menyambar dan membuat suasana mencekam. Ketakutan tak lagi dapat di indahkan ketiganya.

"Apa kamu bisa menggerakkan kapalnya menuju darat, Melvis?." Tanya Harry yang semakin khawatir.

"Entahlah aku sedang kesulitan", balas Melvis yang sedari tadi berusaha menggerakkan kapal agar menuju ke darat.

Sepertinya takdir Tuhan berkata lain, gelombang besar sudah siap melahap kapal mereka. Ketika gelombang besar menabrak kapal, ketiganya terhempas ke laut.

                             🍁🍁🍁

Pagi telah tiba, suara merdu burung berkicau kembali terdengar. Sang Surya juga telah menampakkan diri. Langit telah kembali membiru dan cuaca sudah cerah. Angin sepoi-sepoi di pinggiran pantai menyapu kulit ketiga pemuda yang sedang tergeletak tak berdaya di pinggiran pantai. Benar, mereka selamat dari amukan ombak dan terdampar di sebuah pulau yang sekarang ini bagi mereka sangatlah asing.

Mereka mulai membuka mata saat air pantai menyentuh kaki ketiganya. Rasa lemas di sekujur tubuh dapat dirasakan jelas oleh ketiganya. Perbekalan yang di bawa serta kapal yang mereka tumpangi telah tenggelam. Kini ketiganya harus mencari sesuatu untuk di makan. Mereka sepakat untuk berjalan masuk ke dalam area pulau asing tersebut, demi mencari bahan makanan untuk di makan.

Tidak lama mereka berjalan, mereka menemukan sebuah dermaga yang ramai akan orang. Transaksi antara pedagang dan pembeli dapat mereka lihat. Tapi kali yang mereka pikirkan bagaimana caranya mendapatkan makanan, sedang mereka saat ini tidak memiliki uang sedikitpun untuk membeli makanan.

Tak jauh dari tempat mereka berdiri, mereka bertiga di datangi oleh seorang laki laki yang usianya lebih tua dari mereka.

"Kalian siapa?", tanya laki laki tersebut.

"Kami seorang pengembara." Jawab Melvis mewakili kedua temannya.

"Apakah kalian habis terkena badai kemarin? dan akhirnya sampai disini?", tanya laki laki asing itu sekali lagi.

"Iya", balas Felix singkat.

"Jika begitu, kalian ikutlah kerumahku dan beristirahat disana", tawar laki laki tersebut.

Akhirnya mereka hanya menuruti laki laki asing tersebut ke rumahnya, sebab mereka juga membutuhkan waktu istirahat untuk memulihkan tenaga mereka yang telah terbuang habis demi melawan badai kemarin. Ketika mereka telah sampai ke rumahnya, sang pemilik rumah tersebut mempersilahkan ketiganya masuk. Mereka bertiga saling duduk bersama di ruang tamu, dan juga menikmati hidangan yang sudah di siapkan oleh sang tuan rumah.

"Apa yang kalian cari sampai membuat kalian disini?", tanya pemilik rumah tersebut.

"Kami ingin mencari hewan mitologi",balas Harry.

"Hewan mitologi", gumam laki laki tersebut kebingungan.

"Naga, kami sedang mencari hewan tersebut karena misi dari guru kami", jelas Felix memberitahu laki laki tersebut.

"Naga!." Ucap laki laki itu mengulang perkataan Felix dengan nada yang cukup terkejut.

"Apa ada suatu hal yang kamu tahu tentang naga?", tanya Melvis berhati-hati.

"Iya, aku sangat tahu hal itu. Bukan hanya aku tetapi seluruh warga desa ini." Ucapnya sambil mengingat ingat kejadian di masa lampau.

"Dulu desa kami memiliki perseteruan dengan naga. Nenek moyang kami dahulu telah melanggar perjanjian dengan naga." Ceritanya pada ketiga pemuda di depannya.

"Perjanjian apa?", tanya Harry yang sangat ingin tahu.

"Dulu nenek moyang kami pernah melakukan perjanjian dengan naga, bahwa setiap hasil bahan alam yang kita ambil, kita akan menggantinya dengan festival. Setiap tahun bahan makanan, seperti buah, makanan, dan bahan pokok lainnya akan kita sumbangkan di gunung erta ale sebagai tanda terimakasih kepada naga karena telah mengizinkan kita mengambil bahan alam dari tempat tinggalnya." Terang laki laki tersebut.

"Kami melakukan itu bertahun-tahun sampai akhirnya para nenek moyang kami melakukan kecurangan. Mereka menyerang para naga demi mendapatkan bahan alam yang lebih banyak untuk memenuhi kebutuhan mereka. Hingga akhirnya naga memiliki dendam kepada manusia karena  keserakahannya. Setiap perayaan festival itu naga akan ke desa kami untuk membunuh para manusia seperti yang di lakukan manusia pada kaum naga." Lanjutnya bercerita.

"Lalu kapan festival itu?"tanya Melvis.

"Besok", balas laki laki tersebut.

"Apa ada cara untuk menghalau serangan naga itu?"tanya Felix kali ini.

"Ada, kami tidak di perbolehkan keluar dari rumah, tidak menyalakan lampu, ataupun hal hal yang nyaring agar tidak membangunkan naga dari tidurnya." Jelasnya.

THREE DRAGON HURTERS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang