Part 36

5.8K 129 4
                                    

Valeria baru saja mandi dan dia melilitkan tiga handuk di tubuhnya, satu di rambutnya yang basah, didadanya untuk menutupi payudaranya dan satu dipinggang. Umur kandungan valeria sudah menginjak 8 bulan.

"Kau belum bersiap-siap ? Austin pasti sudah menunggu" ucap valeria dengan mengambil pakaian di almari, dan Damian melepaskan semua handuk valeria membuatnya telanjang.

"Aku ingin melihat kondisi anak kita dulu sebelum berangkat" ucap damian dengan menumpukan kepalanya di kepala valeria dan tangan yang mengusap perut besar valeria. Valeria mendengus kesal.

"Lalu kenapa dibuka semua handukku ! Minggir, aku harus berganti baju dulu" valeria berusaha memberontak dalam pelukan damian.

Damian membawa valeria ke bankar di dekat kasurnya dan dengan lembut merentangkan kedua kaki Valeria dan mengambil alat USG "Karena aku juga ingin memeriksamu, Sayang. Pastikan semuanya baik-baik saja denganmu sebelum bayinya lahir. Sekarang, biar aku memeriksa" dia menyalakan mesin USG dan menempelkan alat USG ke perut Valeria.

"Tapi tidak telanjang seperti ini juga" dengus valeria dengan menutupi payudaranya dengan tangannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Tapi tidak telanjang seperti ini juga" dengus valeria dengan menutupi payudaranya dengan tangannya.

damian tersenyum dan melanjutkan USG, menggerakkan probe untuk mendapatkan sudut pandang yang berbeda dari bayinya "Hanya butuh satu menit" dia melihat sesuatu di layar dan ekspresinya berubah serius, damian memperbesar area tertentu "Tunggu, apa ini?" 

"Kenapa sayang ?" Valeria melihat layar dan menatap damian yang wajahnya panik.

damian menyipitkan mata ke layar, mencoba melihat lebih jelas "Aku tidak yakin... Mungkin saja..." dia terdiam, tampak berpikir. Dia kemudian memutuskan untuk melakukan pemeriksaan internal untuk memastikan. Dia mengenakan sarung tangan dan perlahan memasukkan jarinya ke dalam vagina valeria.

"Akh!" Valeria terlonjak karena tiba-tiba damian memasukkan tangannya. Wajah damian terlihat sangat serius.

Dia melihat layar USG lagi "Aku perlu memeriksa sesuatu yang lain, Sayang. Sabarlah sebentar" Dia melanjutkan pemeriksaan internal, mendorong jarinya lebih dalam ke dalam vagina Valeria dan meraba-raba.

Valeria hanya meringis dengan memeganh sisi bankar. Kakinya bergetar, nafasnya memburu.

Damian melepaskan jarinya dari vagina valeria dan memasang ekspresi serius "Valeria, kurasa ada masalah dengan kehamilanmu. Aku perlu melakukan tes lebih lanjut untuk memastikannya, tetapi ada kemungkinan kamu mengalami plasenta previa..."

Jantung valeria seketika berdebar sangat kencang, dia menatap damian dengan ketakutan.

"Apakah ini membahayakan bayi kita ??"

damian mendesah dan mengusap pelipisnya, tampak lelah dan khawatir. "Bisa jadi, ya karena plasenta menutupi serviks. Hal itu juga dapat menghalangi jalan keluar bayi saat melahirkan, yang dapat berakibat fatal"

"Lakukan sesuatu sayang"

damian melepas sarung tangannya dan membuangnya ke tempat sampah, tampak bertekad. "Aku harus meminta orang rumah sakit untuk menyiapkan USG 4 dimensi untuk memastikan kecurigaanku. Jika itu plasenta previa, kita mungkin perlu melahirkan bayi lebih awal melalui operasi caesar" dia mulai menelepon seseorang.

"Caesar ?? Tapi aku ingin melahirkan normal" ucap valeria, dia mulai duduk dan kakinya menggantung.

Sebuah pelukan lembut terasa, damian mencoba menawarkan kenyamanan "Aku tahu, Sayang. Namun terkadang, normal bukanlah pilihan. Prioritas kita adalah keselamatan anak kita, keselamatanmu. Sekarang, mari kita bawa kamu ke rumah sakit untuk USG"

Damian mulai memakaikan pakaian nyaman ke valeria, dia mulai menuntun valeria ke luar kamar.

"Helikopternya sudah siap ?" Tanya damian dan Austin mengangguk "kamu tidak perlu ikut, dan kabari lucas dengan yang lain tentang kondisi darurat ini. Kemungkinan valeria akan melahirkan sekarang, dan tolong hubungi jovan untuk segera menyusul ke rumah sakit"

Damian mulai naik ke helikopter dan memegang tangan valeria dengan sangat erat. Mencoba menenangkan valeria.

"Semua akan baik-baik saja, semua akan baik-baik saja" damian memeluk valeria dengan sangat erat.

Helikopter itu mulai mendarat diatap rumah sakit, dan terlihat beberapa perawat sudah menumggu dengan kursi roda.

Semua orang berlarian di rumah sakit membawa valeria, dan valeria mulai dibawa ke sebuah ruangan. Valeria mulai dicek oleh damian, dan dia terlihat sangat cemas.

"Kenapa Dr. Ken belum datang ???" Teriak damian ke seorang perawat, dan perawat itu terlihat terdiam sejenak.

"Dr. Ken sedang operasi, dan baru selesai" ucap perawat itu, dan damian mondar mandir di ruanngan itu dengan cemas. Dia tau Valeria memang terkena plasenta previa tapi damian perlu pendapat dokter lain.

Ken terlihat masuk ke dalam ruangan valeria, dia mengambil sarung tangan untuk memakainya. Pria itu memiliki kulit coklat dengan rambut sedikit keriting dan wajahnya tertutupi oleh masker.

"Key, syukurlah kau di sini. Aku sedang memeriksa Valeria di rumah dan menyadari sesuatu yang tidak biasa. Aku ingin pendapat kedua" Dia minggir agar Key bisa memeriksanya "Aku tidak yakin bagaimana aku bisa melewatkannya sebelumnya..."

"Kenapa kamu baru sadar ? Ini bisa saja menjadi terlambat dalam penanganan" Ken terus mengomel dengan mengecek kondisi vagina valeria.

Valeria menggegam tangan damian dengan sangat erat, dan dia terlihat ketakutan.

damian mengusap tangan valeria dengan lembut dan menatap Key dengan khawatir, berharap mendengar kabar baik "Bagaimana menurutmu, Key? Apakah ini hanya imajinasiku atau memang ada yang salah di sini?"

"Perkiraanmu benar, tapi ini cukup parah dam. Bagaimana kamu tidak melihat ini, bahkan kamu dokter spesialis" ucap ken, dan damian hanya menunduk diam.

"Dokter spesialis tetap manusia ken, aku tidak sadar selama ini" ucap damian menatap cemas "kita lakukan operasi sekarang juga, selamatkan istriku dan anakku ken"

"Siapkan ruang operasi" ucap ken menatap para perawat, dan ken mulai menyiapkan bius untuk valeria.

Damian mulai membantu ken membenahkan posisi tidur valeria menjadi miring.

"Aku takut" valeria mencengkram tangan damian dengan sanngat kuat.

Damian membungkuk dan mencium keningnya dengan lembut, berbisik menenangkan di telinganya "Ssst, tidak apa-apa, sayangku. Mungkin akan sakit tapi setelah itu kau tidak akan merasakan apa pun. Fokus saja padaku, oke?"

Ken mulai menyuntikkan bius diarea tulang punggung valeria, valeria menangis dan dia menatap damian dengan meringis

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ken mulai menyuntikkan bius diarea tulang punggung valeria, valeria menangis dan dia menatap damian dengan meringis.

"Sakit ... "

Damian meremas tangan istrinya dengan kuat "Aku tahu, Sayang. Ini hampir berakhir sekarang"

SMA W 21+Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang