PUISI IBU DAN BAPAK

40 6 6
                                    

Baiklah siap-siap. Saya akan menceritakan lebih dalam lagi tentang perubahan diri saya jadi renggangkan badan kalian siapkan minuman favorit kalian.

Mari kita mulai.....

Kisa perubahan Saya berawal dari kelas sebelas SMA. Tapi, tidak afdol jika kalian tidak tahu keseharian saya dan pengalaman saya di masa kelas sepuluh SMA.

Saya bisa menceritakan kepingan abadi yang terekam di masa SMA. Kenangan ini akan saya putar kembali seperti televisi hitam putih yang menyala menyiarkan berita mendebarkan.

Hari itu 2017 perjalanan panjang yang  di awali  dengan kegiatan sederhana,di malam hari saya menonton tv serial kesukaan saya, sebetulnya di sore hari saya juga menyempatkan waktu menonton film kartun Tom and Jerry. Menurut saya itu menghibur, melihat tikus dan kucing tidak pernah akur, saya juga sering tertawa ketika tom selalu kena batunya, daripada menonton orang jadi serigala, itu di luar perkiraan BMKG.

Kadang di sore hari saya melakukan kegiatan bercocok tanam untuk menyirami tanaman ibu saya, ada cabai ada tomat lalu ada pepaya, pohon nya lumayan tinggi daun nya besar berwarna hijau segar, sedikit sejuk untuk meneduhkan pelataran rumah ketika berbuah ibuku membagikan ke beberapa tetangga. Buah nya manis ber air  bewarna merah itu sangat segar. Ibuku juga menanam bunga mawar, dari beberapa tanaman ibuku lebih sayang dan merawatnya sepenuh hati bungah nya mekar bewarna merah dan putih cukup indah menghiasi pelataran luas kami.

Saya memelihara seekor kucing kampung, tubuh nya gemuk beserta bulunya yang gembul bewarna orange, saya paksa dia menjadi anjing Pitbull tapi sepertinya saya gagal dia tidak menurut dia tetap bermalas-malasan dia akan semangat ketika makanan akan saya berikan, dia bisa mengeong dengan keras bahkan seisi rumah bisa mendengar rengekan kelaparan itu.

Bapak saya adalah tulang punggung keluarga, dia bekerja sebagai tukang kayu, yah sederhana tapi ibuku mencintai sepenuh hati, sore hari dia akan pulang ke rumah, lalu bermain bulu tangkis di pelataran rumah bersama kedua adik saya, memakai raket kayu yang sengaja di buat waktu dia bekerja, dari sisa kayu yang tidak terpakai.

Keluarga kami melihat pertandingan bergengsi itu antara adik dan bapak saya keduanya saling mengimbangi. Setelah langit cukup gelap mereka pun mandi, lalu ibuku memasak menyiapkan makan malam, bau ikan asin sering tercium dari rumah tetangga beriringan suara adzan magrib kami pun makan sambil menonton televisi di ruang tengah hingga serial kesukaan kami buyar bapak saya berbaring tengkurap, inilah saatnya kedua adik saya yang masih kecil berbalas Budi, menginjak punggung bapak saya, itu sudah tradisi, dulu waktu saya kecil saya melakukan itu hingga terus diwariskan, hangat sekali.

Moment yang tak akan pernah saya lupakan kebaikan ibu dan bapak saya. Setelah Isyak bapak saya biasanya pergi ke warung untuk bermain catur, ibu saya sudah terlelap bersama kedua adik saya, rumah kami berisi tiga kamar, paling ujung adalah kamar kakak saya dia laki-laki, karna anak pertama dari ibu saya sudah menikah, keluarga kami tinggal beberapa saja, saya mendiami  kamar tengah bersama adik saya  yang lumayan besar.

Karna dia hanya menumpang tidur kamar itu saya kuasai, di pojok kanan bagian belakang saya isi dengan meja belajar berisi buku novel yang berjajar rapi, waktu itu novel favorit saya berjudul 5 cm karya Donny Dirgantoro. Saya hampir menyukai setiap karakter yang di bangun, itu sangat menyenangkan ketika saya baca. Lalu saya sering menghabiskan waktu di pojok kamar, meja ternyaman dengan lapu fajar menyoroti setenga ruangan mencatat hal apa saja, saya juga sering menciptakan puisi menulis cerpen yang kala itu berjudul " Kenapa Aku Harus Mandi " dan saya  perna tertangkap basah oleh ibu saya. Malam hari dia merasa di guna-guna tidak bisa tidur seperti mendengar bisikan gaib katanya dia bermimpi kalo saya bersekutu dengan jin diapun terbangun, lalu masuk ke kamar saya  melihat puisi yang saya tulis  berjudul "ibuku mencintaimu bapak"  dia terdiam sedikit tersenyum lalu membaca dengan nada pelan, aku bisa mendengar nya. Malam itu ibu menemani saya sambil bercerita tentang masa lalu mereka, ibu dan bapak saya bertemu di kala bulan Oktober itu hujan yang romantis jadi saksi cinta mereka.

"IBUKU Mencintaimu BAPAK "
Hai suamiku terimakasih sudah menikahi ku. Aku tau itu hanya keterpaksaan-mu mencintai wanita anggun dan cantik ini.
Bersyukur lah mendapatkan kembang desa yang gemulai sepertiku.

Aku mencintaimu sepenuh hati, seperti bebek kakek buyut ku dulu yang aku rawat seperti anakku sendiri. Aku membawa mereka menyusuri sungai lalu aku giring mereka, aku ajak pulang lagi menuju rumah singgah. Aku akan selalu memberitahumu arah pulang
aku adalah rumah mu suamiku"

Terkadang saya juga suka menonton televisi di ruangan tengah, menunggu film favorit. Kami  harus menunggu jam malam karna tidak ada handphone canggih seperti sekarang yang bisa streaming di mana saja dan kapanpun, jadi kami harus menunggu film yang hanya keluar di bioskop saja kami harus menunggu beberapa tahun agar bisa melihat nya di televisi.

Tapi itu seru kita bisa menonton sekeluarga, apalagi ketika lebaran satu Minggu film unggulan bisa seharian tayang di televisi. Kami bisa menonton sambil memakan kue nastar berisi selai nanas, bergadang bersama di ruang tengah. Moment yang akan membekas dalam kehidupan saya. Begitulah cerita singkat keluarga Cemara  tidak ada yang mewah semuanya sederhana, tapi kami cinta ibu kami kami sayang bapak kami, begitulah nasib  kita tidak tau kapan takdir di tentukan. Kita hanya bisa bahagia menikmati hal sederhana

"Bersyukurlah karna hari kemarin tidak akan bisa terulang di hari esok"

Lalu saya terditur lelap di kasur empuk berseprai bunga mawar merah, ah saya tau itu sangat tidak cocok sekali tapi itu nyaman. Menghargai pemberian ibuku.

Waktu berjalan cepat sekali,saya harus bangun di jam 5 pagi untuk sholat shubuh lalu meminum teh hangat buatan ibu, bapak pergi jalan-jalan bersama adik kecil saya, menyusuri pinggiran kota jauh, kabut masih tersisa sejuk dengan aroma khas embun rumput segar, katanya dia berjalan di bebatuan krikil kecil itu adalah terapi agar saluran darah kita lancar. Hingga bapak dan adik saya pulang, makanan sudah tersaji saya segera sarapan lalu berangkat ke sekolah bersama rasyah.

Sepertinya itu cukup menggambarkan keluarga yang hangat dan romantis, begitulah saya hidup begitulah saya makan begitulah saya di rawat oleh keluarga kecil kami.

"Seperti puisi ku kita akan abadi di setiap catatan kecil kita,aku mereka dan semuanya "

DARI AKU UNTUK CANDYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang