Hari-hari telah berlalu, beberapa bulan saya bersekolah di SMA. Saya melakukan nya dengan normal seperti siswa pada umumnya mengerjakan tugas, menyelesaikan kewajiban piket harian dan yah begitulah seterusnya.
Di hari Sabtu saya dan Rasya biasanya menghabiskan waktu mengobrol, bercerita menghabiskan full album indie(genre musik)hingga mulai banyak playlist yang harus di dengarkan.
Saya juga mulai meniru gaya berdansa vokalis fourtwnty ketika sedang menyetel musik favorit yaitu zona nyaman yang kala itu membuat saya menemukan kebebasan berkarya.
kebebasan yang sesungguhnya ialah apa yang kita lakukan tanpa peduli apa yang mereka lihat.
Apabila ada tugas yang harus saya kerjakan, saya pergi ke ruma Rasya. Menyelesaikan dengan cepat, lalu bercerita apa saja hingga malam dan pulang.
Di hari berikutnya saya mulai merasa perubahan di dalam diri saya. Sedikit demi sedikit, pembahasan saya dengan teman-teman saya mulai hidup. Beberapa dari siswa di kelas menyukai obrolan tentang musik yang sama.
Pada akhirnya saya mulai memperhatikan model rambut saya. Mencoba mengubah potongan rambut saya dari model klimis ke samping, menjadi sedikit gondrong dengan belahan tengah di atas alis. Itu membutuhkan waktu berbulan bulan, hingga mencapai panjang optimal. Hingga akhirnya Saya mulai menyadari dengan berlalunya hari saya melakukan hal yang terbilang cukup nakal, membolos pelajaran di jam tertentu. Padahal saya masih ingat, saya adalah pemimpin jabatan waktu itu.
Saya berteman dengan baik hampir setengah dari siswa laki-laki angkatan saya. Kita juga bergaul dengan akrab, tidak ada sedikit pun masalah. Kami selalu tertawa ketika melewati lorong gedung yang membatasi antar ruangan kelas, bercanda atau meng hibah guru pengajar, itu seru dan saya menikmati setiap langkah menuju kantin, kamar mandi atau meloncat pagar, kegiatan itu semua melewati lorong bangunan SMA.
"Kau lihat Adam, tadi dia ketakutan saat di suru maju, masa iya Pancasila ga hafal"sedikit satir tapi saya tau dia adalah pribadi yang baik, jadi saya membuka obrolan di kala berjalan menyusuri lorong
" Eh sialan, aku sebetulnya hafal. Cuman tadi pura pura lupa biar di ingetin "
Kami menyoraki dia sembari berjalan di antara lorong gedung kelas.saya masih mengingat ekspresi Adam mendengus kesal, tapi tidak marah karna waktu itu memang kita sedang bercanda.
Hal sederhana yang saya nikmati bersama teman saya membuat saya merasakan perbedaan.
Saya menjadi lebih percaya diri saya merasa diri saya yang baru keluar dari dalam telur memecahkan cangkang lalu menjadi anak ayam. Berusaha tumbuh kembali menjadi pribadi yang di kala itu sangat abu-abu.
Dewasa? saya tidak tau, kenapa saya berubah?saya juga tidak tau, saya kacau, saya bingung.Hingga di salah satu moment di bulan ke tiga, pelajaran pendidikan kewarganegaraan, saya di keluarkan dari kelas dan saya harus bertanggung jawab karna teman saya yang bernama Fauzi, Gilang, doni, Rama ikut dengan saya.
Waktu itu saya membolos di kantin, membeli mie ayam karna perut saya tidak bisa di remehkan. Setelahnya, saya di hukum tidak ikut pelajaran dua jam.Setelah kejadian itu saya harus menebus kesalahan saya, yaitu meminta maaf menghampiri orang terhormat di ruang guru dan mengaku kalau saya benar benar bodoh. Saya menyesal tapi itu tidak lama, saya mulai meremehkan tugas-tugas yang di berikan guru pengajar. Sungguh itu masa yang bodoh tapi saya tau kalo itu salah, dan saya harus bertanggung jawab atas konsekuensinya. Satu bulan saya menjadi murid teladan, dua bulan saya mulai berubah.
Ibu saya sering di panggil ke sekolah karna ulah saya.
Tapi ibu saya tidak perna menghakimi anak nya, dia tahu anak laki-laki pasti akan tersadar suatu saat nanti. Dan dia percaya bahwa saya adalah kartu 'As' jurus andalan yang siap di gunakan ketika saat itu tiba. Saya selalu di beri kebebasan, apapun yang saya lakukan dia pasti mendukung penuh apa kemauan anak nya. Tapi saya sendiri seperti menghancurkan harapan dia.
KAMU SEDANG MEMBACA
DARI AKU UNTUK CANDY
Ficção AdolescentePerjalanan menemukan titik kecil kebahagiaan. Saya dan dia memulai itu bersama, cukup cepat hingga kami menemukan titik terakhir itu kisah putih abu abu yang hebat, aku sengaja memberi nama Candy, itu sangat pas Tuhan ini catatan kecil untuk Candy...