Kim Jongdae atau yang lebih akrab disapa Jongdae, dia tidak pernah tahu dengan jelas mengapa dia selalu dijauhi bahkan dirundung, padahal ketika dia masih duduk dikelas SD atau SMP, semuanya berjalan dengan baik, orang-orang memperlakukannya dengan baik, Jongdae memiliki banyak teman dan masuk ke dalam beberapa klub.
Tetapi, semenjak SMA semuanya berubah, dia mulai dirundung, dia mulai tersingkir dari pergaulan sosial dan dia tidak tahu kenapa semua itu tiba-tiba saja terjadi padanya.
Saking jahatnya perundungan yang dia terima, beberapa kali Jongdae berpikir untuk tidak usah bersekolah, dia ingin belajar di rumah saja, tapi bagaimana dengan orang tua nya yang sudah bekerja keras demi membiayai semua kebutuhannya?
Jongdae tidak ingin membuat mereka terbebani, jadi sambil membuang muka dan meremas hatinya sendiri, Jongdae akan bertahan selama tiga tahun, dalam neraka yang orang-orang sebut sebagai sekolah.
“Hei! Buruk rupa! Beliin kita-kita makanan, dong! Laper, nih.”
Kelas jam kedua usai, sambil melempar buku-bukunya, Park Chanyeol menghampiri meja Jongdae dengan wajah songgong.
Takut-takut Jongdae mendongakkan kepalanya.
“Uangnya mana?” Dia bertanya pelan.
“Ya, pake uang lo lah, Bego. Masa pake uang gue? Udah nggak ada otak, ya, lo? Gitu doang perlu diajarin!” kesal Chanyeol sambil membuka ponselnya acuh tak acuh.
“Hari ini aku tidak bawa uang lebih, gimana kalau pakai uang kamu dulu biar besok bisa langsung aku ganti?—aw!”
Jongdae meringis kesakitan ketika Chanyeol mencubit lengannya kencang.
“Aw, aw, aw. Chanyeol ini sakit,” rintihnya.
“Lo berani nyuruh-nyuruh gue?” Rasa-rasanya, jika terus berlama-lama melihat wajah Jongdae, Chanyeol ingin muntah diwajahnya saja.
“Woy, Yeol! Lama banget lo di sana. Lo lagi PDKT sama Si Kucel apa gimana, dah?” teriak Jongin yang sudah berdiri di depan pintu kelas mereka bersama Tao dan Sehun.
“Seleranya anjlok kali setelah habis putus dari Luhan,” kompor Junmyeon.
Chanyeol menoleh malas pada teman-temannya di luar kelas. “Berisik banget lo pada.”
Dia yang sejak tadi menekan meja Jongdae kembali beralih pada siswa culun yang ada di hadapannya.
“Beliin kita makanan sekalian sama rokok, gak pake lama, anter ke rooftop sekolah.”
Jongdae menunduk, nasibnya setiap hari semakin miris. “I-iya, nanti aku belikan setelah belajar.”
Brak!
Chanyeol mengebrak meja Jongdae. “Bukan nanti, tapi SE-KA-RANG!” bentaknya dengan wajah menyeramkan.
Refleks. Jongdae langsung berdiri dan berlari ke luar kelas, sedikit menabrak teman-teman Chanyeol yang ditanggapi dengan decakan.
Chanyeol mengembuskan napasnya kasar, dia kemudian berlari kecil menyusul ketiga temannya naik ke atas rooftop sekolah untuk merokok selama jam istirahat sambil menunggu Jongdae membawakan makanan untuk mereka.
Begitulah keseharian Jongdae selama di sekolah, menjadi target perundungan dan kacung oleh anak-anak lain. Itu masih untung Jongdae baru bertemu dengan anak laki-laki, karena kalau sudah bertemu dengan anak-anak perempuan, hati Jongdae panas-dingin saking sakit hatinya dengan perkataan mereka.
Kalau ditanya, apa semua orang di sekolah merundung Jongdae?
Jongdae tak akan berkata jujur karena dia dilarang menjelek-jelekkan nama baik para guru yang di belakangnya sendiri justru suka membicarakan fisiknya.
Fisiknya?
Ada apa dengan fisik Jongdae?
Dia sendiri bahkan tidak mengerti. Selama ini fisiknya baik-baik saja, seperti orang-orang kebanyakan saja, tidak jelek, tapi juga tak begitu menonjol. Tapi semenjak masuk SMA orang-orang mulai mengata-ngatai dirinya, jelek lah, bau ketek lah, buruk rupa lah, menjijikkan lah. Jongdae sekarang bahkan mandi 5x sehari.
Jongdae awalnya berpikir mungkin karena SMA jadi kehidupan jadi lebih terasa keras, tapi pada kenyataannya apa yang dia alami di sekolah juga dia alami di tempat lain, pada orang-orang yang bahkan tak mengenalnya dan tidak ada masalah dengannya, semuanya bersikap seperti itu.
Apa tak ada seorang pun yang membela Jongdae? Hmm, Jongdae sendiri bingung harus menjawab apa. Beberapa orang membelanya hanya untuk mencari wajah seperti para guru yang tadi disebutkannya, tapi Jongdae sendiri tahu diri tidak semua orang mau mempertaruhkan dirinya sendiri hanya untuk membela dirinya dan menjadi target bullyan baru anak-anak badung.
Yah, setidaknya dia tidak dipukuli seperti korban bullying yang sering dia baca di manhwa-manhwa, karena dia tidak akan mampu tiba-tiba menjadi pahlawan yang jago bertarung melawan preman sekolah.
Brak!
Kim Jongdae hampir jatuh mencium lantai ketika berlari sambil melamun, dia menabrak seseorang, untungnya siswa tersebut lebih dulu memegang tangannya.
“Kamu gak apa-apa?” tanyanya.
Jongdae meringis ketika cemilan yang dia bawa berjatuhan ke lantai, dia menunduk untuk memungutinya.
“Biar aku bantu,” kata siswa itu lagi.
Jongdae mendongak. “Makasih, Kyungsoo.”
Kyungsoo tersenyum manis. “Ini ulah mereka lagi? Seharusnya kamu melaporkan mereka pada guru.”
“Tidak perlu, aku baik-baik saja, kok,” tolaknya, “dan jangan coba-coba melaporkan mereka untukku, nanti kamu jadi yang kena masalah. Aku pergi dulu, byeee Kyungsoo!”
Kyungsoo memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana sambil memperhatikan punggung Jongdae yang semakin menjauh dari pandangannya.
Sejak pertama kali melihat laki-laki itu dihari pertama sekolah, Do Kyungsoo sudah tertarik padanya.
Sayangnya ada banyak sekali orang-orang yang juga tertarik pada Jongdae, namun sekarang semuanya telah berubah, sekarang Kyungsoo jadi memiliki lebih banyak kesempatan untuk mendekati laki-laki itu.
🥀🥀🥀
Author notes.
Halooooooooooowww aku bakalan update cerita ini sampai selesai dihari yang sama, lagian babnya cuma 11 kok, tapi dikit-dikit aja, soalnya cari gambar yang cocok itu begitu syulit.
Btw, ini ada scene 21+, jadi kalau belum legal, ku sarankan baca ceritaku yang lainnya aja yaa dik.
20 Oktober 2024
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE POSE | dks × kjd [END]
FanfictionDo Kyungsoo paling benci berbagi, berbagi makanan, berbagi tempat duduk, berbagi buku, semuanya. Dia selalu menyimpan miliknya untuk dirinya sendiri. Termasuk dengan orang yang Kyungsoo sukai, Kim Jongdae. Meski Kyungsoo harus mengotori tangannya se...