BAB 1: CRUSH

143 17 1
                                    

"Arti tersembunyi dalam lapisan warna, hanya jelas saat kuas terakhir mengungkap gambarnya"

***

Pada suatu sore yang tenang, Minghao baru saja pulang ke rumah setelah hari pertama di sekolah yang melelahkan. Dengan langkah lesu, dia masuk ke kamarnya dan melemparkan tas sekolahnya di sudut ruangan.

Mengeluh pelan, dia merebahkan tubuh di kasur dan mulai mengatur pikirannya tentang apa yang akan datang di tahun ajaran baru. Tak lama kemudian, ponselnya bergetar, menandakan ada panggilan masuk.

Di layar ponsel, tampak nama Jisoo. Minghao mengernyitkan dahi. Biasanya, Jisoo lebih suka berkomunikasi lewat pesan daripada menelepon, tapi ini tidak mengejutkan untuk Minghao. Dengan rasa ingin tahu yang tercampur lelah, Minghao mengangkat telepon.

"Halo, Soo?" suaranya terdengar agak malas, mencerminkan betapa lelahnya dia setelah seharian penuh aktivitas.

Di ujung telepon, suara Jisoo penuh dengan semangat dan antusiasme.

"Minghao! LO SEKELAS SAMA JUN!"

Minghao menarik napas panjang dan mengangkat bahu, merasakan campuran kelegaan dan keengganan.

"Iya, gue udah tahu. Tadi cek lagi nama-nama di mading."

Jisoo tampaknya terkejut, dengan nada suaranya yang sedikit melambat.

"Oh, udah tahu ya? Tapi, sebenarnya, gue senang banget!"

Minghao terdiam sejenak, bingung dengan perasaan Jisoo yang tiba-tiba berubah menjadi ceria.

"Senang? Lo kan nggak sekelas dengan Jun, kenapa senang?"

"Nah justru itu, gue memang sengaja berharap begitu, kalo dia sekelas sama gue, aduh! Dia pasti peka gue suka dan gue nggak mau dia tau," jawab Jisoo dengan nada gembira.

"Jadi, lebih baik kalau dia nggak langsung tahu dari awal. Gue takut canggung juga kalo ketemu,"

Minghao merasa bingung dengan reaksi Jisoo yang tidak sesuai dengan ekspektasinya. Dia sudah tahu sejak lama bahwa Jisoo memiliki perasaan diam-diam terhadap Jun sejak mereka di kelas 2 SMP.

Jisoo sering bercerita tentang ketertarikan itu, dan Minghao adalah satu-satunya orang yang tahu tentang hal ini. Wonwoo dan Jeonghan tidak pernah mengetahuinya, dan Minghao selalu merasa sedikit tertekan dengan beban rahasia ini.

"Jadi, lo malah ngerasa lega?" tanya Minghao, sedikit tidak percaya.

Jisoo tertawa kecil di telepon.

"Iya! Gue ngerasa lebih tenang aja. Kalau sekelas sama Jun, gue takut dia bisa langsung tau perasaan gue, dan itu bisa bikin gue sama dia canggung tiap hari. Jadi, lebih baik kalau dia nggak langsung tahu. Gue bisa tetap dekat sama dia tanpa harus ngerasa terlalu tertekan."

Minghao menggelengkan kepala meskipun Jisoo tidak bisa melihatnya.

"Lo memang unik, Soo."

Di ujung telepon, Jisoo tampak benar-benar ceria.

"Haha! Thanks, Hao. Gue anggap itu pujian."

Minghao tersenyum kecil mendengar semangat Jisoo.

"Terserah, deh. Lo tahan banget suka sama orang kayak Jun. Dah kayak buta,"

"Kalo nggak buta dan Bucin mah berarti nggak beneran suka, Hao."

"Siappppp, semoga lo cepat dapat yang lebih baik,"

Setelah menutup telepon, Minghao duduk di tempat tidurnya, merenung. Ini akan me jadi masa-masa yang berat bagi Minghao sendiri. Jisoo juga tampaknya menemukan cara untuk tetap dekat dengan Jun tanpa terlalu mengungkapkan perasaannya secara langsung. Minghao lega Jisoo tidak banyak protes.

SIMFONI ASIMETRIS || JUNHAO ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang