EPILOG (1)

76 7 2
                                    

Makan malam akhirnya siap disajikan. Untungnya, villa ini dilengkapi dengan meja makan yang dapat menampung hingga 32 orang, dan semua biaya makanan ditanggung oleh iuran mereka. Kepercayaan mereka tetap diberikan kepada Minghao untuk berbelanja, dan inilah hasil yang ia bawa untuk mereka semua.

"Gue ngerasa kita kayak lagi makan malam keluarga," jelas Jungwoo.

Jam sudah menunjukkan pukul setengah tujuh, dan semua orang mulai menyantap hidangan yang tersedia dengan lahap. Sesekali, mereka bercengkerama, berbagi cerita tentang kehidupan kuliah atau pekerjaan yang telah mereka jalani selama dua tahun terakhir.

Tanpa terasa, waktu berlalu. Setelah makan malam, mereka berkumpul di gazebo belakang untuk menikmati pemandangan dan berbincang sebelum tidur. Mingyu berlari ke dalam, dan setelah beberapa saat kembali dengan beberapa botol soju di tangannya. Eunwoo sempat protes, namun mau tak mau, dia memperbolehkan karena mereka semua sudah cukup dewasa.

Drrt! Sebuah ponsel berbunyi.

"Hao, minum, ayok!" seru Jisoo.

Minghao berulang kali menolak; dia tidak menyukai minuman beralkohol itu, rasanya begitu tidak enak baginya. Namun, untuk menjaga suasana tetap ceria, akhirnya dia meneguk satu gelas kecil dan langsung mendapat erangan puas dari orang-orang di sekitarnya.

Botol demi botol soju mereka habiskan, seolah tak pernah puas dengan cairan berwarna bening itu. Minghao tidak mabuk; satu gelas tidak mungkin membuatnya hilang kesadaran, berbeda dengan Jeonghan yang sudah mulai mengigau. Karena Eunwoo ingin menjaga semua temannya, dia memutuskan untuk tidak ikut minum—sungguh sikap yang baik.

Beberapa dari mereka sudah terlelap, tertidur dalam keadaan mabuk. Jisoo dan Wonwoo, yang juga sedikit terpengaruh, harus mengangkat Jeonghan yang sudah tak sadar ke kamar untuk beristirahat. Begitu pula dengan Soonyoung, yang dibantu Mingyu dan Hansol untuk masuk ke dalam.

Begitu juga dengan laki-laki yang lain dalam kondisi mabuk parah dan harus dibantu teman-teman mereka untuk dibawa masuk. Akhirnya, semua sudah berada di tempat tidur masing-masing, termasuk para perempuan yang sudah masuk ke kamar mereka.

Minghao masih berada di luar, membersihkan kekacauan yang ditinggalkan, mengumpulkan botol-botol yang berserakan dan membuangnya ke tempat sampah. Eunwoo dan Hansol yang masih sadar segera menghampiri Minghao.

"Biarin aja, Hao, rajin banget sih."

"Gue kayanya masih mau di luar, deh. Kalian berdua bisa istirahat saja," jawab Minghao.

"Lo minum, nggak, tadi?" tanya Eunwoo.

"Sekali doang."

"Gue nggak bakal bisa tidur kalau kalian semua belum masuk ke dalam," jelas Eunwoo.

"Ya udah, nggak usah tidur," balas Minghao.

Hansol tertawa, memukul lengan Eunwoo, "Ya udah, kita nunggu di dalam, deh. Kita juga mau cari Jun. Anak itu tiba-tiba menghilang."

Eunwoo dan Hansol kemudian berlalu dari tempat itu lalu masuk ke dalam, sedangkan Minghao duduk bersandar di sebuah tiang gazebo sebari bermain ponsel. Lalu di sisi lain, ternyata Jun tengah berbicara dengan seseorang di ponsel nya, ibu nya menghubungi.

Saat dia kembali ke belakang, tempat itu sangat berantakan, botol soju penuh di tong sampah, makanan juga berada di tempat itu, namun satu hal yang menarik perhatiannya, seseorang yang tengah duduk diam membelakangi nya berada di gazebo.

"Anjir, Minghao? Bukan hantu, kan? Kenapa diam gitu?" batin Jun, jantungnya berdebar kencang saat melihat sosok itu dari kejauhan. Minghao tampak merenung, menatap kosong ke arah tanah.

SIMFONI ASIMETRIS || JUNHAO ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang