BAB 20: PERPISAHAN

64 6 0
                                    

"Arti tersembunyi dalam lapisan warna, hanya jelas saat kuas terakhir mengungkap gambarnya"

***

Pesta perpisahan SMA angkatan Minghao akhirnya digelar hari ini, dan suasana aula sekolah berubah menjadi pusat kegembiraan yang penuh dengan lampu-lampu gemerlap, dekorasi balon berwarna-warni, serta hiasan-hiasan yang mencerminkan kebahagiaan dan antusiasme para siswa. Di sepanjang dinding, tergantung foto-foto kenangan yang merangkum perjalanan tiga tahun mereka di sekolah ini—foto saat MOS, acara karnaval, hingga momen-momen kelulusan yang penuh haru. Hari ini, semuanya seakan mencapai puncak: perpisahan, di mana setiap tawa dan senyum berbaur dengan rasa rindu dan nostalgia yang mulai mengendap di hati masing-masing.

Di atas panggung, kepala sekolah membuka acara dengan pidato yang penuh kebijaksanaan. "Di hari yang spesial ini," ujarnya dengan suara mantap namun hangat, "Ini bukan akhir dari perjalanan kalian. Tapi, ini awal untuk hal yang baru..." Setiap kata yang diucapkannya diiringi tepuk tangan dan sesekali sorakan dari para siswa yang berusaha menyembunyikan rasa haru mereka. Kemudian, beberapa guru juga bergantian memberikan sambutan, menyampaikan harapan dan doa bagi kelulusan mereka, sambil tak lupa mengenang momen-momen lucu dan berkesan selama mengajar.

Acara semakin meriah ketika adik-adik kelas mereka naik ke panggung untuk memberikan persembahan. Ada yang menyanyikan lagu perpisahan dengan suara merdu yang menggema di seluruh aula, membuat suasana terasa syahdu namun indah. Ada juga yang menari dan menampilkan drama pendek yang kocak, membuat gelak tawa memenuhi ruangan. Setiap orang menikmati pertunjukan itu, mencoba menutupi rasa sedih dengan keceriaan yang mereka tampilkan.

Di tengah keriuhan tersebut, Jun duduk di salah satu kursi, sedikit terpisah dari keramaian. Dia menatap sekeliling, memperhatikan wajah-wajah yang akrab, teman-teman yang sudah bersama selama tiga tahun terakhir. Senyumnya tersungging tipis, tetapi jauh di dalam, perasaannya bercampur aduk. Pandangannya tertuju pada Minghao yang duduk tidak jauh darinya, dikelilingi oleh beberapa teman sekelas mereka. Minghao tampak begitu bahagia—senyumnya lebar, matanya berbinar cerah saat menatap panggung, bertepuk tangan dengan penuh semangat setiap kali pertunjukan usai.

 Minghao tampak begitu bahagia—senyumnya lebar, matanya berbinar cerah saat menatap panggung, bertepuk tangan dengan penuh semangat setiap kali pertunjukan usai

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Melihat Minghao begitu bahagia, Jun merasa hatinya bergetar. Jauh di dalam, ada perasaan hangat melihat pria manis itu tersenyum, tetapi di sisi lain ada rasa hampa yang perlahan muncul. Hari ini seharusnya menjadi hari bahagia, tapi bagi Jun, ini juga menjadi hari yang berat karena kenyataan bahwa setelah hari ini, Minghao akan pergi. 

Tidak seperti kebanyakan teman-temannya yang akan melanjutkan kuliah di kota yang sama, Jun dengar dari Mingyu bahwa Minghao dan ketiga teman-temannya sudah memutuskan untuk melanjutkan pendidikan di kota lain, jauh dari tempat mereka biasa bersekolah. Kota yang memisahkan mereka dengan jarak yang tak mudah dijangkau setiap hari.

Jun mengalihkan pandangannya sejenak, menatap ke arah panggung, mencoba mengalihkan pikiran. Namun, perasaan itu tak bisa ia lupakan begitu saja. Betapa ia berharap masih bisa bertemu Minghao lagi setiap hari, seperti saat-saat mereka di SMA. Semua momen itu terasa begitu normal, begitu sederhana, namun kini terasa seperti sesuatu yang tak lagi bisa dijangkau. Walaupun selama SMA hanya berisi pertengkaran dingin keduanya.

SIMFONI ASIMETRIS || JUNHAO ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang