DEPRESI

31 2 0
                                    

"Kamu memiliki hak untuk merasakan emosi apa pun yang muncul. Biarkan dirimu merasakan, memproses, dan melepaskan."

°Dokter Helena Hartigan°






Alesya terbangun di ruangan putih steril, bau obat-obatan menusuk hidungnya. Tubuhnya terasa berat, dibalut perban dari ujung kepala hingga ujung kaki. Ingatan tentang serangan brutal itu masih terngiang jelas di benaknya, mengerikan dan menyakitkan.

Saat matanya menyesuaikan dengan cahaya ruangan, ia melihat seorang wanita berpakaian putih berdiri di samping ranjangnya. Wanita itu tersenyum lembut, "Selamat datang kembali, Alesya."

"Dokter..." bisik Alesya, suaranya serak dan hampir tak terdengar.

"Saya Dr. Helena," jawab wanita itu. "Saya yang menangani Anda saat Anda dibawa ke sini."

Alesya mencoba mengingat, "Dimana... dimana Edward?"

Helena menggelengkan kepala, "Edward? Siapa dia?"

Alesya mengerutkan kening, "Edward, yang... yang menelepon saya. Dia yang menjemput saya..."

"Alesya, Anda mengalami trauma berat," kata Helena dengan lembut. "Anda harus beristirahat. Kita akan bicarakan semua ini nanti."

Alesya masih merasa bingung. Siapa yang menyerangnya? Mengapa? Mengapa dia tak bisa mengingat apa pun selain nama Edward?

Saat itu, pintu terbuka dan seorang polisi masuk. Ia mengenalkan dirinya sebagai Detektif Miller dan mengatakan bahwa ia sedang menyelidiki kasus penyerangan terhadap Alesya.

"Saya dapat mengonfirmasi bahwa Anda diserang oleh dua orang dari sebuah organisasi gelap," kata Miller. "Kami sedang menyelidiki motif mereka."

"Mereka... mereka mencoba membunuh saya," bisik Alesya. "Dan... mereka ingin menghancurkan saya."

Miller mengangguk, "Kami sedang mengerjakan kasus ini. Kami akan menemukan mereka. Dan kami akan membawa mereka ke pengadilan."

Alesya menatap Miller dengan mata penuh harapan, "Apakah... apakah Anda akan menemukan mereka?"

"Saya berjanji, Alesya," kata Miller. "Kami akan melakukan segalanya untuk mengungkap kebenaran."

Namun, sebelum Alesya bisa bertanya lebih jauh, Helena tiba-tiba menyela, "Maaf, Detektif Miller. Saya harus memeriksa Alesya. Ada sesuatu yang perlu saya cek."

Miller mengangguk dan meninggalkan ruangan.

Helena kembali ke samping ranjang Alesya, dan dengan lembut menyentuh tangannya. "Alesya, kau harus jujur padaku. Apa yang sebenarnya terjadi? Kau tidak hanya diserang, kau juga mengalami amnesia."

"Amnesia?" tanya Alesya. "Bagaimana bisa?"

"Kau mengalami trauma hebat, Alesya," kata Helena. "Dan terkadang, otak manusia melindungi diri dari trauma tersebut dengan cara melupakan kejadiannya."

Alesya terdiam.

"Ada satu hal lagi yang perlu kau ketahui," kata Helena, suaranya menjadi serius. "Kau mengalami luka serius di perutmu. Dan... kau tidak akan bisa memiliki anak."

Alesya tersentak, "Tidak bisa punya anak?"

"Ya, Alesya. Luka-luka yang kau alami telah merusak organ reproduksimu."

Alesya menatap Helena dengan mata terbelalak. Kejadian ini terasa seperti mimpi buruk.

"Siapa... siapa yang melakukan ini padaku?" tanya Alesya, suaranya bergetar.

D'TOPENG [ REVISI ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang