nineteen

11 0 0
                                    

"Saya cukupkan untuk hari ini. Selamat malam," tutup dosen Bahasa Korea sebelum meniggalkan kelas.

"Gilaaaa. Punggung gue..." keluh Chandra sambil merenggangkan badannya.

Ting!

Bang Ikal
gue depan kelas lo
samperin jgn?

"Gue duluan ya, gengs. Jangan kangen. Buay!" seru gue dan keluar dari kelas.

Bang Ikal langsung mengambil alih totebag dan tumblr yang ada di tangan gue. "Keren banget yang kelas sampe jam segini. Cape ga?"

"Cape. Makanya ayo se... ka... rang..."

Dosa sebesar apa yang sudah hamba perbuat sampai harus ketemu Kak Jarvis sehari tiga kali gini, Ya Allah...

"Sekarang?" tanya Bang Ikal menyadarkan gue yang kaku.

"MAKAN! Sekarang makan. Yuk!" gue menunjuk ke arah berlawanan agar Kak Jarvis gak bisa liat gue, "Di sana kan mobilnya?"

"I... ya..." jawab Bang Ikal curiga.

"Okay! Ayo!"

Gue langsung merangkul tangan kanan Bang Ikal dan berjalan sambil cengar-cengir macem kuda.

"Lo kenapa sih?" tanya Bang Ikal setelah mobilnya keluar dari kawasan kampus.

Gue menoleh dan tersenyum. "Gapapa. Cuma laperrr."

"Ya udah. Sekarang mau makan apa? Lo main ayo ayo aja tadi."

Maaf Bang Ikal tapi gue cuma bisa nunjukin senyum pepsodent gue. "Jalan dulu aja."

"Ini jalan dulu aja terus nanti keterusan abis itu kagak ketemu dah tu tempat makan."

Gue tertawa pelan dan bersuara, "Um... Gimana kalau lontong sayur?"

Bang Ikal melirik gue dengan lirikan kagetnya saat lampu lalu lintas menunjukkan warna merahnya. "Heh! Yang bener aja jam segini nyari lontong sayur?"

"Ya udah es dawet deh."

"Makin gak waras ni anak..." katanya lalu menginjak pedal gas.

Rasa tawa ini gak bisa gue tahan. Akhirnya kita memutuskan untuk makannnnnn Richeese!

Hahaha...

Sebetulnya gue sempet kena getokan kecil di kepala, tapi gue pengen banget makan ayam.

"Kan ada ayam goreng kuning? Ayam penyet gitu? Harus banget junkfood?" omelnya sebelum setuju dengan usulan gue akan Richeese yang enak itu.

by the way busway guys, ini gue gak endorse atau apapun itu ya. HARAP DIINGAT!

Sesudah duduk dan cuci tangan, kita langsung menyantap hidangan yang ada di depan kita. Tapi sebelum ayam itu mendarat di mulut gue, Bang Ikal megang tangan gue. "Beneran lo mau makan ini? Pedes, Key."

"Enak kali lagi stress makan yang pedes pedes," jawab gue lalu mengambil satu gigitan. "GILA! ENAK BANGET!"

Bang Ikal terkekeh. "Pelan-pelan."

Mengacuhkan perkataan cowok depan, gue menggigit lagi paha ayam yang enak ini.

"Eh, Bang! Apa gak cape nungguin gue seharian? Beneran dari pagi sampe malem loh," tanya gue saat Bang Ikal baru menelan makanannya.

"Gue tu seharian nungguin lo bukan marathon dari Sabang sampai Merauke."

"Ih beneran!" kata gue sambil menghentakkan tangan yang masih memegang kulit ayam.

Kata Aku, "Kamu Lucu!"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang