happy reading semua!
Katanya, cinta pertama itu indah. Katanya, cinta pertama itu membantu kita untuk menjadi lebih dewasa. Dan ketika cinta pertama itu kandas, saat itulah kali pertama kita patah. Bener gak? Cinta pertama sulit dilupakan, jadi patahnya juga sulit disembuhkan.
Cinta pertama gue dimulai saat SMA. Kata orang sih namanya cinta monyet. Tapi gue heran, kenapa orang-orang bisa mengkerdilkan rasa cinta anak SMA? Kalau kita tulus dari hati gimana?
Tapi bener sih, kalau lo mau tulus dari hati, lo harus menunggu orang yang tepat atau lo harus mau mengorbankan hati lo jikalau patah.
Jarvis Kendrick. He is my first love and my first broken heart.
Ironis. Di saat gue tulus mencintai dia, dia mematahkan semuanya. Bukan hanya gue yang patah. Sahabat dia, Bang Andy, pun patah. Atau mungkin dia lebih patah dari gue ataupun Kak Jarvis sendiri.
Wanna hear a story about us?
Kak Jarvis adalah kakak kelas gue semasa SMA. Dia satu angkatan di atas gue. Cara gue kenal dan deket sama dia lewat sahabatnya, Bang Andy. Mereka udah temenan dari zaman "gak tahu apa-apa" a.k.a anak SD.
Kak Jarvis tuh orangnya sweet, perhatian banget, dan sopan. Dan yang paling penting, orangnya peka jadi pengertian banget.
Dia tu tipe-tipe orang yang gak mau banget lihat orang-orang yang dia sayang terluka. Tapi, terkadang cara dia melindungi orang-orangnya itu salah. Um... Thats is the reason why we break up.
Awalnya gue berpikir dia kek gitu pasti karena sayang banget sama orang-orangnya dan dengan cara gue ngasih tahu dia baik-baik mungkin dia gak akan kayak gitu lagi. Tapi, gue salah. Salah besar. Itu memang cara dia. Tapi, cara itu salah.
Most of the time, my boy friend was beaten by him. Termasuk Chandra. Jealous, katanya. Sedangkan dia gak pernah cerita ke gue sama sekali. The question is "kenapa lo bisa tahu, Key?"
Satu waktu, temen kelas gue ngasih video dia lagi mukulin Syarik, temen komunitas literasi yang gue buat di SMA dulu. Awalnya gue gak percaya, tapi saat sore harinya gue ketemu sama Syarik. Dia pakai masker yang bikin gue curiga. Sampai akhirnya temen gue yang lain gak sengaja nepak tangannya dan dia meringis kesakitan. Waktu gue perhatiin, ternyata tangannya bengkak. Di situ gue udah mulai percaya jadi gue langsung nanya Syarik. Kalian tahu apa jawaban dia? "Gapapa Key, dia cuma sayang doang sama lo. Jaga diri lo baik-baik ya." Saat itu juga gue nangis. Sakit rasanya lihat temen gue sendiri kesakitan dan biang dari rasa sakitnya adalah gue.
Sampai berbulan-bulan, temen-temen cowo gue satu persatu mulai menjauh. Hampir seluruh siswa-siswi di sana nyinyirin gue karena gue gak bisa jaga perasaan pacarnya.
Sejujurnya gue gak diem aja. Beberapa kali gue nanya dan ngasih tahu Kak Jarvis. Gak jarang juga gue ngasih peringatan ke dia untuk berhenti. Tapi, mungkin rasa sayang dan takutnya malah makin besar.
Sampai satu waktu, saat keadaan gue gak baik-baik aja, gue pingsan saat pelajaran olahraga. Chandra yang notabene temen sekelas gue, langsung memangku gue ala bridal style ke UKS. Karena kelas Kak Jarvis yang langsung ngadep ke lapangan outdoor sekolah kita, dia jadi tahu kejadian itu. Kebetulan juga kelasnya lagi dapet jam kosong.
Saat gue udah siuman, Chandra langsung balik lagi ke lapangan karena ada Cami yang nemenin gue. Di situlah Kak Jarvis nonjokin Chandra sampe babak belur yang gue lihat pake mata kepala gue sendiri. Banyak orang yang melerai mereka, tapi semuanya sia-sia karena badan mereka berdua yang gak bisa dikatakan kecil.
"KAK JARVIS!" teriak gue karena udah gak tahan lihat mereka saling tonjok gitu.
Kak Jarvis mungkin masih marah jadi dia langsung narik gue ke lorong perpus yang memang jarang dilewati orang-orang. Chandra sempet neriakin gue untuk gak pergi bareng Kak Jarvis, tapi tindakan itu membuat Kak Jarvis kesulut lagi apinya. Untungnya gue bisa menarik dia dari sana. Cami pun awalnya mau ngikutin gue, tapi gue tahu dan minta tolong buat obatin luka Chandra aja.
"Jelasin!" katanya tegas.
"Jelasin apa sih?"
Kak Jarvis mendekat lalu menyejajarkan tingginya dengan tinggi gue. "Kurang jelas sama apa yang lo lihat tadi? APA GUE HARUS KOAR-KOAR DEPAN SEMUA ORANG BAHWA PACAR GUE GANJEN!?" teriaknya tepat di depan wajah gue.
Suaranya cukup keras sampai gue harus memejamkan mata gue sebentar. Kaki dan tangan gue mulai gemetar dan lemas. Tapi, gue harus memberanikan diri untuk natap dia biar gak kelihatan kalah.
"Ganjen dari mana sih? Aku tadi lagi olahraga loh, Kak. Mana ada juga orang yang mau pingsan kayak gitu?" jelas gue dengan suara yang gue usahain gak getar sama sekali.
Kak Jarvis berdecak sambil geleng-geleng kepala. "Gak habis pikir gue. Sehari berapa cowo? Emang gue gak cukup? Harus baik gimana lagi gue?"
"Gak gitu, Kak."
"Halah! Alesan aja lo," remehnya.
"Aku bukan orang kayak gitu, Kak. I am not the kind of person you think I am!"
"Terus apa? Tiap hari ganti-ganti cowo."
Air mata gue udah di ujung mata. Pandangan gue mulai buram. Tapi dengan begitu, dia melanjutkan kata-katanya, "Emang bener ya, cewe yang polos di depan tuh cuma boongan doang."
"Gak cukup ya pukulin orang-orang?" lirih gue diiringi air mata yang udah gak bisa gue tahan lagi. "Gak cukup lihat aku semakin dijauhin orang-orang? GAK CUKUP LIHAT AKU SAKIT KAYAK GINI?"
"LO PUNYA GUE! LO GAK USAH SAMA COWO LAIN!"
"MEREKA TEMEN-TEMENKU, KAK!" teriak gue gak kalah keras.
"Gak suka lihat temen lo luka? GAK SUKA!? TERUS APA KABAR COWO LO YANG GAK SUKA LIHAT LO DEKET SAMA COWO LAIN!?"
Gue pun terisak lebih keras dari sebelumnya.
"ITU KARENA LO SENDIRI, BANGSAT! MEREKA GAK AKAN CELAKA KALAU LO GAK BERULAH! GUE CUMA MINTA LO JAGA JARAK SAMA COWO DOANG, SESUSAH ITU!? DASAR CEWE GANJEN!" teriaknya lebih keras sambil mendorong pundak gue.
"Cuma mereka yang mau nemenin aku, Kak. Temenku cuma mereka."
"Ck! Gak ada temen katanya. GAK ADA TEMEN TAPI TIAP HARI GANTI COWO. KEREN! LANJUTIN KEY! LANJUTIN! BORONG AJA SATU SEKOLAH BIAR LO PUAS!" teriaknya tepat di depan wajah gue.
Sakit.
Sakit rasanya di saat orang yang lo sayang tiba-tiba merendahkan dan menyalahkan semua kesalahan atas dirinya dan gue pada diri gue.
Untuk pertama kalinya, gue merasa patah. Sepatah-patahnya.
Sedetik kemudian Bang Andy dateng dan sempet adu jotos juga sama Kak Jarvis yang untungnya masih bisa gue lerai. Bang Andy pun langsung bawa gue keluar dari sekolah tanpa ngomong apapun.
"Gue udah pernah bilang sama lo, kalau Jarvis nyakitin lo bilang. Kenapa lo diem aja, Key?" tanyanya setelah berkeliling menaiki mobil selama satu jam.
Gue masih belum bisa menjawab. Badan gue masih bergetar, air mata pun belum bisa berhenti mengalir. Akhirnya Bang Andy menjatuhkan gue ke pelukannya. Bukannya mereda, tangis gue malah makin pecah. Gue pun merasakan ada isak tangis dari Bang Andy.
Kita berdua akhirnya menumpahkan rasa sakit ini bersama.
to be continued...
KAMU SEDANG MEMBACA
Kata Aku, "Kamu Lucu!"
Fiksi Remaja"Ya udah jadi pacar gue aja," katanya SANTAI BANGET. "Emang gue mau jadi pacar Bang Ikal?" Tanya gue nantangin dia. Hai! Ini work pertamaku... Aku masih belajar untuk menulis ya semuaa, jadi maaf banget untuk banyaknya typo, banyak kata-kata atau ka...