44. Uluran Tangan Bupati Hadyan

9 1 0
                                    

Telah banyak Daisy menyaksikan air mata yang jatuh pada tuannya setelah keruntuhan raja sebelumnya terjadi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Telah banyak Daisy menyaksikan air mata yang jatuh pada tuannya setelah keruntuhan raja sebelumnya terjadi. Daisy adalah yang paling tahu, bagaimana tuannya menderita selama ini. Ia pun tak ingin kematiannya hanya akan membuat keadaan Dara kian memburuk. Faktanya, meski Dara memiliki gelar yang begitu tinggi dan sangat diimpikan oleh seluruh wanita di dalam kerajaan ini, ia tak ubahnya seperti cangkang yang kosong, raga utuh tapi hatinya hancur berkeping-keping.

Keberadaan Dara tak ubahnya hanyalah sebuah alat. Baik itu dari sisi ayahnya sendiri maupun dari sisi suami yang baru saja dinikahinya, dan Daisy menyadari itu, bahwa jika ia pun berakhir pada kematian, maka keadaan Dara akan semakin hancur lebih dari ini.

Dengan sisa tenaga yang ia miliki, Daisy mencoba menghibur tuannya. "Jangan menangis, Yang Mulia. Aku akan baik-baik saja," bisiknya pelan, suaranya terdengar begitu lemah.

Perkataan Daisy semakin membuat hati Dara remuk. Ia menolak untuk percaya pada Daisy, karena kenyataannya gadis malang itu yang harus menghadapi hal-hal berbahaya karena terus berada di sisinya.

"Bagaimana kau bisa mengatakan hal mengerikan seperti itu? Kau akan baik-baik saja! Jangan berkata apa pun lagi, Daisy, atau aku tak akan pernah mau berbicara denganmu lagi!" ancam Dara dengan suara bergetar. Wajahnya memucat, seolah semua harapannya bertumpu pada sosok lemah di hadapannya. Kekhawatiran dan kesedihan yang mendalam tampak jelas dari mata permaisuri yang sembab, seolah dunia akan runtuh jika sesuatu terjadi pada Daisy.

Namun, Daisy yang terbaring lemah di hadapannya, hanya tersenyum tipis, sebuah senyum yang penuh dengan ketenangan. Di tengah rasa sakit yang masih menyelimuti tubuhnya, gadis itu tertawa kecil, meski suaranya terdengar rapuh dan hampir tak terdengar. Tawa itu seakan datang dari hati yang menerima, sebuah tawa yang ia tunjukkan untuk menghibur majikannya yang sedang dirundung rasa takut dan dilema.

"Jangan khawatir, Yang Mulia. Aku baik-baik saja, asalkan Yang Mulia selamat."

Melihat keduanya, Mita yang sejak tadi berdiri di dekat mereka, merasa tergerak untuk segera menenangkan situasi.

"Yang Mulia benar," timpal Dara, menyela di tengah percakapan yang sangat mengharukan itu. Sungguh hubungan antara tuan dan pelayan yang tidak biasa. "Anda jangan terlalu banyak bicara atau bergerak. Itu akan membantu proses penyembuhan lebih cepat. Tapi yang terpenting, tetaplah untuk terus sadar. Fokus pada pemulihan Anda sampai kekuatan suci selesai bekerja."

Daisy menurut sesuai yang dikatakan oleh Mita. Hingga akhirnya, proses penyembuhan dengan kekuatan suci yang dilakukan Kirana telah selesai. Cahaya lembut yang sebelumnya menyelimuti tubuh Daisy mulai meredup, seiring dengan luka-luka yang menghilang dari kulitnya. Luka-luka yang tadinya tampak mengerikan, kini seolah tak pernah ada sama sekali. Pun pada napas Daisy yang semula terengah-engah, seolah sulit menghirup udara di sekitarnya, kini mulai kembali normal dan teratur.

Kirana menghela napas panjang karena proses pengobatan yang berhasil. Sejujurnya, ini adalah pertama kalinya Kirana melakukan penyembuhan terhadap pasien dengan luka yang cukup serius. Namun syukurlah, ia bisa melakukannya dengan baik. Dan sekarang, ia harus melanjutkannya pada orang-orang yang juga membutuhkan kekuatan sucinya.

SELENOPHILE (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang