Chapter 6: IN FRIEND WE TRUST

1.1K 44 0
                                    

Hari ini aku disibukkan dengan membersihkan lantai 2. Kusapu, kemoceng, dan pel dengan telaten. Kamar mandi pun juga sedang ku bersihkan hingga bersih.

Tapi mungkin aku juga berfikir kenapa aku sedang bersih bersih?

Padahal jadwal ku bersih-bersih bukan hari ini.

-3 bulan sebelumnya-

Aku dan para penghuni lain sedang berkumpul di ruang tengah. Ci Shani dan Teh Mpen membahas tentang Zee. Mengingat Zee sekarang sedang mengandung janin orang lain. Seluruh faktor-faktor kehamilan akan dia rasakan dalam span waktu beberapa bulan kedepan.

"Jadi, cici harap kalian tolong maklumi Zee karena dia sekarang menjadi seorang ibu pengganti." Ucap Ci Shani.

"Intinya, turutin aja ya?" Sambung Feni.

Yang lain menyimak dan paham arahan dari Shani dan Feni. Cewek-cewek bangun dari duduknya dan bergantian mengelua perut Zee sebelum mereka masuk ke kamar masing-masing dan aku juga.

"Rey, tunggu bentar. Sini dulu." Sahut Teh Mpen yang membuat langkahku berhenti dan menatap ketiga wanita itu.

"Begini...teteh mau tanya ke kamu"

"Tanya apa, teh?"

"Teteh...minta tolong, kamu momongin Zee."

Aku bingung dengan yang dimaksud oleh perkataan Teh Mpen "Maksudnya momongin, gimana ya?"

"Kamu berperan jadi ayah untuk temenin Zee dan kandungannya." Ucap Teh Mpen.

Aku menelan liurku. Karena hal ini sama sekali belum pernah ku alami. Zee hanya mengusap-usap perutnya yang sudah terisi oleh bayi. Yang tadinya Zee bersikap dingin kepadaku, malah dia yang memintaku untuk menjadi peran laki-laki atau ayah semasa kehamilan ini berlangsung.

"Lu ga mau? Apa karena...gua takutnya...jadi beban buat lu?" Tanya Zee dengan lembut kepadaku "Tapi...selama lu temenin dan hadir untuk gua, lu bisa ngentotin gua sepuasnya sama buang di dalem. Gua juga mau rasain kasih sayang suami itu kayak gimana."

"Jadi gimana, Rey? Kamu mau?" Tanya Ci Shani.

"Ci...Teh...aku boleh ngobrol sama Zee secara pribadi?" Mintaku. Lalu  Ci Shani dan Teh Mpen mengangguk  dan pergi ke dapur.

Aku sebenarnya bisa menolak. Karena hal ini tidak ada sangkut pautnya denganku. Tapi...dengar permintaan langsung dari Zee membuat hatiku iba terhadap dirinya yang sebenarnya mau merasakan momen kehamilan ini. Aku berjalan dan berjongkok kehadapannya, lalu mengusap perutnya yang masih rata itu.

"Aku mau...tapi"
"Tapi apa, Rey?"
"Aku masih boleh deketin cewek lain dan kamu juga tolong nurut sama aku. Gimana?"

Zee berdiam diri untuk berfikir dengan permintaan dariku. Pastinya dia tidak mau dong...

"...boleh. kalo mau ajak gua threesome juga ga masalah."

...atau mau.

-Waktu sekarang-

Setelah membersihkan lorong lantai 2, aku langsung ke dapur di bawah untuk mengambil segelas air putih. Aku melihat Zee yang sedang membaca buku masak sambil memasak dengan perlahan.

Dia hanya menggunakan tanktop abu-abu tipis dan celana dalam hitam. Dari belakang, aku memeluk tubuhnya dengan tanganku melilit pinggangnya serta daguku yang bertengger di bahunya. Zee merasa geli tetapi Ia tidak mempermasalahkannya.

"Masak apa kamu?" Tanyaku.

"Masak sayur bayem. Soalnya aku lagi pengen." Jawab Zee.

Aku dan Zee sepakat untuk memanggil satu sama lain dengan Aku-Kamu atau sayang. Karena hal ini juga sebagai bentuk dari permintaan Zee kalau dia ingin merasakan kasih sayang pasangannya.

NOVUS ITERWhere stories live. Discover now