TIGA (spicy)

29 11 8
                                        

Warning: this chapter is lil bit spicy

Agatha baru saja selesai memakaikan pakaian Ellen saat bel berbunyi. Berjalan cepat ia memeriksa siapa yang datang. Satpam apartemen, apa yang terjadi? Agatha bertanya-tanya sendiri. Masih membawa handuk kecil milik keponakannya, ia membukakan pintu.

"Selamat malam, Nona Smith, saya sudah mencoba menghubungi Anda, tapi sepertinya Anda sedang sibuk," ujar satpam dengan sopan.

"Ah.. maaf ponsel saya di kamar, ada yang bisa saya bantu?"

"Pemuda ini mencari Anda, apa Anda mengenalnya?" ia menunjuk Sean yang berada di belakangnya. Tentu saja Agatha terkejut. Ini belum berganti hari, tapi Sean sudah mendatanginya lebih awal.

"Y-ya.. dia kekasih saya, ini kali pertamanya kemari," ujar Agatha tersenyum ramah hingga mustahil untuk dicurigai. Tidak dengan Sean yang sangat terkejut dengan pernyataan Agatha, menyadari satpam itu melihatnya. Sean hanya tersenyum dan mengangguk saja.

"Begitu rupanya, pantas saya tidak pernah melihat pemuda ini. Kalau begitu saya akan meninggalkan kalian di sini," satpam itu pergi setelah mendapat jawaban yang terdengar meyakinkan.

Agatha pun membuka pintu lebih lebar agar Sean bisa masuk. Melihatnya membawa dua tas besar, pasti melelahkan. Agatha membiarkan Sean untuk mengistirahatkan tubuhnya sebentar di sofa. Agar tidak mengganggu, ia meminta Ellen untuk menyiapkan makan malam bersama. Semua terjadi begitu cepat karena yang ribut hanya Ellen, anak-anak diusianya memang sangat suka mengoceh. Begitulah hari ini berakhir dengan Ellen yang tertidur di atas pangkuan Agatha. Untuk sementara ia tidak bisa bergerak karena sedikit gerakan pasti dapat membangunkan keponakannya. Ia memanggil Sean setengah berbisik, beruntunglah Sean hanya duduk di bawah tepat di sebelah kiri kakinya menonton televisi.

"Sean, aku minta maaf kau pasti masih kelelahan, tapi bisa tolong ambilkan aku minum?" Sean mengangguk segera berdiri mengambilkan air minum untuknya, setelah itu kembali duduk di tempat sebelumnya.

Jangan salahkan Agatha yang diam saja, ia sudah meminta Sean untuk duduk di atas. Namun, ia terus menolak karena merasa tidak sopan. Saat Agatha ingin duduk di sampingnya, Sean malah berbaring di tempat yang ingin diduduki. Cukup lama Agatha duduk dengan posisi itu, barulah ia membawa Ellen ke kamar setelah mendengar dengkuran halus. Ia keluar setelah memastikan selimut terpasang dan lampu utama sudah diganti dengan lampu tidur.

"Kau tidak tidur? Atau nanti ada giliran menjaga di minimarket?"

"Tidak, bos sudah memberiku libur sampai besok untuk mencari tempat tinggal sementara."

"Hmm... syukurlah. Aku minta maaf tadi aku bilang kalau kau pacarku, karena biasanya aku menunggu di bawah atau mereka sendiri yang langsung kemari."

"Emm.. ya.. itu cukup mengejutkan. Maafkan aku yang tiba-tiba mendatangi Agatha. Padahal kita tidak saling mengenal."

"Tidak, tidak apa-apa. Aku memang orang yang mudah curiga, tapi aku berharap penilaianku padamu ini tidak terlalu tinggi."

"Tidak, tidak, memang seharusnya seperti itu. Kita baru bertemu beberapa kali, tapi Agatha terus membantuku. Entah apa yang bisa aku lakukan untuk Agatha," Sean tertunduk malu, berpikir apakah yang ia lakukan ini benar atau tidak. Seharusnya ia tidak memanfaatkan wanita yang ia sukai seperti ini.

Agatha tersenyum melihatnya, "Memangnya apa yang bisa kau lakukan untukku?"

"Apa pun yang Agatha inginkan aku bisa, ah.. aku pasti, ah... aku harus bisa melakukannya," katanya sambil mengepalkan tangan. Lucu sekali, pikir Agatha.

"Ahahaha... baiklah, baiklah, aku akan memintamu satu hal sekarang."

Sean langsung duduk bersimpuh menghadapnya. Menunggu permintaan pertama yang akan keluar dari mulut Agatha. Bukannya kata-kata yang keluar, tapi tangannya menepuk sofa yang ada di sebelahnya. Terlalu bodoh jika Sean tidak mengerti. Ia segera beranjak, mendudukkan diri di samping Agatha. Sial, gugup sekali rasanya duduk di samping dan sedekat ini sampai tidak berani menoleh. Ia melirik Agatha, ekor matanya menangkap wanita itu tengah memandanginya. Wajah Agatha semakin dekat membuat jantungnya berdetak lebih cepat.

More Than WordsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang