Musim gugur di Kerajaan Gyeonghwa menjelang musim dingin selalu menghadirkan pemandangan yang memikat, dengan dedaunan merah keemasan yang gugur memenuhi halaman istana. Namun, bagi Soohyun, bukan pemandangan itu yang memenuhi pikirannya. Sejak ia kembali ke istana pada usia 18 tahun, setelah bertahun-tahun menjalani pendidikan keras bersama Changwook di hutan, hatinya terus-menerus terpaut pada sosok Jiwon—gadis yang tak sengaja mencuri perhatiannya.
Jiwon, putri Perdana Menteri, adalah seorang gadis berusia 16 tahun yang pendiam, sopan, dan halus tutur katanya. Sejak pertama kali bertemu, Soohyun merasakan debaran yang tak pernah ia rasakan sebelumnya. Setelah sekian lama berada jauh dari istana—sejak usia 8 tahun hingga 18 tahun menjalani gemblengan keras bersama kakaknya—kembali ke istana dan melihat seorang gadis dengan kelembutan yang tak pernah ia jumpai sebelumnya, membuat hatinya goyah.
Pada suatu sore yang tenang, saat langit mulai berwarna jingga, Soohyun dan Jiwon bertemu di halaman belakang kerajaan, jauh dari pandangan orang lain. Jiwon baru saja selesai belajar bersama kedua putri kerajaan. Tangannya menggenggam sesuatu—sebuah syal yang telah ia rajut sendiri.
“Ini… untukmu, Pangeran,” Jiwon menyerahkan syal itu dengan kepala tertunduk, tak berani menatap langsung ke mata Soohyun.
Soohyun tersenyum lembut dan menerimanya. “Syal ini… terima kasih, Nona. Rajutanmu sangat indah,” ucapnya. Ia tahu Jiwon tak terlalu sering bersosialisasi dengan pria, terutama seorang pangeran. Namun, Soohyun menyadari bahwa ia tak lagi bisa menyembunyikan perasaan yang semakin hari semakin kuat.
Mereka berdiri berdekatan di taman, di bawah langit yang semakin gelap dengan bintang-bintang yang mulai bermunculan. Soohyun sesekali mencuri pandang ke arah Jiwon yang tak mampu menatapnya langsung, malu-malu seperti gadis remaja pada umumnya. Mereka hanya bisa bertemu di tempat tersembunyi seperti ini, tanpa sepengetahuan orang lain. Di masa itu, meski belum ada istilah ‘pacaran’, hubungan mereka berkembang secara rahasia, terjalin dalam pertemuan singkat yang penuh makna.
Saat musim dingin tiba, aktivitas belajar di istana dihentikan. Jiwon dan Soohyun tak lagi bisa bertemu secara langsung. Mereka hanya bisa saling berkirim surat, surat-surat rahasia yang diselipkan melalui dayang-dayang kepercayaan. Di setiap pertemuan resmi kerajaan, mereka tak lebih dari dua orang bangsawan yang hanya saling menatap dari kejauhan, menahan kerinduan yang semakin dalam.
Musim semi akhirnya datang, membawa kehangatan yang sudah lama ditunggu. Pada hari itu, bunga-bunga di kebun kerajaan mulai bermekaran. Soohyun dan Jiwon kembali bertemu di kebun yang tersembunyi dari mata orang banyak. Mereka berdua berjalan perlahan di antara bunga-bunga yang sedang mekar, mengikuti kupu-kupu yang terbang di sekitar mereka.
“Sudah lama sekali kita tidak bertemu seperti ini,” ujar Soohyun, suaranya pelan namun penuh perasaan.
Jiwon mengangguk pelan, wajahnya memerah, “Iya, Yang Mulia. Aku… merindukan saat-saat ini.”
Mereka saling menatap sejenak, dan dalam keheningan yang hanya diisi oleh suara angin musim semi, sesuatu yang lebih dalam tumbuh di antara mereka. Tanpa disadari, mereka semakin mendekat, dan dalam hitungan detik, bibir mereka bertemu dalam ciuman yang lembut namun penuh perasaan. Itu adalah ciuman pertama mereka—ciuman yang tak direncanakan, namun seolah-olah alam di sekitar mereka ikut mendukung momen tersebut.
Setelah ciuman itu, mereka berdua mundur, wajah mereka sama-sama memerah, malu dan gugup. Jiwon segera menundukkan wajahnya, sedangkan Soohyun hanya bisa tersenyum tipis, tak tahu harus berkata apa. Dalam keheningan yang aneh namun penuh makna, mereka duduk di antara bunga-bunga yang sedang bermekaran, dan tanpa sadar, Soohyun meraih Jiwon ke dalam pelukannya.
“Mungkin ini bukanlah sesuatu yang seharusnya kita lakukan…” bisik Soohyun, matanya tertuju pada langit biru cerah yang membentang di atas mereka. Namun, hatinya tahu bahwa perasaan ini sudah tak bisa dihindari lagi.
Jiwon, yang masih merasa malu, perlahan-lahan membiarkan dirinya tenggelam dalam pelukan Soohyun. Mereka berdua tak berkata apa-apa lagi, hanya menikmati momen singkat yang terasa begitu berharga. Di kebun bunga itu, di tengah harum bunga dan kehangatan musim semi, benih cinta mereka mulai tumbuh, meskipun dunia di luar sana mungkin tak akan pernah mengerti.
Soohyun kembali menatap Jiwon dalam, keduanya kembali bertukar ciuman di antara mekarnya bunga-bunga di taman. Lelaki itu menekan punggung Jiwon agar menempel padanya, juga menahan rahang gadis itu agar tak menjauhkan bibir mereka yang bertautan.
Di antara mereka, ada banyak perasaan yang belum terungkap, dan meskipun usia mereka masih muda, perasaan cinta yang tak terucap itu perlahan tumbuh dengan sendirinya, membawa janji akan hari-hari yang lebih rumit namun juga lebih manis di masa mendatang.
🍀
ditulis pada: 06092024
diunggah pada: 15092024
KAMU SEDANG MEMBACA
✅Crown Of Vengeance | Kim Soohyun Kim Jiwon
ФанфикDalam kisah yang berpusat pada intrik kerajaan dan cinta yang ternoda oleh balas dendam, Soohyun dan Jiwon menemukan diri mereka terperangkap dalam kekuasaan yang lebih besar daripada diri mereka sendiri. Akankah cinta sejati mereka bisa menyelamatk...