Orang tua Jiwon datang membesuknya di penjara, namun mereka hanya bisa menangis di balik jeruji besi. Ayahnya, yang selama ini menjadi sumber segala kekacauan ini, memohon maaf dengan air mata yang tak bisa ia tahan.
"Maafkan Abeoji, Jiwon. Semua ini salahku. Abeoji akan memberitahu Jeonha yang sebenarnya... ini semua karena ambisiku," isak ayahnya dengan penuh penyesalan.
Namun Jiwon yang sudah patah hati, menatap ayahnya dengan kosong. “Jangan! Jika aku benar, aku akan selamat. Jika aku salah, aku akan mati. Jangan ungkap apapun. Ini sudah cukup."
Orang tuanya hanya bisa menangis, sementara Jiwon semakin merasakan keterasingan dalam kesedihannya. Entah dosa apa yang telah dilakukannya hingga mendapatkan hukuman sekeji ini, Jiwon merasa dirinya pantas mati. Semoga kematiannya membawa kedamaian bagi semua orang yang ditinggalkan, lalu nama Jiwon akan abadi dalam sejarah yang menyebutnya sebagai permaisuri dua kali yang licik dan haus akan kekuasaan.
Jiwon menangis, bukan takut akan hukumannya, namun karena gagal dalam hidup dan sejarah akan berkata lain.
---
Di istana, ibu suri semakin mendesak Soohyun untuk memberikan hukuman mati pada Jiwon. "Dia pantas mati, Jusang. Jangan biarkan wanita itu merusak kehormatan keluargamu lebih jauh," desaknya.
Namun Soohyun, meski penuh kebencian, masih merasakan sesuatu di dalam dirinya yang tidak bisa membiarkan Jiwon mati begitu saja. "Hukuman mati terlalu kejam, Daebi mama. Dia masih istriku, dan bagaimana pun juga aku tidak bisa menutup mata sepenuhnya."
Ibu suri tertawa sinis. "Apa kau masih menyimpan perasaan padanya? Bahkan setelah dia mengkhianatimu?"
Soohyun menahan amarahnya, rahangnya mengeras. “Beri aku waktu sebulan. Jika dia tidak terbukti bersalah, maka aku tidak akan menjatuhkan hukuman mati.”
Ibu suri menyeringai licik, menyadari bahwa waktu satu bulan adalah tepat dengan efek racun yang akan mulai muncul. "Baik, sebulan. Tapi setelah itu, jangan salahkan aku jika kau menyesal."
Soohyun mengangguk, dan tanpa diketahui ibu suri, dia memutuskan untuk menyamar sebagai rakyat biasa dan mencari tabib yang diasingkan.
---
Soohyun berdiri di depan cermin, menatap dirinya yang sudah mengenakan pakaian rakyat biasa. Tidak ada lagi jubah kebesaran raja, mahkota, atau tanda-tanda kemegahan yang biasa melekat padanya. Ini adalah langkah nekat, namun satu-satunya cara untuk mencari kebenaran. Bersama beberapa pengawal terpercayanya, dia akan keluar istana, menyusuri desa-desa dan kota-kota kecil untuk menemukan Tabib Jang, seorang tabib yang diusir dari istana di era mendiang ayahnya karena dituduh membawa takhayul dan ramuan berbahaya.
“Bersiaplah, kita akan berangkat malam ini. Tak ada yang boleh tahu,” perintah Soohyun kepada para pengawalnya. Dia menenggak napas panjang, membawa sisa teh yang dia simpan dalam gelas kecil. Ini adalah bukti satu-satunya yang dia miliki untuk memecahkan teka-teki racun tersebut.
---
Perjalanan mereka tidaklah mudah. Selama berhari-hari, Soohyun dan pengawalnya berkelana dari desa ke desa, melalui jalanan berlumpur dan cuaca yang tidak bersahabat. Nama Tabib Jang hampir terlupakan di kalangan masyarakat biasa, hanya segelintir orang yang pernah mendengar namanya. Banyak yang memberikan petunjuk yang berakhir sia-sia, membuat Soohyun hampir putus asa.
"Apakah kita mencarinya dengan sia-sia, Jeonha?" tanya salah satu pengawal saat malam semakin larut, dan mereka masih belum menemukan jejak Tabib Jang. Soohyun menahan diri untuk tidak menunjukkan keraguannya. Ini adalah satu-satunya kesempatan untuk menemukan kebenaran tentang racun itu, tentang siapa yang bersalah, dan tentang niat Jiwon.
KAMU SEDANG MEMBACA
✅Crown Of Vengeance | Kim Soohyun Kim Jiwon
FanficDalam kisah yang berpusat pada intrik kerajaan dan cinta yang ternoda oleh balas dendam, Soohyun dan Jiwon menemukan diri mereka terperangkap dalam kekuasaan yang lebih besar daripada diri mereka sendiri. Akankah cinta sejati mereka bisa menyelamatk...