12. Penantian Dan Kepastian

609 103 47
                                    

Beberapa saat kemudian, tabib Jang Myeongho yang Soohyun temui sebelumnya datang. Dengan cepat, dia memeriksa Jiwon.

"Bagaimana keadaannya?" tanya Soohyun, suaranya serak, nadanya hampir memohon.

Tabib itu menghela napas panjang sebelum menjawab, "Racun ini... benar. Efeknya baru terasa setelah sebulan. Racunnya sudah menyebar di seluruh tubuhnya."

Soohyun merasa seolah-olah dunianya runtuh. "Apakah ada cara untuk menyelamatkannya? Katakan padaku! Aku tidak akan membiarkan dia mati seperti ini!" serunya, matanya merah karena menahan air mata.

Tabib itu mengangguk pelan. "Masih ada harapan, Yang Mulia. Namun, kita harus menemukan penawar racun itu dalam tiga hari, atau tidak ada lagi yang bisa dilakukan."

"Di mana penawarnya? Aku akan mendapatkan apapun yang diperlukan," Soohyun mendesak, rasa takut dan penyesalan meliputi dirinya.

Tabib Jang menatap Soohyun serius sebelum akhirnya menjelaskan. "Saya berhasil menemukannya. Penawarnya berasal dari daun wolhwa yang baru tumbuh. Itu adalah daun yang tumbuh di puncak Gunung Seongwoldo. Semakin lama daun itu disimpan, semakin beracun, tetapi daun yang baru tumbuh memiliki efek penawar."

"Gunung Seongwoldo?" Soohyun mengerutkan kening. "Itu gunung yang curam dan sulit dijangkau. Berapa lama waktu yang kita punya?"

Tabib Jang menatap Soohyun dengan mata penuh keseriusan. "Tiga hari, Yang Mulia. Setelah itu, racunnya akan menyebar terlalu jauh untuk bisa diselamatkan."

Soohyun mengepalkan tangannya, matanya penuh tekad. "Aku akan mendapatkan daun itu! Aku tidak peduli seberapa sulitnya."

Namun sebelum pergi, dia harus menghadapi satu hal yang mengganjal hatinya. Dia harus bertemu dengan Ibu Suri---orang yang sudah merencanakan ini semua. Dengan langkah cepat, Soohyun menuju penjara di istana, di mana Ibu Suri sekarang dipenjara setelah pengkhianatannya terbongkar.

Soohyun berjalan masuk ke penjara dengan wajah tegang. Ibu Suri duduk di dalam sel, masih dengan ekspresi angkuh dan tenang, meski dia tahu waktunya di istana sudah hampir habis. Soohyun berdiri di hadapannya, matanya menyala dengan kemarahan yang dia tahan.

"Di mana penawar racunnya?" tanya Soohyun tanpa basa-basi, suaranya dingin.

Ibu Suri hanya menyeringai sinis. "Kau benar-benar bodoh jika berpikir aku akan memberitahumu. Aku tidak takut mati, Soohyun. Anak tunggalku sudah meninggal, dan kerajaan ini... aku ingin semuanya hancur bersamaku."

"Kau rela menghancurkan kerajaan ini hanya karena aku naik tahta? Hanya karena Changwook meninggal dalam perang?" Soohyun bertanya, nadanya penuh amarah. "Aku akan mendapatkan penawar itu, dengan atau tanpa bantuanmu. Tapi jika kau peduli sedikit saja tentang keluargamu, kau akan memberitahuku di mana penawar itu sekarang."

Ibu Suri tertawa, suaranya terdengar seperti ejekan. "Keluargaku? Keluargaku sudah mati, Soohyun. Kerajaan ini seharusnya milik Changwook, bukan kau. Kau hanyalah pengganti, seorang yang tidak pantas duduk di tahta."

Soohyun mengepalkan tinjunya, menahan amarah yang hampir meledak. "Aku akan menyelamatkan istriku, dan kau tidak akan bisa menghentikanku," katanya dengan suara rendah tapi tegas.

Ibu Suri hanya menggeleng pelan. "Percayalah, racun itu tidak akan mudah untuk disembuhkan. Bahkan jika kau mendapatkan daunnya, kau harus melawan waktu. Dan itu... tidak akan pernah cukup."

Soohyun berbalik, meninggalkan Ibu Suri yang masih tertawa kecil di dalam penjara. Dia tidak akan membiarkan kata-kata itu menghentikannya.

---

Kembali ke kamar, Soohyun menemukan Jiwon masih terbaring lemah, wajahnya semakin pucat. Dia duduk di samping tempat tidur istrinya, memegang tangannya yang dingin.

✅Crown Of Vengeance | Kim Soohyun Kim JiwonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang