🦁 3

2.9K 245 14
                                    

Bab 3

Happy reading

-----------

"Ciapa?" Tanya Lio memiringkan kepalanya.

Pria itu terkekeh kemudian mengecup pipi Lio. "Panggil aku opa" ucap pria itu yang tak lain opa darion Gautama Grayflander,ayah dari Arthur dan kedua kakaknya.

"Dan panggil aku Oma,hm." Sambung oma Clara yang sudah pindah tempat duduk disamping opa.

Akhirnya satu per satu mengenalkan diri masing-masing. Lio masih pusing mengingat nama-nama mereka karena terlalu banyak orang. Saat ini Lio berada dipangkuan papi Gevan dan disamping duduk papi ada mami Hana.

Mereka bertukar cerita sembari menunggu makanan yang masih disiapkan. Mami dan papi terus saja bermain dengan si kecil tanpa tau mereka yang melihatnya terbakar api cemburu. Mereka (-buna,Oma dan mama) menampilkan wajah masam saat melihat tatapan remeh dari papi.

'ck!!membuatku iri saja. Tunggu saja nanti.' pikir mereka.

Seorang pelayan menghampiri mereka dari arah ruang makan.

"Permisi tuan, makanan sudah siap." Ucap pelayan itu menunduk hormat.

"Baiklah,makanan sudah siap mari kita makan sekarang." Ucap Oma dan diangguki mereka semua.

Daddy Arthur segera mengambil alih Lio dari papi dan segera membawa Lio ke meja makan. Papi mendengus kesal dan mereka yang melihat terkekeh geli.

Mereka sudah duduk di kursi masing-masing,Lio tidak duduk sendiri melainkan duduk di pangkuan Daddy Arthur.

Mereka makan dengan khidmat, karena mereka tidak tau jika ada bayi yang ikut maka Lio makan dengan buburnya yang sudah disiapkan dari rumah dan hanya tinggal menghangatkan saja. Memang di tas perlengkapan Lio sudah terisi berbagai macam,salah satunya susu dan makanan Lio. Berhubung menu makanan malam ini tidak ada yang berbahan dasar nasi,jadi Lio hanya memakan buburnya saja.

Daddy sedang menyuapkan bubur pada Lio sedangkan yang lain makan sembari melihat kegiatan mereka berdua.

"Io mau mam itu boyeh ddy?"tanya Lio menunjuk makanan milik Daddy Arthur.

Daddy menggeleng pelan sembari tangannya mengelap bibir Lio dengan tisu.

"Jangan ya,itu pedas." Ucap Daddy lembut membuat mereka yang mendengar terkejut. Karena baru kali ini mereka melihat perlakuan serta sikap Daddy Arthur berbanding terbalik.

"Pedac? Hu ha hu ha gitu ddy?" Ucap Lio sembari memperagakan bagaimana jika sedang kepedasan ketika memakan sesuatu.

"Iya sayang"

"Ndak apa ddy,io bica mam pedac" ucap Lio menatap Daddy dengan tatapan yang serius meyakinkan sang daddy yang jatuhnya malah menggemaskan.

"Perut adek bisa sakit jika makan pedas,adek mau nanti di ncus lagi sama dokter?" Celetuk bunda yang sedari tadi mendengan dan melihat percakapan sang anak dan lelaki disampingnya ini.

Lio menggeleng brutal "Ndak,io Ndak mau Buna,ncus cakit" ucap Lio sembari memegang lengannya.

"Kalo nggak mau di ncus,adek mam buburnya ya." Ucap bunda diangguki Lio.

Makan malam telah selesai dan kini mereka tengah berkumpul di ruang keluarga. Para lelaki sedang membicarakan masalah bisnis,sedangkan para perempuan mengobrol santai.

Sesekali mereka melihat apa yang sedang anak-anak mereka lakukan di lantai yang sudah dilapisi dengan karpet bulu tebal yang sudah membentang lebar di depan mereka.

Zalion SamudraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang