Chapter 2

991 65 0
                                    

Anggota osis kini sedang rapat. Termasuk Jay. Mereka tengah membahas susunan acara untuk event Minggu depan.

"Susunan acaranya udah jelas kan?" Tanya ketua osis, Damian.

Semua anggota mengangguk. Damian lanjut menyebutkan nama nama orang yang akan menjadi panitia.

"Jay, Shaka, Nindya, dan terakhir Karin."

"Aduh, Dam. Di event kali ini gua nggak bisa bantu." Karin.

Damian spontan menatap gadis itu, "Kenapa emangnya?"

"Gua ada acara keluarga, kakak gua nikah dan gua di suruh libur selama 2 atau 3 harian." Ujar Karin, menerangkan alasan nya.

Damian memangut paham. Jadinya ia harus mencoret satu nama dan menggantinya dengan anggota lain.

"Untuk rapat kali ini cuman itu aja yang bahas, Terimakasih. Kalian semua boleh balik ke kelas masing masing."

Semuanya keluar dari ruangan osis tersebut, dan memilih kembali kekelas atau ke kantin, jika memang jam kosong.

°°°

Jay hendak ke toilet terlebih dulu, sebelum balik ke kelasnya. Ia merasa perlu mencuci kedua tangannya, sebab terasa lengket. Entah karna memegang apa, Jay tak ingat.

Jay membasuh kedua tangan nya. Seseorang ada yang masuk ke dalam toilet, Jay tak peduli. Sampai dimana, ada lengan yang melingkar dipinggangnya. Jay tersentak. Ia ingin menegur orang yang tak sopan terhadap nya.

"Nggak sop--Marven?" Jay spontan melepaskan pelukan dari Marven. Pria itu tersenyum, manis. Namun di mata Jay tampak cabul dan mengerikan.

"Mau coba seks di sekolah nggak?" Tanya Marven, menawari.

"Gila lo! Otak Lo seks mulu isinya."

"Lo kan budak seks gua. Jangan nolak dong! Nanti gua beliin permen." Bujuk Marven.

Emang nya Jay ini anak kecil?! Bisa di rayu dengan permen.

Hey, Jay tak semiskin itu, sehingga tak mampu untuk membeli permen!

"Nggak! Sana ngewe sama pohon pisang! Gua mau kelu--" Jay lebih dulu ditarik oleh Marven, sebelum keluar dari tempat itu. Marven memojokkan Jay ke dinding, mengunci pergerakan si manis. Supaya tak bisa pergi kemana mana.

"Marven lepas! Lo mau apalagi?! Kalau mau ngewe tau tempat dong!"

"Berarti... Kalau di rumah gua, Lo bakalan mau?"

"Ya-Ya... Nggak gitu, gila! Lepas!" Jay memberontak, sebisa mungkin dirinya harus keluar dari toilet ini dan lari.

"Berisik deh. Lo juga pasti suka."

"Asli, Mar. Abis ini ada mata pelajaran olahraga, Lo jangan seenaknya gini lah. Gua tau, taruhan emang berjalan, tapi jangan maksa gini!" Jay berusaha membujuk Marven, sehingga mengurungkan niatnya. Lagi pula, apa enaknya seks disekolah?! Terlebih dengan pria tengik ini.

"Tinggal ke UKS. Jangan lupa, temen gua, Kelana. Dia ketua pmr, gampang kalau soal itu. Gua horny banget liat Lo." Marven berucap dengan nada rendah. Terlihat jelas, jika Marven benar benar nafsu.

Bahkan dengan tidak sopan, lengan nya menyentuh area privasi milik Jay, atau bokong nya. Meremas benda kenyal itu, sesekali mengusapnya.

Jay lagi lagi memberontak. Ia tak mau melakukan nya.

"Lepas! Atau gua teriak?!" Gertak Jay.

"Teriak aja. Jangan salahin gua kalau Lo kena skandal seks." Marven tak mau kalah. Pria itu jika di ancam, ia akan mengancam balik. Seperti saat ini.

Favorite Rival Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang