Ourverse - KalajengQueen

756 72 35
                                    

OURVERSE

A NaruHina fanfiction for "The Universe Blesses Event"

Written by:

KalajengQueen

.

.

.

Terputusnya komunikasi secara sepihak, melahirkan berbagai spekulasi yang menggiring rasa gelisah dan khawatir yang mendalam. Apalagi jika menyangkut orang terkasih yang terpaut ikatan darah.

Alih-alih menangis, Hinata membuat keputusan dalam waktu sesingkat-singkatnya. Abai akan tangis ibu dan gerutu ayahnya yang tidak peduli—melabeli Hinata sebagai wanita yang terlalu berlebihan dalam menanggapi sesuatu.

"Tidak memberi kabar bukan berarti dia mati. Kau seperti tidak mengenal tabiat kakakmu saja!" sentak ayahnya yang muak melihat dua wanita lemah yang terus-menerus gusar.

Memendam amarah karena ayah yang selalu menyepelekan sesuatu, malam itu Hinata putuskan berangkat sendiri ke kota terpencil Iiyama, bagian dari administrasi prefektur Nagano. Menahan tangis dan luapan emosi, terus memanjat doa selama perjalanan darat empat jam lamanya, mengharap keselamatan sang Kakak yang terakhir kali bertukar kabar di petang sepuluh hari yang lalu.

Bus tiba di terminal terdekat ketika menjelang fajar. Enggan menunggu bus lokal, Hinata paksakan kakinya berjalan sejauh delapan kilometer. Memilih jalan sebaliknya saat langkah mendekati rumah warisan kakeknya, memilih simpang jalan lain yang menuntunnya ke kantor polisi terdekat.

Polisi yang berjaga menerka Hinata sebagai gadis kota yang tersesat. Memberi tatapan iba meski dia belum berkata-kata. Hingga maksud keluar dari bibirnya, polisi itu menajamkan mata yang tadinya sudah hampir sekarat.

"Bisa jelaskan kronologinya?" pinta polisi itu mulai serius menulis laporan kehilangan.

Hinata runtut bercerita dari apa yang dia tahu. Kakaknya—Hyuuga Neji—sepuluh hari lalu mengutarakan ide untuk berkemah di bukit Myogi bersama temannya. Tidak menaruh curiga karena dia memang terkenal punya jiwa petualang. Hingga dua, tiga, delapan, hingga sepuluh hari lamanya pesan Hinata diabaikan. Mencoba telepon tetapi tidak ada sahutan, berakhir dia nekat mencari keberadaan kakaknya.

"Dari pesan yang dikirim, dia memulai pendakian di pukul dua dini hari?" Anggukan sebagai balasan yang Hinata setujui.

"Sore hari kalian masih saling berbalas pesan?" imbuh polisi tersebut memeriksa ruang pesan antara Hyuuga bersaudara.

"Sore itu, Kak Neji masih sempat mengirimiku foto senja dari ketinggian." Dahi polisi yang mengernyit tidak lolos dari pandangan Hinata, ada dera khawatir yang mulai berakar dalam batinnya.

"Ketinggian ini berasal dari pepohonan, jika saksama kamu amati keadaan sekitar." Hinata merubah pandang pada layar gawai yang disodorkan polisi, dia jadi ikut-ikutan menyetujui.

"Untuk apa kakakmu memanjat begitu tinggi?" Hinata juga tidak tahu, tidak paham, dan tidak bisa menafsirkan jalan pikiran kakaknya. Neji bukanlah orang energetik yang rela memanjat pohon tinggi hanya untuk memotret senja.

"Pak ... jangan-jangan kakak saya?" tanya yang mengambang menjalin benang merah yang saling terikat satu sama lain.

"Firasat saya seperti itu." Hinata tutup mulut dan tutup telinga, datangnya dia kemari bukan untuk mendengarkan kabar duka!

Purple Mist (AU Series)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang