تسعة عشر

54 2 0
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم

اللهمّ صلّي على سيدنا محمد وعلى عليّ سيدنا محمد

☪︎☪︎☪︎

"Dua doa yang tidak pernah ditolak, yaitu doa pada waktu azan dan doa pada waktu hujan."

[HR. Hakim, disahihkan oleh Adz-Dzahabi 1/113-114]

☪︎☪︎☪︎

Rasa lelahmu saat menuntut ilmu tak ada bandingnya dengan rasa lelahnya orang tuamu saat mencari nafkah demi menghidupimu selama ini. Tak akan bisa menggantikan peran orang tua selama ini, dan tak ada seorang anak yang benar-benar ikhlas merawat orang tuanya.

Jika orang tua merawatmu dan menyayangimu karena ingin kau bisa melihat dunia, maka sebaliknya. Seorang anak merawat orang tua karena ingin menunggu kematiannya. Tak ada seorang anak yang benar-benar ikhlas merawat orang tuanya.

Seperti yang tertulis dalam buku 'Puncak Ilmu Adalah Akhlak' karya Mhd. Rois Almaududy. Khafilah Umar bin Khattab radiallah hu 'anhua pun pernah ditanya apakah seseorang bisa membalas jasa orang tuanya dengan tuntas.

Maka, beliau menjawab, "Tidak ada. Sebab engkau merawat keduanya sambil menanti-nanti masa meninggal dunia. Sementara mereka telah merawatmu sembari mengharap-harapkan kehidupan yang terbaik bagimu."

Membantu orang tua yang sedang kesulitan atau pun tidak dalam kesulitan pun sudah menjadi kewajiban seorang anak. Baik kita di suruh atau tidak, sebagai anak harusnya peka dengan keadaan orang tua kita. Karena tanpa beliau kita tidak mungkin berada di dunia ini.

Apakah kalian tahu, kalau rida orang tua juga rida Allah? Sebelum melakukan apa-apa, ada baiknya kita meminta doa restu dan rida dari bapak ibu baru meminta restu dan rida Allah. Apabila orang tau tidak rida dengan apa yang kita lakukan, maka Allah pun tak akan meridainya sekalipun kamu berdoa siang dan malam tanpa henti.

Ayo, mulai sekarang, sebelum melakukan apa-apa minta izin kepada bapak ibu terlebih dahulu. Entah itu hal sekecil apa pun atau hal besar yang sangat berpengaruh kepada kelanjutan masa depan.

Semangat, Gen Z!

☪︎☪︎☪︎

Sang mentari tak ingin menampakkan dirinya dari singgasana, ia terlalu malu untuk memperlihatkan sinarnya di gelapnya cakrawala. Satu demi satu bulir air jatuh membasahi dedaunan yang masih lembap akibat embun malam hari. Embusan angin bercampur bulir air membuat arahnya tak bisa ke bawah, melainkan ke samping membentuk garis miring. Sangat cantik.

Suaranya merdu bagaikan alunan musik yang sangat indah. Subhanallah, ciptaan Tuhan tak pernah gagal. Sebagai makhluk ciptaan-Nya kita patut mensyukuri apa yang telah Tuhan kasih.

"Pengan main hujan tapi kok takut masuk angin," kata Lesa terduduk di teras rumahnya. Dengan sengaja kedua tangannya menjulur, menadahi air hujan yang turun deras dari talang rumahnya.

DUAR

"MAMAK!"

Tak bisa berkata-kata lagi, bahwa guntur tadi mengagetkan Lesa, sampai menutup rapat-rapat kedua telinganya. Membuat kedua sisi telinganya basah karena sisa air hujan yang menempel di telapak tangannya.

Di Bawah Langit SubuhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang