#Fiksiremaja #Femdom #Malesub
"Every gesture, every half-hearted smile... they were all plans that slowly brought me closer to you."
-∆-
Apa jadinya jika kamu lompat ke 12 tahun lalu karena mati konyol kelelep kubangan tai sapi karena ulah selingkuh...
Esta memandangi sekeliling kamarnya yang tidak jauh berbeda dengan 12 tahun di masa yang akan mendatang. Masih dengan warna dinding hangat dan tirai-tirai yang menghalangi pandangannya dari silaunya matahari yang tidak kenal ampun.
Cermin.
Mungkin kebanyakan orang yang kembali ke masa lalu akan langsung meraih atau mendatangi benda yang memantulkan wujud mereka, tapi Esta juga adalah salah satu dari kebanyakan regretor bodoh itu.
"Bjir, gue nggak inget gue secupu ini dulu, berani banget ya, diri gue yang dulu pake penampilan ini dan malah pasrah terima titisan demit sasimo macam Rhys anjing." Esta mengoceh sepanjang manik cemaninya memindai lekat wujud cewek jadi-jadi di cermin, yang tidak lain dan tidak bukan adalah dirinya saat SMA.
Esta yang dulu mungkin berpikir, good looking bukan hal yang penting dalam berbaur di peradaban bumi Pertiwi yang semakin menggila di usianya yang tua, tapi sekarang Esta yang hampir berkepala 3 ini tidak akan tinggal diam.
Tangannya sudah gatal ini menumpahkan semua skincare dan bodycare mahal ke tubuhnya dan mendadani dirinya menjadi lebih layak dipandang. Lagipula zaman sudah modern, meski tidak semaju 12 tahun mendatang, Esta merasa harus melakukan perubahan sedikit demi sedikit.
Sadar diri adalah koenji, Esta di tubuh remaja masih mengandalkan pemasukan dari orang tuanya, tidak bisa sekonyong-konyong gadis dominan itu menghampiri daddy-nya yang masih tampan di usianya yang tidak lagi muda lalu menengadahkan tangan lalu meminta 10 juta, kayak lagi minta satu suir ayam McDonald's sama semua cabang-cabangnya kalau perlu dengan watados.
Meskipun mungkin daddy Esta tidak terlihat keberatan bahkan jika putri semata wayangnya meminta 100 juta hanya untuk perawatan, beliau mungkin rela diporotin seluruh kekayaannya selama itu dilakukan oleh anak gadisnya tercinta.
Dipikir berulang kali, Esta cukup percaya diri bahwa parasnya tidak jelek-jelek amat, tapi mengapa tidak ada satu pun laki-laki imut dan manja yang kecantol sama dirinya? Apa karena tampang judesnya yang kayak mau makan orang atau mode senggol bacoknya yang mirip preman pasar? Pokoknya, dari perspektif Esta tetap menganggap dirinya tidak semenakutkan itu.
Entahlah Esta bingung, pembaca pun ikut bingung.
Esta terdiam seribu bahasa, terpaku di pantulan dirinya di cermin. Berbagai emosi melayang-layang dalam benak, seolah mengancam akan menghabisi gadis berambut panjang seketiak itu dalam sekejap. Di pertengahan tahun 2010, Daddy tersayangnya—Michail Andrius Galatea, meninggal dunia karena hipertensi akut yang beliau idap cukup lama.
Esta yang masih berkuliah dititipkan pada adik angkatnya Michail, yakni Costa Integral Galatea, yang kebetulan sekali berprofesi sebagai dosen matematika di kampus tersohor di Pemalang. Jadi terpaksa Esta yang belum cukup umur—warisan mendiang daddy Esta belum bisa diatasnamakan dirinya, dialihkan sementara ke Costa selaku walinya.
Di 2010 akhir, anehnya entah bagaimana Costa yang bahkan belum berkeluarga meninggal tidak lama setelah kematian Michail, selayaknya luka di atas tanah kuburan sang daddy yang belum mengering, Esta kembali berduka karena kematian pamannya—orang terdekat setelah Michail.
Esta menaruh curiga itu mungkin dikarenakan santet kiriman dari musuh keluarga Galatea yang iri dengki kesumat sama daddy dan uncle-nya, lantas ingin melenyapkan satu keluarganya. Esta dengan berat hati meninggalkan rumah yang pernah dia tinggali dengan Costa, karena tidak mau menjadi sasaran selanjutnya lalu berakhir nomaden dari satu kota ke kota lain, demi menghindari sihir hitam yang tak kasat mata itu.
Menakutkan, dipenuhi rasa was-was dan selalu overfear terhadap orang-orang baru membuat Esta cukup defensif. Beruntungnya, dia memiliki bawahan yang setia, bawahan yang dulunya bekerja di bawah Michail dan Costa tetap penuh dedikasi pada keturunan satu-satunya Galatea.
Keberadaan merekalah yang pernah Esta syukuri dalam hidupnya yang gelap dan berantakan.
Lalu ketika Esta kembali ke kota ini, untuk memberikan kejutan anniversary untuk sang kekasih hati yang justru malah bermain curang di belakang, selingkuh bahkan smash dan rimming dengan sahabatnya, Cherry.
Apa bukan triple kill namanya?
Belum sembuh dari traumanya ditinggal banyak orang tersayang, masih bagus Esta tidak langsung gila. Kepercayaannya sekali lagi runtuh tidak berbentuk, jatuh bersama kekecewaan yang menumpuk di dasar.
Hidup Esta tidak pernah diberkahi dengan keberuntungan, persis seperti kata-kata salah seorang nenek tua di jalan yang pernah gadis itu selamatkan.
"Nak, teruslah bernapas dan raih apa pun yang bisa kamu genggam selama itu baik, meskipun jalanmu penuh duri bahkan berbatu atau tidak beruntung, Mbah Ati harap kamu jangan patah arang."
Well done, Esta sudah berusaha semaksimal mungkin, tapi dia malah berakhir di 2004 karena mati konyol sebab kebodohannya sendiri.
"Sweetheart, apa yang kamu lakukan di depan cermin lama-lama? Kamu tidak kesurupan, kan?"
Aksen Amerika kental dengan bahasa Indonesia yang lancar itu menggelitik gendang telinga Esta yang memalingkan wajahnya cepat, terkesiap.
"Oh bukan apa-apa, Daddy. Esta cuman lagi ...," katanya gelagapan beralih membuka jendela, meraup oksigen gratis dengan hiperbola. "Iya, Esta lagi menghirup udara segar, kok."
Michail memiringkan kepala sedikit, keheranan menggantung dalam kecanggungan bagi Esta. "Esta, huh? Oh, my sugar, Liki tidak sakit, kan? Mau minum obat racikan dokter Galang?" Menurut pria yang masih sekitar umur gadis itu di masa depan, tepatnya 34 tahun merasa aneh dengan panggilan kecil putri kecilnya yang berubah.
"Nope, Dad! Esta merasa baik, baik sekali. Sampai-sampai tidak harus minum obat—"
Kepala Esta yang melongok di balkon kamarnya itu mendapati sesuatu semacam liquid hangat dan baunya semakin membuatnya mual.
Anjir, belum apa-apa, masa kepala Esta dihadiahi kotoran Sasuke—burung kenari jantan peliharaan Michail?
Langit-bumi bersaksi, derita kujalani Langit-bumi bersaksi, derita kujalani Tak juga aku mengerti (misteri dunia ini) (Misteri dunia ini) 🎶
Mata Esta menatap nyalang Sasuke yang balik menatapnya berani, sempat-sempatnya menyisir jambulnya ke arah belakang demi tepe-tepe dengan burung betina yang lalu lalang.
Tch, awas saja nanti. Lain kesempatan, Esta tidak akan melewatkan untuk membawa Sasuke menjadi burung geprek di wajan legendarisnya!
"Liki? Oh my Goodness, rambutmu menjadi kuning lumer punya Sasuke! Handuk mana handuk ...!"
Esta spontan menatap horor daddy-nya, rahangnya terurai dengan tidak estetik. Dia perlahan bertanya-tanya apakah ada yang waras di timeline ini, tapi perjalanan kembali ke masa lalu tentunya bukan hal yang rasional.
Belum apa-apa, Esta sudah mau menyerah saja. It felt like she wanted to go straight to heaven rather than be confronted with this astonishing fact.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Long time no see, adakah yang masih nyimpan cerita berdebu ini di perpus kelean? Maaf lama upload, kemarin Mil lagi hectic pake bangetz.
Sekarang maybe ceritanya mungkin bakal lebih ngaret, kayak 1x seminggu atau malah 1x sebulan? Idk, soalnya Mil juga PKL, selesainya juga Desember.
Kalau ada yang spam next, please baca ulang bio saya🙂