03• 🐣Sama Sekali Berbeda🐣

22 7 0
                                    

Esta menggertakkan giginya, berusaha keras menahan diri agar tidak langsung melesat keluar kamar dan meneriaki seisi dunia. Sial benar rasanya ketika semua yang salah justru terjadi berurutan, apalagi dengan tempelannya yang kini diselimuti "aroma khas Sasuke."

"Esta, are you sure you're okay, darling?" Michail menatapnya penuh kekhawatiran, sementara tangan pria itu sudah siap meraih handuk untuknya.

"Iya, Daddy," Esta mengangguk cepat sambil menyambar handuk yang diulurkan Michail. "Ini cuman ... hadiah dari alam." Nada bicaranya datar, sambil berusaha sekuat mungkin menahan hasrat ingin memaki burung kenari yang masih berdiri congkak di ujung balkon, seolah mengejek.

Menjaga image di depan Michail adalah perjuangan berat—sebagaimana menjaga kewarasan saat harus terjebak dalam skenario masa lalu. "Tidak masalah, 'kan, kalau Esta... pergi sebentar untuk, uh, bersih-bersih?"

"Of course, sweetheart," jawab Michail sambil tersenyum hangat, yang membuat Esta sekilas merasa tersentuh, sebelum aroma tai burung itu kembali menyadarkannya akan betapa konyolnya situasi ini.

Berdiri di depan wastafel, Esta menyeringai sinis. Wajah yang masih begitu polos di cermin itu bukan lagi dia yang penuh kejengkelan dan kecewa akibat ulah Rhys maupun pengkhianatan sahabatnya, Cherry. Gadis SMA yang melihat dunia dengan penuh harapan, padahal masa depan siap menghantamnya tanpa ampun.

Tapi kali ini, Esta tidak akan tinggal diam.

Dia akan menunjukkan dia bukan lagi Liki yang bodoh yang bisa-bisanya dipermainkan cowok bangsat kayak Rhys. Bukan lagi cewek yang kemakan cinta buta monyet yang entah bagaimana awet bertahun-tahun itu, Esta menatap kaca wastafel kamar mandi dengan mata berapi-api.

Pertama-tama, ayo basuh rambutnya dulu dengan sepermili shampo untuk mengharumkan rambut hitam legamnya ini. Perut Esta sudah bergejolak menolak keras bau tak sedap dari burung kenari yang sialnya tidak digoreng daddy-nya tersebut.

"Tuh, burung sehat walafiat ya, heran gue kenapa daddy kayak kena pelet sama burung geprek itu. Apa bagusnya Sasuke dah," gerutu Esta masih dengan gerakan menggosok-gosok kuat rambutnya demi menghilangkan peninggalan sepenuh hati Sasuke.

Begitu selesai mandi, Esta masih memperhatikan pantulan dirinya lamat-lamat, memasang kacamata dan melepasnya lagi, begitu terus sampai empat atau lima kali. Begini toh, rasanya cantik dari lahir, kenapa orang cantik sering kali denial sama paras mereka, coba?

"Mau pake kacamata atau enggak, gue tetap putri Michail yang tercantik, kok. Minus rabun aja~" Esta cengengesan sendiri, dadanya membusung bangga dengan bibit unggul yang didapat dari orang tuanya.

Dia bersenandung dan memutar tubuhnya dengan gaya santai. Bibir terkatup, Esta meletakkan telunjuk di dagu untuk berpikir sejenak. "Oke, apa yang harus kita lakukan sebagai langkah pertama? Oh ya, pergi sekolah besok. Gue lupa pernah jadi murid di Kenanga High School," gumamnya karena terbiasa menjadi budak korporat perusahaan.

Bicara soal umur, Esta masih tidak terbiasa dengan tubuhnya yang kembali remaja, padahal usia jiwanya sudah hampir kepala tiga. Tuhan memang baik mengabulkan keinginan terakhirnya, tapi rasanya masih aneh dengan semua yang terjadi padanya.

Esta menghela napas berat, belajar beradaptasi lagi sepertinya adalah jalan keluar satu-satunya.

---

Esta melangkah ringan dengan ransel yang dia tenteng, seragam yang merengkuh erat tubuh proporsional miliknya bergerak mengikuti si empunya melewati gerbang sekolah. Kenanga High School, adalah sekolah menengah ke atas berbasis internasional yang memiliki akreditasi A, tidak sembarangan orang bisa masuk ke sekolah ini karena penerimaan dan seleksi yang ketat, otaknya harus encer termasuk harta yang melimpah.

Esta mungkin termasuk pemilik otak encer bersama dompet tebal daddy-nya, pengajar dan kepala sekolah pun segan dan tunduk pada Michail. Namun, cewek berkacamata ini bukan sosok manja yang hanya bergantung pada kekayaaan sang ayah, karena Esta memiliki cara sendiri untuk menggapai hati orang terdekatnya.

Di tengah lorong sekolah, tatapan Esta tertuju pada deretan loker berwarna senada dengan cat kelas yang dia ingat betul—beberapa bahkan belum mengalami renovasi. Aroma khas sabun lantai dan suara riuh remaja menyambut kedatangannya ke kelas yang hampir penuh, di mana Cherry dan Rhys duduk di posisi mereka biasa.

Tanpa ragu, Esta melenggang masuk dengan dagu terangkat, tapi dengan sedikit rasa waspada. Sebelum kembali ke masa lalu ini, ia masih merasakan perihnya dikhianati oleh dua orang yang pernah dianggap keluarga sendiri.

"Hey, Esta! Sini, duduk di sebelah aku," Cherry melambai sambil tersenyum lebar, di titik ini Esta hampir tergelincir dalam memori indah mereka yang sudah lama lalu. Namun, dia cepat-cepat menenangkan diri.

Esta menghela napas kasar dan beralih ke arah meja belakang, tempat seorang anak berkacamata tebal dan sedikit membungkuk tengah fokus dengan buku tebal di tangannya. Anuhea, si kutu buku yang dikenal jarang bicara, hampir tenggelam dalam kursinya seolah ingin berbaur dengan bayang-bayang. Dia seperti hantu, ada tapi tiada, begitu anak-anak menyebutnya.

Mendekat, Esta menghentikan langkahnya tepat di depan meja Anuhea, tanpa memperhatikan tatapan bingung dari Cherry dan beberapa teman lainnya. "Anuhea, aku boleh duduk di sini?"

Anuhea mendongak, terperangah dengan suara Esta yang tiba-tiba. Wajahnya sedikit memerah dan dia hanya bisa mengangguk pelan. Esta tersenyum tipis, mengambil tempat duduk dan langsung membuka buku catatan, seolah tidak terjadi apa-apa. Di sudut mata, dia bisa melihat Cherry tampak kebingungan, tapi Esta hanya mengangkat bahu, merasa kemenangan kecil menguasainya.

Rasanya puas sekali menepis si pengkhianat tanpa harus banyak bicara.

Esta menyilangkan tangan di atas meja, menatap Anuhea yang tampak kikuk di kursinya. Biasanya, cewek introvert ini bakal sibuk mencatat atau menghindari kontak mata dengan siapa pun, apalagi kalau berhadapan langsung dengan orang seperti Esta.

"Anuhea, kamu selalu baca buku setebel ini tiap pagi?" Suara Esta terdengar santai, dan dia menyandarkan dagunya di tangan, menatap Anuhea dengan tatapan yang—entah kenapa—lebih lembut dari biasanya.

Anuhea, yang biasanya tenang dalam diam, tampak terkejut mendengar namanya disebut. Setelah beberapa detik kebingungan, dia akhirnya berani mengangkat sedikit wajahnya. "Eh... i-iy... iya. B-buat, uhm, bahan baca aja," jawabnya pelan, suaranya hampir tak terdengar.

Esta tersenyum tipis, merasa ada sesuatu yang menggelitik hatinya melihat Anuhea tampak begitu malu-malu. "Serius, kamu nggak bosan baca hal yang sama tiap hari?" godanya, mencoba mencairkan suasana.

Anuhea menggigit bibirnya, berusaha keras merangkai kata-kata. "N-nggak... ka-kalau s-suka, ya... ya, nggak bosan." Anuhea cepat-cepat menunduk lagi, jarinya meremas sudut buku dengan gugup.

"Hmm, pantes aja kamu lebih suka duduk di belakang gini. Nggak ramai, dan bisa baca sesukamu, ya?" Esta tertawa kecil, merasa heran dengan dirinya sendiri yang begitu sabar hari ini. Biasanya, dia tidak repot-repot mendekati orang seperti Anuhea—tapi, entah kenapa, dia merasa nyaman di sini.

Anuhea mengangguk pelan, menatap Esta sekilas dari balik kacamata tebalnya sebelum buru-buru menunduk lagi. "I-iy... iya. E-esta, kenapa... kamu mau duduk di sini?" tanyanya, berani menatap Esta sejenak, wajahnya masih diliputi rasa heran.

"Kenapa ya?" Esta menatap langit-langit sambil tersenyum kecil, pura-pura berpikir keras. "Mungkin karena aku bosan duduk sama yang rame-rame terus. Lagipula, sesekali seru duduk sama yang... anti-mainstream kayak kamu."

Anuhea tampak kaget mendengar pujian tak terduga itu, dan sedikit tersipu. Meski pelan, ada kilauan senyum samar di wajahnya yang selalu canggung itu. "M-makasih."

Esta mengangguk dengan seringai tipis. Teman sebangku barunya lucu juga.

"Aku panggil kamu Anu, oke?"

"T-tapi, namaku Nea—"

"Ribet ah, Anu aja."

"...."

TBC

Kangen AMT? Atau kangen Mil?
Banyakin komen dong, jadi bingung Mil kalian antusias sama cerita ini atau enggak (⁠。⁠ŏ⁠﹏⁠ŏ⁠)

Ilust di atas itu buat Anuhea😉

Axiomatic, Mr. Tsundere!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang