Pelukan untuk pulang 2

442 37 0
                                    

Vote dong sebelum baca, jangan pelit-pelit ~

______________________________________

Entah kejadian apa yang sudah merubah Yada, kakak kembar Yasa itu menolak secara terang-terangan kehadiran sang adik. Membuat Yasa yang tak tahu apapun bingung dan merasa sangat sedih. Padahal setiap hari, Yasa selalu merindukan Yada, tetapi semuanya terpatahkan saat Yada mengatakannya bahwa ia benci kepadanya.

"Kakak," panggil Yasa dengan lirih, walau sudah tahu sang kakak benci, Yasa tetap berusaha mencari tahu apa yang membuat laki-laki itu bersikap seperti ini kepadanya.

"Nggak usah panggil gue Kakak! Gue benci sama lo! Lo udah ambil semuanya dari gue!" bentak Yada tanpa memikirkan perasaan sang adik. Wajah pucat serta adanya nasal cannula yang menghiasi wajah Yasa tak membuat Yada merasa iba sedikitpun.

"Apa maksudnya? Gue nggak ambil apa-apa dari Kakak. Kakak yang tiba-tiba giniin gue tanpa sebab, padahal gue kangen sama lo," tutur Yasa. Ia tak paham dengan ucapan Yada yang mengatakan jika dirinya mengambil semua milik sang kakak, memangnya apa yang ia ambil? Mereka saja sudah tak bertemu selama bertahun-tahun.

"Semuanya! Mulai dari kasih sayang Ayah dan sekarang lo ambil cewek yang gue suka! Bener kata Bunda, lo cuma nyusahin tau nggak!" cerca Yada, menatap tajam ke arah sang adik yang sayu tersebut.

Yasa terdiam, berusaha untuk memahami ucapan sang kakak. "Gue nggak ambik Ayah, ataupun Kaia," lirihnya. Kaia sendiri adalah gadis yang tak sengaja ia temui di toko buku waktu itu, dan kini mereka satu sekolah. Yasa sudah dengar jika Yada mencintai Kaia, tetapi Kaia tak mencintai Yada balik. Justru sekarang Kaia mendekati Yasa, tetapi Yasa jujur jika ia tak ada niat untuk mengambil gadis pujaan sang kakak.

"Bohong! Nggak usah munafik lo! Nggak usah pergunakan penyakit lo itu buat cari simpati orang lain! Gue jijik tau nggak! Gue nyesel punya kembaran kayak lo! Gue setuju sama Bunda yang capek urusin lo!" ungkap Yada menyayat hati Yasa. Beruntung ia dan Yasa tidaj identik, jadi wajah mereka tak seiras.

Yasa pandangi wajah sang kakak itu, hatinya sakit kala Yada mengatakan jika kakaknya itu menyesal terlahir kembar bersamanya, tangannya sudah bergetar di sisi tubuh, dab kedua matanya berkaca-kaca.

"Kak, lo sadar nggak kalo omongan lo itu nyakitin gue?" tanya Yasa dengan lirih.

"Gue ngomong gini dengan keadaan sadar, asal lo tau ya. Gue kasih tau rahasia ini ke lo, dari awal lo sakit itu Bunda nggak bisa menerima keadaan lo yang sakit itu! Bunda capek ngurusin lo yang sakit-sakitan itu sampe akhirnya Ayah ceraikan Bunda! Semua ini gara-gara lo! Ayah sama Bunda cerai gara-gara lo! Gara-gara lo juga, gue yang selalu dituntut sempurna sama Bunda selama ini! Ngerti sekarang!" tutur Yada dengan menunjuk-nunjuk wajah sang adik.

Perceraian kedua orang tuanya memang bermula dari Yasa. Narumi yang lelah mengurus Yasa yang sakit-sakitan terus mengeluh, sehingga Dika yang melihat sang istri yang tak bisa menerima sang anak lagi memutuskan untuk menceraikan wanita tersebut. Semua itu bermula dari Yasa bukan? Jika anak itu tidak sakit, keluarganya pasti akan baik-baik saja dan Yada tidak dituntut untuk sempurna oleh sang ibu.

Yasa kehabisan kata-kata, ia tidak tahu jika itu alasan kedua orang tuanya bercerai. Selama ini mereka bungkam, sang ibu selalu bersikap seperti malaikat yang siap merawatnya jika sakit. Tak tahu jika sebenarnya sang ibu lelah karena dirinya sakit-sakitan.

"Gue minta maaf, tapi apa gue boleh kasih tau ini ke lo, Kak? Waktu gue tinggal enam bulan lagi Kak, paru-paru gue ini semakin lemah, hingga hari-hari ke depannya mungkin akan semakin sulit untuk gue jalani. Gue akan pergi Kak, gue ingin menjalani hidup dengan baik selama itu. Dicintai dan mencintai," ungkap Yasa, air mata yang sudah ia tahan akhirnya roboh, mengalir deras ke pipi mulusnya.

One Shoot Brothership ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang