Baikan

8 1 0
                                    


{HAPPY READING}

Terhitung sudah sekitar satu mingguan lebih Maera marah kepada Zayyan dan Fadly, mereka berdua yang merasa bersalah pun tidak pernah lelah untuk membujuk Maera agar mau memaafkan mereka. Seperti saat ini, mereka berdua datang ke cafe oma nya Maera sedari pagi hanya untuk menunggu Maera keluar dari ruangan oma nya. 

"Lo sih!" Fadly menyalahkan Zayyan atas kejadian ini. 

"Lah lo juga salah ye!" sahut Zayyan tak mau kalah.

Jelas Zayyan tidak terima karena harus disalahkan sendiri, toh Fadly juga salah disini. Devano yang jengah dengan kelakuan dua sahabatnya ini pun akhirnya memukul kedua tengkuk kedua anak itu lumayan kencang. Ya, Devano harus menjadi tumbal dan ikutan terseret bahkan untuk masalah yang dirinya tidak tahu sama sekali. 

"Mau terus berantem, atau mau baikan sama Maera?" 

Devano memandang lekat kedua anak itu dalam-dalam.

"Gini ya, lo berdua jelas tau kalo disini tu yang salah kalian berdua! Jadi buat apa saling nyalahin begini sih? Bukannya nyari solusi biar Maera ngga marah lagi, ini malah kalian yang berantem." 

Saat sedang menasehati mereka berdua, akhirnya Maera datang menghampiri meja meraka semua. "Lo semua ngapain sih pada kemari?" sambutan yang dikeluarkan Maera. 

Sontak tiga orang yang dari tadi sedang berdebat pun diam seketika, mereka benar-benar bungkam dan tidak ada satu pun yang mampu menjawab pertanyaan Maera. Entah bagaimana, namun hari ini rasanya aura Maera seperti singa yang sedang lapar. 

"Gue tanya sekali lagi! Lo semua ngapain kesini?"

Tetap tidak ada jawaban hingga ketika Devano menginjak keras kaki kedua anak itu dari kolong meja, dan sontak membuat Zayyan dan Fadly bangkit dari duduknya. Maera benar-benar jengah dengan kelakuan mereka semua dan berniat akan pergi dari tempat itu sebelum akhirnya Zayyan menarik tangan Maera, walaupun pada akhirnya dihempaskan begitu saja oleh Maera. 

"Ngga usah pegang gue!" teriak Maera yang berhasil membuat beberapa pengunjung cafe langsung menoleh ke arah mereka. 

"Oke tapi gue mohon Mae, dengerin kita dulu! Kita mau minta maaf sama lo." Zayyan berusaha membujuk Maera.

Awalnya Maera menolak keras, namun karena paksaan ketiga anak itu membuat Maera akhirnya mengalah dan duduk bersama mereka. 

"Gue tau kalo kemaren gue dan Fadly udah bikin kesalahan dengan nyuekin lo dan biarin lo ngerasa 'excited' sendirian, tapi lo juga kan tau kalo gue ngga bisa beradaptasi dan memaksakan diri gue buat berintraksi sama orang lain." Zayyan mencoba menjelaskan semuanya. 

"Gue juga Mae." kini Fadly yang bersuara. Devano? Lelaki itu hanya diam untuk memperhatikan ketiga manusia yang sedang mencoba untuk berbaikan. 

"Bisa ngga sih lo semua belajar buat ngahargain orang lain yang berusaha buat masuk kedalam hidup kalian? Kalian udah dewasa dan hidup kalian ngga selalu bertiga!" 

"Gue ngga ikutan, gue bisa kok berinteraksi sama orang lain." 

"DIAM!" 

Devano mencoba untuk mencairkan suasana, namun salahnya dirinya lupa bahwa kini Maera sedang dalam mode Singa betina. Setelah digentak oleh Maera, Devano terdiam seketika.

"Tapi Mae, ngga ada salahnya juga kan kalo lo coba buat dengerin mereka? Kita kan juga ngga bisa maksain seseorang buat jadi kaya kita yang gampang bergaul! Lo tau sendiri gimana om lo yang introvert ini, ni sama bocah kecambah satu ini juga." Devano menunjuk Fadly menggunakan dagu nya. "Dia pergi ke supermarket aja minta temenin kita berdua asal lo tau!" 

Jelas Maera tau karena waktu itu akhirnya Fadly pergi bersama dirinya. 

Sedangkan Zayyan dan Fadly mengangguk semangat dengan wajah yang masih sangat memelas memohon maaf kepada Maera. 

Maera berjalan mendekat menuju salah satu kursi di meja mereka, lalu menariknya. "Duduk lo semua!"

Mereka yang merasa mendapatkan kesempatan pun segera menuruti permintaan Maera untuk kembali duduk di kursi masing-masing. Hanya Fadly dan Zayyan yang menjelaskan dan berusaha meminta maaf kepada Maera, karena pada dasarnya hanya dua orang itu yang memiliki kesalahan. 

"Ini yang terakhir lo berdua bikin gue kaya orang tolol ye?! Kalo sampe besok-besok kejadian begini ke ulang, gue ngga segan buat blacklist kalian dari hidup gue!" dengan tatapan tajamnya, Maera kembali berucap "Ini juga berlaku buat lo Dev!" Devano yang sejak awal menahan tawa karena melihat wajah ketakutan sahabatnya, seketika terdiam saat Maera juga menyebut namanya.

Setelahnya, mereka hanya berbincang santai apalagi Devano dengan segala ke asbunan nya. Hingga kini mereka memutuskan untuk pulang ke rumah masing-masing. Devano pulang dengan motor nya lebih awal, kini tersisa Zayyan, Maera, Fadly dan Oma. 

"Kamu pulang sama kita Mae?" tanya Oma ketika Maera terlihat membereskan beberapa barangnya yang ada di meja. 

"Mae mau beli beberapa skincare dulu oma."

"Tapi kan kamu ngga bawa mobil." 

"Biar sama Fadly aja Ma." kali ini lelaki itu angkat suara untuk mengajak Maera pulang bersama.

Oma dan Zayyan hanya mengangguk, karena pada dasarnya hanya Oma dan Fadly yang membawa mobil karena tadi Zayyan pun numpang dengan Fadly. 

"Yaudah Maera pulang ya oma? Papaii!" Maera mencium pipi oma nya dan melambaikan tangan sambil berlalu keluar bersama Fadly yang menyusul dirinya. 

Oma yang melihat bagaimana Fadly membukakan pintu untuk Maera, tersenyum penuh arti.

"Mereka pacaran?" tanya Oma kepada Zayyan, anak bungsu nya.

"Mana Jay tau ma, lagian mama udah tua jangan kepo iih nanti aku bilangin papa ya!" 

"Enak aja tua, dasar anak kurang ajar!" Oma yang tidak terima justru melempar tas nya dengan keras dan tepat mengenai kepala Zayyan. 

Dengan penuh kemenangan akhirnya Oma pergi keluar dari cafe untuk meninggalkan Zayyan yang merengek.

tbc
MCOK
Jangan lupa untuk vote dan komen!

Misi Cinta Om KecilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang