006.

989 67 0
                                    

"Segitu doang makannya?" Ucap Yohan menatap lauk di piring Lidya.

"Eum!"

"Yang banyak lah!"

"Nggak ah, nggak enak–" balas Lidya.

"Biasanya juga makannya bany–"

"Aduh siapa ini?" Ucap Tante Mieke menghampiri Yohan dan Lidya.

"I-Ini Lidya Mah, temen kantor Yohan..."

"Lidya, tante..." ucapnya menjabat tangan Tante Mieke dengan sopan.

"Beneran cuma temenan? Tante perhatiin dari tadi–"

"Mulai deh mulai..." sungut Yohan sebal.

"Iya! Iya! Nggak...tapi nanti kalau udah nggak jadi temen mampir lagi ya Lidya...ayo makan yang banyak! Jangan malu-malu! Aduh cantik banget!" Ucap Tante Mieke sumringah sebelum bergegas pergi. Keheningan melanda mereka selama beberapa saat. Lidya melirik Yohan yang terlihat canggung.

"N-Nggak usah dipikirin...tapi sekarang kamu paham kan kenapa aku mau keluar dari rumah setelah Yura nikah?" Ucap Yohan membimbing Lidya kembali ke kursi mereka. "Karena aku target Mama berikutnya..."

"You can marry someone's pretty, Han," ucap Lidya sambil menikmati santap siangnya.

"Cantik aja menurut kamu cukup kah buat mempertahankan rumah tangga? I don't want to marry someone pretty. I want to marry the woman I like."

"Then go ahead?"

"Ya kamunya belum mau–"

"UHUK!" Lidya tersedak makanannya. "Nggak lucu ya??"

"Apa aku kelihatan bercanda?"

"Kamu bercanda atau nggak, itu nggak ada bedanya."

Yohan meletakkan lengannya di balik punggung Lidya, "I'm not joking." Mendengar itu, Lidya sontak berhenti mengunyah dan menatap Yohan takjub. "Tch–santai. It's not like I'm asking you to get married now. Aku cuma mau jujur aja." Ucap pria itu memungut remahan makanan di sudut bibir Lidya dan membuangnya.

"Mas..."

"Hm?" Balas Joshua yang sedang menikmati makanannya di kursi seberang yang cukup jauh dari tempat Yohan dan Lidya duduk bersama.

"Itu pacarnya Mas Yohan kah? Pas kita ketemu di Mall itu, aku juga lihat Mas Yohan di sana. Kayaknya lagi jalan sama orang."

"Ah, itu Lidya. Aku yang undang karena emang kita bertiga deket dan ya aku undang dia juga karena Yohan."

"Beneran pacarnya Mas Yohan??"

"Belum pacaran lebih tepatnya. But I know Yohan likes her." Ucap Joshua santai.

"Ceweknya nggak suka sama dia kah?"

"Lidya sama aku itu senasib," ujar Joshua. "Kita pernah pacaran dan sampai dijenjang hampir menikah. Lidya sendiri pernikahannya batal seminggu sebelum hari-H karena mergokin cowoknya open BO, and he also slept with his Ex. Pas di konfront, bilangnya si cowok katanya mau muas-muasin sebelum terikat sepenuhnya dan fokus sama rumah tangga–"

"What the fuck?? Yang kayak gitu sih nggak bakalan fokus nggak sih??"

"Itulah...dengan berat hati dan nanggung malu karena udah sebar undangan, Lidya pun mutusin buat batalin. Katanya orang tua si cowok mohon-mohon supaya nggak dibatalin. Tapi resikonya besar kan? Belum lagi nggak ada yang tahu dia bawa penyakit kelamin atau nggak...At the end of the day, Lidya yang akan paling banyak dirugikan."

KAPAN NIKAH?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang