019.

731 60 0
                                    

"Balik ya duluan," pamit Joshua.

"Nanti freshcare lo gue gojekin aja sekalian oleh buat Mama-Papa," sambung Yura meraih tangan Yohan dan ditempelkan ke pipinya seraya berpamitan.

"Tch–buat Papa Mama lo beliin oleh-oleh dan gue cuma dapet freshcare?"

"Liat aja nanti," balas Yura menjulurkan lidahnya seraya meledek Yohan. "Balik gue! Duluan ya Mbak!" ucapnya melambaikan tangan pada Lidya sebelum bergegas menjauh.

Lidya tak sengaja menoleh dan memergoki Yohan menatap lurus pada sosok Yura dan Joshua yang berjalan menjauh. Pria itu terlihat menghela nafas pelan lalu tersenyum lebar ketika melihat Joshua lekas meraih tangan Yura lalu ditariknya wanita itu ke dalam rangkulannya, ketika perhatian Yura itu teralihkan oleh hal lain hingga Ia bergerak menjauh dari Joshua.

"Yuk, pulang." Yohan meraih tangan Lidya dan menggandengnya sembari melangkah santai.

"What's with that smile?"

"Nggak apa-apa, seneng aja kita bisa kumpul bareng..."

"Atau kamu sebenernya kangen Yura?"

"Aku udah kangen sama dia dari hari pertama dia pindah rumah."

"Woah...kamu sama sekali nggak nutupin itu?" ucap Lidya takjub.

"Nggak ada yang perlu aku tutupin. Temen dan sahabatku dari kecil itu ya adikku sendiri. We might fight a lot. But I do love her. Dia lumayan dimanja Papaku makanya pas denger Joshua yang bakal dinikahin sama dia, jujur awalnya cukup kaget dan aku agak khawatir sekaligus kasian sama Joshua."

"Kenapa?"

"Aku takut Yura nggak bisa berubah dan Joshua nggak bisa beradaptasi sama sifat manja Yura...tapi ternyata aku nilai mereka terlalu terburu-buru. Atau ku pikir aku yang paling tahu Yura, tapi ternyata aku salah," ucap Yohan tertawa.

"Joshua cerita sesuatu kah?"

"I asked him about their marriage. Pas ke toilet tadi. Awalnya dia memang agak shock apalagi pas Yura nangis di malem pertama mereka tinggal bareng. Dia ngerasa bersalah kayak seolah dia abis bawa kabur Yura dan padahal Yura juga udah bilang itu bukan salah dia–"

"Dia cuma butuh waktu luapin emosinya."

"Iya aku tahu dan aku juga bilang gitu ke Joshua. Rumah kita rame jadi pasti berasa banget banyak yang hilang pas mereka mulai tinggal bareng tapi Joshua bilang Yura beradaptasi lumayan cepet dan kemarin mereka ketemu Davika."

Lidya menghentikan langkahnya sejenak. "Serius??"

"Yup...dan Joshua nggak sangka Yura bantu dia ngelupain semuanya."

"How?"

"N-Nggak tahu aku...Joshua cuma bilang gitu. Tapi kayaknya sesuatu terjadi. Aku perhatiin dia emang keliatan lebih affectionate ke Yura dibandingkan dulu."

"So, It's a good thing, right?"

"It is. Aku jadi nggak perlu kuatir lagi Joshua nggak bisa ngemong Yura. But he's doing well dan keliatan lebih rileks sekarang."

"Iya sih...dia keliatan lebih santai."

"Kamu gimana?"

"Apa?"

"Apa Yura ngomong aneh-aneh ke kamu?"

Lidya menggeleng dan tersenyum. "Aku rasa dia baru aneh-aneh kalau ada kamu aja. We actually talked about many things. Dia jauh lebih dewasa dari dugaanku. Mungkin karena usia kita nggak jauh jadi aku cocok ngobrol sama dia. Aku pikir dia nggak bakal nerima aku..."

KAPAN NIKAH?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang