Setelah kurang lebih 15 menit mendekam di dalam kamar mandi hotel, Yura pun diam-diam membuka pintu dan mengintip dari dalam. Ia memberanikan diri keluar dari sana ketika melihat selimut yang menutupi tubuh Joshua, yang ia pikir sudah terlelap.
"Hufh...padahal nggak diapa-apain...lebay banget sih lo Ra!" Sungutnya menampar-nampar pipi sendiri. Ia bertahan di dalam karena malu dan merasa tak sanggup untuk menatap Joshua langsung.
"Aku pikir kamu baru bakal keluar dari kamar mandi besok pagi?"
"Huh??" Yura terkejut dan menoleh ke belakang. Rupanya sejak tadi Joshua berdiri di samping pintu kamar mandi dan ia tak menyadarinya. Yang berada di bawah selimut adalah bantal yang sengaja diatur pria itu karena ingin mengusili Yura.
Gadis itu refleks melangkah mundur ketika Joshua mendekatinya. "Right? Aku nggak ngapa-ngapain kamu kenapa kamu harus setakut itu sampai ngumpet di kamar mandi?"
"I-Itu...m-maaf...aku malu soalnya..."
"Didn't I tell you that you can ask for it from me?"
"I-Iya sih...cuma–" gumam Yura menggenggam erat ujung piyamanya. "A-Aku cuma nggak mau Mas nganggep aku gatel, atau kecentilan..."
"Apa aku pernah bilang gitu ke kamu?" Tanya Joshua yang kemudian disambut gelengan oleh Yura. "Right? Aku nggak bilang gitu ke kamu karena emang nggak ada yang berpikir kayak gitu tentang kamu."
"Maaf..." gumam Yura tertunduk muram.
Joshua mengalihkan wajahnya sejenak dan menghela nafas pelan, "Aku tahu kita ini dijodohin. Kita nikah awalnya tanpa ada rasa cinta karena kita punya tujuan yang sama. Tapi kita cuma dijodohin bukan dipaksa nikah, yang mana aku dan kamu punya hak buat menolak kalau memang nggak mau dan nggak cocok. Aku setuju karena memang aku merasa cocok sama kamu."
Yura mengangkat wajahnya dan menatap Joshua. "Sekarang kamu kasih tahu aku kenapa kamu setuju buat dijodohin sama aku?"
"Aku..ya...aku...cocok sama Mas..."
"Right? It doesn't need love to be clicked with each other. Bahkan mereka yang FWB-an pun ngelakuin itu karena mereka cocok satu sama lain, dan nggak semua melakukannya karena cinta."
"Poinku adalah, aku nggak akan setuju untuk dijodohin kalau memang aku nggak cocok sekalipun itu pilihan mamaku. Aku pun skeptis sama kamu awalnya tapi first impression nggak selalu menentukan semuanya. You stole my attention when We accidentally met at the mall. Aku suka cara berpikir kamu dan aku sangat mengapresiasi kamu yang mau menghormati aku dan privasiku. Kamu mau nunggu sampai aku siap untuk cerita soal masa lalu dan masalah keluargaku ke kamu. You returned the treatment that I gave you and treated me equally. Sama kayak kamu, Aku pun nggak yakin, kalau aku nolak kamu, aku nggak yakin yang berikutnya akan lebih baik dari kamu." ujar Joshua lebih jauh.
"Karena aku ngerasa cocok sama kamu, Jadi sekalipun pernikahan kita dimulai tanpa ada rasa cinta, karena aku cocok sama kamu, itu nggak akan stop aku dari memerankan perananku sebagai suami kamu, which means, We can do everything a husband and wife usually do. Kalau kamu mau atau butuh sesuatu ya kamu bilang...aku mana tahu kalau kamu nggak bilang."
"...termasuk minta cium?" Gumam Yura yang kembali memenangkan pikiran intrusifnya.
"Y-Ya. Why not?" balas Joshua yang sedikit tak menyangka respon dari Yura.
"Oke. Noted. Good night," ucap Yura berbalik berniat menuju tempat tidur tanpa menyadari tatapan heran yang ditujukan Joshua padanya.
"Jadi kamu mau apa nggak?"
"Ya?" balas Yura kembali berbalik menatap Joshua. "I-Itu–" Karena tak sabar, Joshua pun meraih kedua sisi wajah Yura dan mendaratkan ciumannya di bibir gadis itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
KAPAN NIKAH?
RomanceKetika memasuki usia kepala tiga tekanan orang sekitar untuk segera menikah semakin berat dirasakan Yura meski Ia masih memiliki kakak yang berusia tiga tahun di atas, namun orang sekitar selalu mendesaknya agar cepat menikah. Hingga akhirnya Yura m...