Hari pertama

608 42 1
                                    

🍓🍓🍓


Waktu Subuh Ayam berkokok dengan sangat keras, Harsa perlahan membuka matanya. ia merasa tangannya terasa susah untuk digerakkan, ternyata ada makhluk manis yg tidur memeluk tangan kirinya, beruntung bukan tangan kanannya yg sedang terluka

Harsa tersenyum cerah melihat Rei tidur dengan sangat nyenyak dan damai, Harsa membawa Rei kedalam pelukannya lalu ia menciumi wajah Rei

"sayang bangun yuk, udah pagi kamu gamau sekolah? " Harsa membangunkan simanisnya dengan sangat lembut, di usapnya kepala si manis agar terbangun perlahan

"ayuk sayang bangun" Ucap Harsa kembali membangunkan Rei lagi sembari tangan kanannya menyalahkan lampu kecil di meja kamar itu

Rei perlahan membuka matanya, menyesuaikan cahaya lampu yg datang menyambut matanya. ia kedipkan mata itu lalu melihat sosok pangeran tampan yg kini sudah menjadi kekasihnya

"selamat pagi cantik" Harsa mengusap pipi tembab milik sang pacar

"pagi juga sasaaa" ucap Rei

"hm? sasa? siapa sayang? "

"sasa, Harsa" Rei masih malas untuk menjelaskan karena nyawa nya yg belum terkumpul, ia hanya bilang intinya dan untung di pahami oleh Harsa

"hahaha lucunyaa"

cup

Harsa mengecup bibir sang pacar, ia hanya tak tahan melihat kegemasan pacarnya ini

Jam 6.25 mereka berdua telah selesai bersiap siap untuk pergi ke sekolah, dengan bantuan simanisnya Harsa menjadk lebih mudah untuk bersiap siap

sebelum pergi ke sekolah, Harsa dan Rei diminta untuk sarapan terlebih dahulu, dan nanti mereka akan diantar oleh supir

"kakak tangannya gimana? kerasa infeksi ga? " ucap widia yg tengah menyiapkan bekal untuk mereka

"aman ma, udah di ganti perban sama diobati Pacar" jawab Harsa

Widia hanya menggelengkan kepalanya saja, betapa bucinnya mereka ini namun belum juga jadian

"tembak dulu anak mama ka, baru bilang pacar" ingat widia

Rei melihat Harsa dengan tawa kecilnya, kemarin Harsa udah manggil sayang sayang sih padahal belum jadian ya gini akibatnya

"udah jadian ma" Harsa tersenyum cerah lalu menatap sang kekasihnya dengan pipi yg penuh makanan

Widia terkejut, kapan anaknya di tembak? bunga ga ada, bucket juga ga dapet, boneka juga ga ada, mana?

tapi tak masalah untuk itu, yg penting keduanya bahagia saja sudah aman untuk Widia, dan yg terutama anaknya harus aman bersama Harsa

.
.
.
.
.
.

Sesampainya di sekolah, Harsa menggenggam tangan kecil kekasihnya. lehih tepatnya tangan Rei yg menggenggam kelingking Harsa

Mereka berjalan di koridor sekolah dengan Santai, tak sedikit orang yg memperhatikan mereka. Rei yg awalnya takut di perhatikan seperti itu, sekarang mulai berani karena setiap Hari jika bersama Harsa selalu banyak orang yg memperhatikan

Bruk

Rei hampir terjatuh karena seseorang menabraknya dari belakang, beruntung Harsa sigap untuk menahan tubuh Rei, namun orang itu yg malah jatuh

"woi kalo jalan liat liat goblok" Emosi Harsa yg belum sadar siapa dia

"eh? maaf maaf, gua tadi buru buru maaf sekali lagi" ucap seseorang itu

Harsa melihatnya, wajahnya menjadi datar, emosi nya masih tetap sama namun tidak bisa ia keluarkan

"Sasa, kamu jangan kasar kasar, dia kan sedang buru buru" Ucap Rei menenangkan sang pacar

sedangkan orang itu hanya mendengarkan percakapan mereka dan sedikit melirik ke Harsa, lalu ia kumpulkan lembaran yg jatuh berserakan

"aku bantu ya " ucap Rei

Saat Rei ingin membantu, tangannya langsung di tarik oleh Harsa, tak lupa telapak tangan Rei juga di bersihkan oleh Harsa

"gausah buang buang waktu, dia bisa sendiri sayang, ayo ke kelas" ucap Harsa dengan sangat lembut

"tapi kan-"

"stttt, nurut ya? " peringatan Harsa sekali lagi

Rei hanya menganggukkan kepalanya, lalu ia meminta maaf dengan orang itu dan langsung di tarik Harsa untuk berjalan menjauhi kejadian itu

seseorang itu hanya diam mendengar percakapan mereka, Hatinya sakit saat Harsa berkata sayang dengan sangat lembut, bahkan Harsa enggan untuk menatapnya ataupun membantunya

"mereka pacaran? " Ia merasakan sesak di dadanya, air matanya jatuh begitu saja membasahi salah satu kertas yg ia bawa

Setelah meletakkan tasnya di dalam kelas, Harsa meminta izin untuk pergi ke rooftop , tempat teman temannya berkumpul dengan rokok di mulut mereka

"engga! nanti kamu ngerokok" cegah Rei

"pait sayang, gabisa cium kamu, masa ga boleh ngerokok juga" karena di sekolah tentunya Harsa akan susah mendapatkan cium dari kekasihnya ini

" sehari aja ga gitu ga bisa apa! " Rei sedikit kesal, sungguh pacarnya ini selalu membuatnya naik darah

"Rei boleh ajarin gua soal yg ini? " ini si ketua kelas, namanya Malik. orang nya ambis, tapi ga ngeliatin dirinya kaya kutu buku, cakep rupanya

"bo-" belum juga selesai mengatakan, namun ucapan Rei selalu di potong oleh Harsa

"kaga boleh, ganggu orang pacaran wae, sama yg lain" Harsa menatap Malik dengan tajam

"yg ngerti materi ini dan yg paling bagus itu Rei doang sa, yg lain masih bingung" jelas malik

"makannya belajar biar pinter, udahlah minggat lu jan lama lama liatin pacar gua" ucap Harsa mengusir ketua, malik yg malas berdebat dengan Harsa pun langsung pergi dari situ

"kamu jangan gitu, kan malik cuma mau tanya caranya ajaaa sayangku" Rei menatap wajah Harsa yg masih kaku, mungkin karena Harsa yg menahan rasa kesalnya

"bahaya kalo kaya gini, kalo aku ga ada sama kamu nanti kamu sama orang lain "  Cemburu Harsa

"kan aku nda mungkin suka sama orang lain, kan pacar aku kamu jadi aku sukanya cuma sama kamu aja" Rei berusaha menenangkan pacar besarnya ini

"kamu jangan gemes gemes atuh, banyak nih yg suka kamu"

"ya kan aku sukanya sama Harsa aja"

"really? kiss nya mana sayang? " lengan Harsa di pukul oleh Rei, Harsa hanya tertawa melihat wajah pacarnya yg mulai memerah ini


































TBC

sorry ga seru

My Posesif Gengster (hyuckren) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang