𖥔 ݁ ˖༄
Bau embun semalam masih terasa di keesokan harinya. Hari ini adalah hari dimana camp sekolah akan di adakan. Sebelum berangkat, para murid di kumpulkan terlebih dahulu di lapangan sekolah untuk briefing apa saja yang boleh dan tidak boleh di lakukan saat di puncak.
Setelah selesai, semua murid membagi diri mereka menaiki bus yang sudah di siapkan.
Langit hanya membawa satu tas dan jaket untuk persiapan nanti di puncak. Sementara Aidan rempong sendiri membawa tas punggung dan slingbag. Bahkan Aidan ingin membawa gas elpiji tapi untungnya Langit melarang.
"Banyak banget, Dan, barang lo. Buset dah"
Langit sampai geleng-geleng kepala.
"Ini masih mending lah, Lang. Gue mau bawa elpiji kata lo jangan"
"Ya janganlah, anjir. Lo mau camp apa mau jual seblak?"
Aidan mencibir.
Kemudian Langit tak sengaja melihat Jingga di depan bus yang lain bersama Ona, Zia, dan Farel.
Langit menatap gadis itu yang juga tak sengaja menatapnya. Ingin sekali menanyakan apa saja yang gadis itu bawa hanya untuk basa-basi. Tapi Langit urungkan karena ingat jika Jingga masih tak mau berbicara dengannya.
"Langit sayang. Ganteng banget, sih"
Marisa menggoda seperti biasa.
Langit berdecak sembari melepas cekalan Marisa dari lengannya. Tanpa berbicara apapun lelaki itu masuk bus lebih dulu.
"Langit!"
Marisa mengejar mengikuti Langit masuk.
"Lo kenapa, Gi?"
Sementara Aidan yang masih di luar bertanya melihat Gio yang baru bergabung. Lelaki itu menutup hidungnya dengan jaket.
"Nggak kuat gue bau bus. Eneg"
"Santai, Gi. Gue udah bawa persiapan ini"
Aidan menunjukkan satu box antimo sachet di dalam tasnya.
"Emang bisa ngatasi mabuk?"
"Udah tenang aja. Ada gue"
𖥔 ݁ ˖༄
"Huek. Huek"
Gio menatap datar Aidan yang duduk di sampingnya. Sementara tangan kirinya memijati tengkuk Aidan.
Mereka sudah di dalam bus. Dan baru saja lima belas menit perjalanan, Aidan mabuk.
Gio tak habis pikir dengan makhluk satu ini. Ternyata Aidan sendiri yang mabuk. Dan Gio menyesal duduk di tengah antara Langit dan Aidan. Ya mereka memilih duduk di sisi kanan bus yang terdapat 3 kursi itu.
Sementara Langit yang duduk dekat jendela dengan santai memainkan ponsel tanpa memperdulikan kedua temannya.
"Bu Sekar"
Gio mengangkat tangan pada Bu Sekar sedang berdiri sambil karaoke.
Bu Sekar menoleh.
"Aidan, Bu. Dia mabuk ga selesai-selesai"
Gio bahkan masih menutup hidungnya dengan jaket.
Bu Sekar yang masih kesal karena Aidan sering mengejek alisnya tebal sebelah itu hanya melihat lalu berkata dengan mikrofon.
"Perjalanan masih jauh ya, Anak-anak. Bagi yang mabuk silahkan turun"
𖥔 ݁ ˖༄
jumpa di chap selanjutnya~
KAMU SEDANG MEMBACA
SENYUMAN JINGGA 《on going》
Teen FictionJingga Aura, seorang gadis penjual bunga yang sering mendapat bullyan di sekolah. Ia mengira bahwa tak ada yang istimewa dari kehidupannya. Namun karena pertemuannya dengan Langit, Jingga percaya bahwa kebahagiaan itu ada. /on going/ 01/09/24 📍1-Ji...