Erlangga

Chapter XIV

Happy reading ٩(๛ ˘ ³˘)۶♥

.❅。°❆·。*.❅· °。·☆.。.:*・°☆.。.:*・°☆.。.:*・°☆.

Di siang hari, Amerika menyajikan pemandangan yang hidup dan dinamis. Matahari terik mengguyur kota dengan cahaya terang, menerangi jalan-jalan yang sibuk dan gedung-gedung pencakar langit yang menjulang tinggi. Suara klakson mobil dan langkah kaki yang cepat menambah kesan hiruk-pikuk urban, sementara trotoar dipenuhi oleh pejalan kaki yang bergerak cepat. Warna-warni iklan neon dan papan reklame berkilauan dari berbagai arah, menambah kesan modern dan energik. Di sudut-sudut tertentu, kafe dan restoran dipenuhi oleh pelanggan yang duduk di meja luar, menikmati makan siang sambil menikmati cuaca cerah. Di luar kota, pemandangan pedesaan yang damai dengan ladang hijau, hutan lebat, dan sungai yang mengalir perlahan menawarkan kontras yang tenang dengan keramaian kota. Suhu yang hangat dan langit biru tanpa awan menambah suasana yang cerah dan ceria, menciptakan lingkungan yang penuh semangat dan kehidupan.

Di tengah kemegahan siang hari, di wilayah eksklusif bandara pribadi keluarga Leonard, Pendaratan Gulfstream G700 yang mulus di bandara pribadi keluarga Leonard melukiskan kemewahan dan prestise yang khas dari keluarga tersebut. Di bawah sinar matahari yang membanjiri landasan pacu, pesawat hitam elegan itu seakan menguasai suasana dengan auranya yang anggun. Saat roda pesawat menyentuh landasan yang terawat sempurna, terlihat beberapa mobil mewah yang berderet rapi di sisi landasan, siap mengantarkan penumpangnya ke tujuan berikutnya. Ketenangan bandara yang terpencil itu berubah menjadi hiruk-pikuk kemewahan, memberikan kesan bahwa sesuatu yang besar tengah terjadi di balik pintu kabin pesawat.

Kendrick William Leonard menuruni tangga pesawat dengan langkah mantap, memancarkan aura ketegasan yang tak tergoyahkan. Meski Erlangga, yang digendongnya dalam posisi ala koala, tengah terbaring lemah dengan tubuh demam, Kendrick tidak menunjukkan tanda-tanda kegelisahan. Tatapan dingin dan datarnya membekukan suasana, mengesankan bahwa meski situasi mendesak, urusan keluarga Leonard tetap tidak boleh diinterupsi.

Erlangga, dalam tidurnya yang gelisah, tidak menyadari keberadaan di sekitarnya, Rasa bersalah yang menghantui Erlangga terus menerornya dalam tidur saat masih berada di eropa semalam, tentang Suster Lily yang ikut terjerat masalah akibat dirinya. Mimpi buruk dan stres yang berkepanjangan membuat tubuhnya runtuh. Keesokan paginya, ia terbangun dengan demam tinggi. Namun, meski kondisinya memburuk, mereka tidak punya pilihan lain selain tetap melanjutkan keberangkatannya ke Amerika sesuai rencana, tanpa penundaan.

Wajah Erlangga memerah oleh demam, tapi Kendrick tetap berjalan dengan penuh keyakinan seolah beban anak muda itu tidak berarti apa-apa di tangannya. Di belakangnya, anggota keluarga Leonard lainnya berjalan dengan tertib, langkah mereka teratur meski sorot mata mereka mengamati situasi dengan waspada.

Staf bandara tampak sibuk, beberapa berusaha menyembunyikan rasa ingin tahu saat melihat pemuda yang tergendong itu. Mereka memastikan barang-barang sudah diatur dengan sempurna, dan mobil-mobil mewah yang berderet siap untuk membawa mereka melanjutkan perjalanan. Meski keadaan darurat tengah melanda, aura eksklusivitas dan kendali mutlak tetap terasa di sekeliling mereka, mempertegas dominasi keluarga Leonard dalam setiap situasi yang mereka hadapi.

Konvoi kendaraan mewah yang membawa keluarga Leonard bergerak dengan tenang, meluncur di sepanjang jalan yang terawat rapi, mengantarkan mereka dari bandara pribadi ke kediaman utama mereka. Limusin panjang dan SUV mewah bergerak dalam harmoni yang sempurna, seolah setiap kendaraan tahu perannya dalam iring-iringan ini. Seiring mereka menjauh dari kawasan bandara, pemandangan berubah dari hiruk-pikuk kota menjadi hamparan hijau yang sunyi dan eksklusif. Pohon-pohon besar berjajar di sepanjang jalan, sementara pagar-pagar tinggi mengisyaratkan privasi total yang dijaga dengan ketat.