Three

427 71 4
                                        

Keesokan paginya, Hinata memutuskan untuk mengevaluasi beberapa perusahaan dan berinvestasi dalam proyek-proyek yang dianggap menjanjikan. Berbagai macam perusahaan Energi, Teknologi dan Perusahaan Berbasis Internet ia pilah dan ia analisa. Hinata tak hanya akan mengambil penuh ingatan masa depannya, tapi juga ia gunkan ilmu-ilmu keuangan yang dulu di kehidupan pertamanya ia berusaha sangat keras mempelajarinya -demi seorang Uchiha Sasuke-. Setelah menyelesaikan investasi awal tersebut, ia memutuskan untuk mengunjungi Hiruzen Sarutobi, seorang notaris ternama yang telah dipercaya oleh ibunya untuk mengurus warisan.


Di firma hukum milik Hiruzen, Hinata meminta untuk bertemu dengan Sarutobi Hiruzen. Notaris yang ditunjuk oleh almarhum Ibunya tersebut. Resepsionis mengkonfirmasi kunjungan Hinata dan membiarkannya memasuki ruangan kerja milik sang Professor Hukum itu.


"Bisakah aku melihat surat warisan Hikari Otsutsuki?" tanya Hinata.


Hiruzen, setelah memverifikasi identitas Hinata dan memastikan bahwa ia adalah salah satu ahli waris, menjawab, "Baik, Nona Hinata, namun saya hanya akan menyampaikan warisan dan surat-surat yang berkaitan dengan harta yang telah disiapkan oleh Nyonya Hikari untuk Anda."


"Itu cukup," balas Hinata. Ia memang tidak berniat melihat daftar lengkap harta yang akan diterima oleh Neji maupun ayahnya, Hiashi.


Setelah meninjau dan memastikan semua properti, barang, serta likuiditas baik dalam bentuk uang tunai maupun investasi yang terdaftar atas namanya, Hinata merasa lega. "Bisakah aku mendapatkan salinan dokumen ini serta dokumen pendukung hukum lainnya?"


"Tentu, Nona," jawab Hiruzen. Ia kemudian meminta stafnya untuk menggandakan dan melegalkan dokumen-dokumen tersebut.


"Kapan warisan ini dapat dicairkan?" tanya Hinata.


"Menurut wasiat Nyonya Hikari, harta tersebut baru bisa ditarik tepat sepuluh tahun setelah Nyonya meninggal," jawab Hiruzen.


"Bukankah itu hanya tinggal tiga bulan lagi?" tanya Hinata, memastikan.


"Benar, Nona," jawab Hiruzen.


"Baiklah, terima kasih atas waktunya, Tuan Hiruzen," ucap Hinata sambil mengambil dokumen yang telah digandakan.


"Sama-sama, Nona Hinata. Ini adalah pekerjaan saya," jawab Hiruzen.

******

Sementara itu, Sasuke menerima laporan dari bawahannya bahwa Hinata baru saja mengunjungi firma hukum Sarutobi. Sasuke tertegun dan merasa bingung. Ada perasaan tidak nyaman yang menyelinap di hatinya.


'Apakah dia ingin mengajukan perceraian? Tapi bukankah aku sudah menandatangani surat cerai?' pikir Sasuke, kebingungan melanda pikirannya.


'Apakah dia merobek kertas itu dan harus membuat yang baru? Kalau begitu, apakah aku harus menandatangani dokumen perceraian yang baru itu.' Sasuke semakin pusing, banyak hal yang membebani pikirannya, terutama mengenai Hinata dan perasaannya yang membingungkan.

'Kenapa perasaanku seperti ini? Apa sebenarnya perasaan yang ku rasakan ini?' tanyanya pada dirinya sendiri.


Dengan kebingungan yang semakin mendalam, Sasuke memutuskan untuk memikirkan langkah selanjutnya. Ia tahu bahwa perasaannya terhadap Hinata mungkin mempengaruhi kemampuannya untuk membuat keputusan rasional. Ia harus mencari cara untuk memahami apa yang sebenarnya terjadi dalam hatinya dan bagaimana ia harus menghadapi situasi ini.

*******

Sasuke pulang ke rumah lebih awal dari biasanya, dan saat ia tiba sore hari itu ia menemukan Hinata sedang duduk di lantai berkarpet padad ruang keluarga, dengan punggung yang bersandar pada sofa. Hinata tampak serius dan fokus mengerjakan sesuatu pada laptopnya. Sasuke mengganti bajunya dan bergabung di ruang keluarga, duduk di sofa sambil membawa tablet di tangannya. Ia memperhatikan Hinata yang sedang sibuk dengan laman trading forex.

Sasuke memandangi layar laptop Hinata, terkesima dengan keterampilannya dalam ber-trading. Meskipun metode yang digunakan tidak sangat canggih, paling tidak hasilnya jauh lebih baik daripada yang diharapkan dari orang awam. Sasuke menyaksikan Hinata dengan cermat, mulai dari cara ia masuk dan keluar dari posisi trading pada trading mata uang itu, hingga bagaimana ia mengolah data dan memprediksi saham potensial pada data data yang ditampilkan oleh bursa saham jepang. Ia bahkan melihat beberapa nama perusahaan dan investasi yang perusahaan miliknya sendiri mengakui nya. Ssuke kagum karena Hinata melakukan semua ini dengan sangat baik, point nya adalah Hinata melakuakn sendiri dan dengan metode yang manual, berbanding terbalik dengan perusahaan Sasuke dan Sasuke pribadi yang lakukan dengan sistem canggih dan banyak staff.

Sasuke merasa kagum melihat bagaimana Hinata menganalisis pasar dengan mudah dan akurat. Namun, ia juga merenung tentang keputusan yang harus diambil—apakah benar mereka akan bercerai, atau apakah ia menginginkan perceraian itu?

Dalam keterdiaman disana, Sasuke pun menyuarakan pemikirannya. "Mau kah kau bercerai?" tanya Sasuke, akhirnya memecahkan keheningan.

Hinata tertegun, dan terkejut seakan baru menyadari kehadiran Sasuke. "Ahh..-, aku sudah menandatangani surat perceraian yang kau berikan dulu. Namun,..".

"A-aku minta bertahan sebentar, paling tidak dua bulan lagi."

Sasuke memandangi Hinata, mencari raut wajah yang menolak perceraian, namun Hinata tampak tidak menolak perceraian, ia melihat keseriusan Hinata dalam perceraian mereka. Memang ada kesedihan di matanya, tetapi tidak ada rasa menyesal yang membuat Sasuke merasa nyaman di hatinya. Ia merasa lebih bingung dengan sikap Hinata yang tenang, seolah-olah sudah siap dengan keputusan ini.

"Hm, berikan padaku surat perceraian itu," kata Sasuke.

"Ahh, sebenarnya kau tak perlu terlalu takut aku akan ingkar", jawab Hinata sambil berdiri dan mengambil surat perceraian yang diterimanya dua bulan lalu—tepat satu bulan pasca-pernikahan mereka. Surat itu belum pernah disentuhnya, namun Hinata sudah paham bahwa rumah tangga ini mungkin tidak dapat dipertahankan.

Sasuke merasa marah dan bingung mendengar bahwa Hinata sudah menandatangani surat itu. 'Bukan itu yang aku maksudkan, aku ingin membakar suratnya', ucap Sasuke dalam hati. Ia merasa frustrasi, tidak tahu bagaimana harus menyikapi situasi ini.

Hinata menyerahkan surat perceraian kepada Sasuke, dan Sasuke menyimpannya dengan sangat hati-hati. Ada perasaan campur aduk di hatinya—marah, bingung, dan juga sebuah rasa yang sulit untuk dijelaskan.

"Malam ini mau makan apa?" tanya Hinata, berusaha untuk kembali ke rutinitas.

"Terserah," jawab Sasuke dengan nada datar.

Hinata mengangkat bahu dan mulai menyiapkan makanan sederhana, berusaha untuk menjaga suasana tetap tenang. Ia memasak hidangan sederhana yang biasanya mereka nikmati bersama.

Sasuke duduk diam, pikirannya berputar-putar tentang keputusan Hinata dan apa yang harus dilakukannya selanjutnya. Di tengah kesibukan memasak Hinata, Sasuke merenung tentang kemungkinan masa depan mereka dan bagaimana keputusan ini akan memengaruhi hidup mereka.

What Will the Ending Be?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang