"Fatih sekarang Ibu dan Ayah sudah tidak ada, bahkan aku sudah mempunyai anak dan cucu. Namun kau di mana? Sudah bertahun-tahun kau menghilang sejak hari itu Fatih"
Damar hanya bisa tersenyum mengingat semua yang terjadi pada masa itu, ia harap tidak ada lagi yang menjadi korban dari rasa penasaran tentang hutan itu. Damar pun pergi meninggalkan anak-anak yang sedang mengobrol itu untuk kembali masuk ke dalam rumah itu.
"Kakek masuk dulu ke dalam rumah ya, kalian bersenang-senanglah."
"Baik kakek." ucap mereka bertiga secara bersamaan. Setelah itu, mereka pun kembali melanjutkan percakapan tentang hutan itu.
"Raden, Dipta apa kalian tidak penasaran tentang hutan itu? Apalagi dengan pohon yang bisa mengabulkan semua permintaan itu, bukankah itu sangat menarik!" Ucap Lingga kepada temannya itu.
"Tentu saja aku sangat penasaran dengan hutan itu, aku ingin coba mencari tahu lebih banyak tentang hutan itu." -Dipta
"Aku setuju dengan Dipta! Bagaimana kalau kita coba masuk juga ke hutan itu?" -Raden
"Bisa saja kita masuk ke dalam hutan itu, tapi apa kita bisa bertahan di sana? Kita kan baru berumur 10 tahun, apa kau yakin?" -Lingga
Mereka benar-benar ingin tahu tentang hutan itu, tapi apa yang bisa mereka lakukan di usianya yang sekarang, yang ada mereka akan menghilang dan mati kelaparan?. Ya, mereka pun pada akhirnya berpikir untuk menikmati masa kecil itu sekarang dan bersekolah dengan baik. Mereka memang memiliki rasa penasaran yang tinggi dan juga sangat suka dengan hal-hal yang berbau misteri. Tapi mereka masih mempunyai pemikiran yang seperti anak-anak pada umumnya.
Ke esokkan paginya Lingga bangun dari tidurnya dan mulai bersiap-siap untuk pergi menuju sekolah. Ternyata di depan rumah Lingga sudah terdapat Raden dan Dipta yang mengajak untuk pergi ke sekolah bersama.
"LINGGA AYO CEPETAN! NANTI KEBURU BEL NIH."
"Iya tahu nih, lama banget padahal kita udah nunggu."
"Apa sih kalian, lagian aku siap-siap juga ga lama, kalian saja yang kecepetan datang ke rumah aku."
Setelah sekitar 10 menit mereka menunggu, mereka pun segera pergi ke sekolah. Tidak perlu membutuhkan waktu yang lama, mereka pun sampai di sekolah, karena memang jarak dari rumah Lingga ke sekolah tidak terlalu jauh. SD Nusa Bangsa 01 yang tak terlalu besar tetapi nyaman untuk digunakan menjadi tempat untuk mencari ilmu, itu adalah sekolah dasar satu-satunya yang ada di desa ini.
Lingga, Raden, dan Dipta pun memasuki kelasnya dan menaruh tasnya di masing-masing kursi tempat duduk mereka.
'KRINGGG' suara bel berbunyi menandakan bahwa jam pelajaran telah dimulai, dan siswa siswi pun mulai memasuki kelasnya.
Pada saat guru sudah memasuki kelas, mereka mulai mendengarkan dan mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru sebagai latihan bahwa para murid sudah paham apa yang sudah dijelaskan oleh guru di depan tadi. Ya begitulah hari-hari mereka disekolah sebagai anak kelas 4.
Sekarang pukul 11 siang, yang di mana jam pelajaran mereka di sekolah sudah selesai dan anak-anak diperbolehkan untuk pulang. Akan tetapi Lingga, Raden, dan Dipta mereka tidak langsung pulang ke rumah, melainkan pergi bermain.
Mereka pergi bermain sepak bola di lapangan bersama teman-teman lainnya. Di sana sangat ramai dengan suara canda tawa dan teriakkan dari anak-anak yang sedang bermain. Betapa serunya bermain di siang hari sampai sore pada masa kecil itu.
"LINGGA AYO PULANG! Kamu tidak lihat sekarang sudah jam berapa? Bahkan kamu juga belum mengganti seragam sekolahmu, cepat pulang."
Asmita, ibu dari Lingga yang sudah marah karena anaknya tak kunjung pulang dari tadi siang hingga jam menunjukkan pukul 17.00 sore.
"IYA IBU, Lingga pulang sekarang.'
"Raden, Dipta aku pulang duluan ya, ibuku sudah marah."
"Kami berdua juga mau pulang saja kalau kamu pulang."
"Iya betul kata Raden, aku juga mau pulang saja takutnya nanti ibuku juga mencariku."
"Baiklah kalau begitu, sampai jumpa besok."
Mereka bertiga pun pulang ke rumahnya masing-masing. Lingga pun mengikuti ibunya pulang ke rumah. Sesampainya ia di rumah, Lingga langsung disuruh untuk pergi mandi karena dirinya yang sudah penuh dengan keringat dan debu.
Setelah Lingga selesai membersihkan dirinya, ia langsung pergi ke dapur karena perutnya yang sudah mulai terasa lapar dan meminta makan.
"Ibu aku lapar"
"Sini makan, ini ada sayur lodeh dan tempe."
"Asyik ada sayur lodeh, kalau begitu aku mau makan sekarang."
Lingga mengambil sebuah piring dan mengambil nasi juga sayur dan tempe, ia pun mulai memakan makanannya di tengah rumah dan ditemani ayah dan kakeknya yang sedang berbicara. Tak lama ia pun selesai makan dan menaruh piring kotor itu di dapur lalu kembali masuk ke kamarnya.
"Besok tidak ada pr jadi aku bebas malam ini"
"Tapi aku jadi terpikir tentang hutan rahasia yang diceritakan kakek, apa yang sebenarnya ada di dalam sana? Aku sangat penasaran sekali apa sih yang terjadi dengan remaja yang masuk ke sana, aku yakin dia masih hidup!"
....::::**•°✾°•**::::....
ceritanya nyambung ga si? aku tuh selalu bingung tiap mau mikirin alurnya T-T yah semoga kalian suka ya sama cerita ku ini, kedepannya aku juga bakal terus memperbaiki tulisan aku yang masih salah. sampai jumpa di bab selanjutnya yaa!
12/09/2024
KAMU SEDANG MEMBACA
The Secret Forest(?)
FantasyDiceritakan tiga orang remaja yang tinggal di sebuah desa yang di kelilingi oleh pegunungan yang sedang menikmati bagaimana suasana desa yang indah. Tetapi, ada sebuah cerita yang selalu diceritakan dari generasi ke generasi tentang sebuah "Hutan Ra...