DTY - 06

1.2K 156 17
                                    

Ling menatap kosong ke arah langit-langit kamarnya. Semalam tidur terasa mustahil bagi Ling, dan air mata yang terus mengalir seolah menjadi teman dalam kesunyian. Perlahan-lahan, tangisannya berhenti, bukan karena kesedihan itu lenyap, tetapi karena tubuhnya sudah tak mampu lagi mengeluarkan air mata. Matanya lelah, dan perih yang mendera seolah menguras seluruh energinya.

Putus dengan Mean adalah sesuatu yang tidak pernah Ling bayangkan, bahkan dalam mimpi terburuknya sekalipun. Selama ini, Mean adalah sosok yang selalu menjadi sandaran, seseorang yang membuatnya merasa kuat dan utuh. Kini, setelah semua itu berakhir, Bagaimana bisa ia melanjutkan hidup tanpa Mean? Dunia yang dulu terasa bahagia kini tampak hampa dan tak bermakna.

"Cklek."

Ling menoleh perlahan. Di ambang pintu, Orm berdiri dengan nampan di tangannya. Wajahnya tampak sedikit terkejut saat melihat Ling sudah bangun namun masih berbaring diatas tempat tidur.

"Oh... Ternyata P'Ling sudah bangun," kata Orm, mencoba tersenyum meski jelas ia bisa melihat betapa rapuhnya Ling saat itu. Orm melangkah mendekat dan meletakkan nampan di meja samping tempat tidur. "Sudah waktunya phi sarapan..."

Ling hanya menggeleng pelan, suaranya serak saat akhirnya berbicara, "Aku tidak ada nafsu untuk makan..."

Orm duduk di pinggir ranjang, memandang wajah Ling dengan khawatir. "Phi harus makan, meskipun hanya sedikit. Tubuh phi butuh energi," bujuknya lembut.

Tanpa sengaja, tangan Orm menyentuh tangan Ling, dan ia segera merasa ada yang salah. "Oui... Badan P'Ling panas," ucap Orm dengan nada khawatir. Ia segera meraba dahi Ling dengan punggung tangannya, dan rasa panik mulai terlihat di wajahnya. "Astaga, sepertinya P'Ling demam."

Tanpa menunggu jawaban dari Ling, Orm bangkit dengan cepat dan keluar kamar. Ling hanya menatap kosong ke arah pintu, tubuhnya tak bertenaga untuk merespon. Beberapa saat kemudian, Orm kembali membawa baskom kecil berisi air dan kain bersih. Ia meletakkan baskom itu di meja samping, lalu menyelupkan kain ke dalam air, memerasnya dengan lembut sebelum menaruhnya di dahi Ling.

"Ini pasti karena semalam..." gumam Orm pelan, lebih kepada dirinya sendiri daripada untuk didengar Ling. Dengan penuh perhatian, ia menyeka wajah Ling, dari dahi, pipi, hingga leher, dengan gerakan lembut namun pasti.

Ling tetap diam. Tidak ada sepatah kata pun yang keluar dari bibirnya. Namun, matanya tak lepas memandang Orm yang begitu serius menyeka tubuhnya. Dalam keheningan itu, hanya ada suara lembut kain yang diperas dan gerakan tangan Orm yang memberikan sedikit kenyamanan bagi Ling di tengah kesedihan yang begitu mendalam.

"Jika demam seperti ini, phi harus makan dulu, lalu minum obat agar sakitnya tidak semakin parah," ucap Orm sambil meletakkan kain yang baru diperas ke dalam baskom berisi air. Tangannya bergerak meraih mangkok bubur yang telah disiapkan di meja kecil di samping tempat tidur Ling. Namun, gerakannya terhenti ketika ponselnya berbunyi.

Orm mengambil ponselnya dari kantong dan dengan cepat membaca notifikasi yang muncul. Ia melirik sekilas ke arah Ling, "P'Ling, sepertinya aku harus pergi sebentar untuk menemui P'Saint." Suaranya terdengar lembut, seolah ragu untuk meninggalkan Ling sendirian dalam kondisi seperti itu.

Ling menoleh sedikit, meskipun terlihat lemah, suaranya tetap terdengar jelas. "Ya, kamu bisa pergi. Saya tidak apa-apa di sini sendirian," jawabnya dengan nada yang hampir berbisik, namun tetap terdengar tegas.

Orm menatap Ling dengan khawatir. "P'Ling... Jangan lakukan hal nekat seperti semalam, ya? Aku khawatir," ucapnya dengan serius, tatapan matanya menunjukkan kepedulian yang tulus.

Ling menatap balik Orm, "Ya, saya tidak akan melakukannya," jawabnya singkat.

Orm menghela napas lega, lalu dengan senyum kecil di wajahnya, ia mengangkat jari kelingkingnya di depan Ling. "Janji?" tanyanya sambil menunggu respon.

Drown to You - LingOrmTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang