Lorong yang mereka masuki gelap dan panjang, hanya diterangi oleh cahaya redup dari tongkat masing-masing. Setiap langkah yang mereka ambil terasa berat, seolah mereka sedang mendekati sesuatu yang berbahaya namun tak terhindarkan. Udara di dalam lorong terasa lebih dingin, dan keheningan yang melingkupi mereka membuat suasana semakin mencekam.
Scorpius, yang berada di depan, sesekali berhenti untuk memastikan mereka tidak terjebak dalam jebakan sihir. Rose berjalan di sampingnya, membisikkan beberapa mantra pelindung untuk berjaga-jaga. Di belakang, Albus dan James berjalan dengan waspada, sementara Cassiopeia berusaha menyembunyikan rasa cemasnya.
"Aku merasa tempat ini lebih mengerikan dari yang kita pikir," ujar Cassiopeia pelan, menggenggam erat tongkatnya.
"Ya, aku juga merasa begitu,"
"Tapi itulah serunya, bukan?" sahut James dengan sedikit senyum miring. Cassiopeia hanya bisa menggelengkan kepala. James selalu punya cara untuk meremehkan situasi serius, bahkan dalam keadaan seperti ini.
"Jangan lengah," kata Albus dengan nada dingin, tatapannya tetap fokus ke lorong di depan mereka.
"Bellatrix mungkin tidak bisa mengikuti kita, tapi ini adalah wilayahnya. Kita tidak tahu jebakan apa yang dia pasang di sini."
Rose menghentikan langkahnya, menatap jauh ke depan. "Aku merasa sesuatu di sini... sepertinya kita sudah dekat."
Scorpius mengangguk, mengamati dinding batu di sekitar mereka. "Ya, aku juga merasa hal yang sama. Seolah-olah ada kekuatan sihir yang kuat di ujung lorong ini."
Mereka melanjutkan perjalanan, semakin dalam memasuki lorong yang terasa seakan tidak berujung. Setelah beberapa saat, mereka tiba di depan sebuah pintu besar yang tampak terbuat dari batu hitam yang mengilap. Ukiran kuno dan simbol-simbol gelap terukir di seluruh permukaan pintu itu, memancarkan aura kegelapan yang menakutkan.
Rose berjongkok untuk memeriksa lebih dekat ukiran tersebut. "Ini sihir kuno, sangat kuat. Pasti ini tempat artefak itu disembunyikan."
"Dan bagaimana kita membuka pintu ini?" tanya James, menyentuh permukaan pintu dengan tangannya.
"Tentu saja tidak ada gagang pintunya."
Scorpius menyipitkan matanya, memperhatikan simbol-simbol yang terpahat di batu itu. "Ini sepertinya membutuhkan sesuatu yang lebih dari sekadar mantra biasa. Ada sihir darah di sini."
"Jadi, kita harus menggunakan darah Voldemort?" Cassiopeia mengerutkan kening.
"Bagaimana kita bisa melakukan itu?"
Albus, yang sejak tadi diam, berjalan mendekat ke pintu dan meneliti simbol-simbol tersebut dengan saksama. "Tidak perlu darah Voldemort secara langsung," katanya perlahan.
"Bisa jadi sihir ini merespons darah siapa pun yang memiliki hubungan dengan kegelapan, atau keluarga yang memiliki keterkaitan dengan Voldemort."
Scorpius menatap pintu itu dengan ragu. "Kalau begitu, itu berarti aku. Keluargaku pernah berhubungan erat dengan Voldemort."
"Tidak ada pilihan lain," ujar Rose sambil menatap Scorpius penuh harap.
"Kita harus mencobanya. Kita tidak bisa berbalik sekarang."
Scorpius mengangguk pelan, meskipun terlihat jelas ada keraguan di matanya. Dia mengeluarkan pisau kecil dari sakunya, kemudian dengan hati-hati menggoreskan ujungnya ke telapak tangannya. Darah merah mulai mengalir, dan dia menyentuh simbol di pintu batu dengan tangannya yang berdarah.
Tiba-tiba, pintu itu bersinar, mengeluarkan suara gemuruh yang membuat lantai di bawah kaki mereka bergetar. Perlahan, pintu besar itu mulai terbuka, memperlihatkan ruang yang gelap di baliknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Time Turner - Malfoy Manor
FantasyLima anak dari masa depan mendarat di Malfoy Manor, markas pelahap maut. Mereka bukan sekadar anak-anak dari keluarga penyihir besar. Mereka adalah keturunan dari mereka yang telah melawan, bertahan, dan bertempur di dalam pertempuran terbesar duni...