Cassiopeia memeluk tubuh Scorpius yang terluka, air mata jatuh tanpa henti di pipinya. Albus, Rose, dan James segera mendekat, wajah mereka dipenuhi kekhawatiran. Pertarungan telah berakhir, tetapi rasa kemenangan tak terasa sama sekali. Bellatrix telah pergi, tetapi meninggalkan bekas luka yang mendalam di hati mereka.
"Scorpius... bangunlah," bisik Cassiopeia, suaranya bergetar.
"Kau tidak boleh menyerah sekarang."
Rose berlutut di sampingnya, memeriksa keadaan Scorpius. "Dia masih hidup," katanya cepat, mencoba menenangkan Cassiopeia.
"Tapi dia terkena kutukan yang sangat kuat. Kita harus segera membawanya keluar dari sini."
James berdiri, menggigit bibirnya dengan gelisah. "Bagaimana caranya? Bellatrix mungkin sudah menunggu kita di luar. Dia tahu kita tidak bisa meninggalkan tempat ini tanpa Scorpius."
Albus, yang sejak tadi diam, berdiri dan menatap pintu yang membawa mereka ke tempat ini. "Kita tidak punya pilihan lain. Kita harus mencari jalan keluar, dan kita harus cepat." Matanya melirik Scorpius dengan tajam, tetapi ada rasa bersalah di dalamnya.
Cassiopeia, yang masih memegang tangan kakaknya, menggeleng. "Tidak. Kita tidak bisa membiarkan dia mati di sini. Kita harus membawanya ke tempat yang aman sekarang juga!"
Rose menatap Albus dengan tegas. "Kau dengar itu. Kita tidak bisa menunggu lebih lama. Dia akan mati jika kita terus di sini."
Albus mengangguk pelan. "Baiklah. James, bantu aku mengangkat Scorpius."
James bergerak cepat dan membantu Albus mengangkat tubuh Scorpius dengan hati-hati. Meski dia terlihat santai di permukaan, ada ketegangan di matanya. Mereka harus bertindak cepat, atau mereka akan kehilangan salah satu dari mereka.
Rose mengeluarkan tongkatnya, menyiapkan mantra pelindung sementara mereka bersiap meninggalkan ruangan. "Aku akan menjaga agar kita tetap aman saat kita keluar dari sini."
Cassiopeia berjalan di belakang mereka, tidak mau melepaskan pandangannya dari Scorpius. "Kakak... tolong bertahanlah," bisiknya, suaranya dipenuhi rasa takut yang jarang dia tunjukkan.
Perlahan, mereka keluar dari ruangan tempat artefak berada, kembali ke lorong gelap yang membawa mereka ke sini. Setiap langkah terasa berat, seperti waktu yang berjalan lebih lambat dari biasanya. Lorong itu sunyi, tetapi ketakutan bahwa Bellatrix masih menunggu di luar menyelimuti pikiran mereka.
Ketika mereka mendekati pintu besar besi yang sebelumnya membuka jalan menuju ruang bawah tanah, Albus berhenti dan mengeluarkan tongkatnya. "Kita harus hati-hati. Tidak ada jaminan bahwa Bellatrix tidak meninggalkan jebakan."
James, yang membawa bagian atas tubuh Scorpius, mengangguk pelan. "Aku akan menjaga Scorpius. Kau fokus pada apa pun yang ada di luar sana."
Rose bergerak maju, merapalkan mantra deteksi untuk memastikan mereka tidak terperangkap dalam jebakan. "Semua aman sejauh ini," katanya, meskipun suaranya mengandung kekhawatiran.
Mereka melangkah keluar dari lorong gelap menuju aula utama Malfoy Manor. Udara dingin menyambut mereka, dan kegelapan menyelimuti seluruh ruangan. Keheningan itu terasa aneh, seolah-olah seluruh rumah ini mati.
"Kita terlalu lama di sini," bisik James.
"Apa Bellatrix benar-benar sudah pergi?"
Albus merespons dingin, "Dia tidak akan menyerah semudah itu. Kita harus tetap waspada."
Saat mereka melangkah lebih jauh, tiba-tiba terdengar suara langkah kaki dari arah tangga di depan mereka. Mereka berhenti, rasa takut merambat ke seluruh tubuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Time Turner - Malfoy Manor
FantasyLima anak dari masa depan mendarat di Malfoy Manor, markas pelahap maut. Mereka bukan sekadar anak-anak dari keluarga penyihir besar. Mereka adalah keturunan dari mereka yang telah melawan, bertahan, dan bertempur di dalam pertempuran terbesar duni...