Lembar Baru

5 3 0
                                    

Dua tahun sudah setelah Ditya, orang yang pernah mengisi hati ku kini ia sudah pergi entah kemana yang aku sendiri pun tak tau. Karena saat ia menitipkan surat pamitan kepada teman ku Nita, tak sedikitpun ia memberi tau kemana dan dimana dia sekarang.

Kini aku memulai hidup baru dengan lembaran baru.

Ya, namaku Linda Humaira kalian bisa sapa aku Linda atau biasa sahabat-sahabat aku menyapaku Lin.

Tak ada yang istimewa dari ku, dan tak ada yang spesial dari hidupku.

Aku anak pertama dari dua bersaudara, yang lahir dari keluarga sederhana namun kata orang banyak nyaris miskin.

Tapi aku bahagia dengan apa yang aku miliki saat ini, keluarga yang utuh, rumah yang layak, pendidikan yang baik serta teman yang lebih dari sekedar teman biasa, mereka sahabat yang seperti saudara ku sendiri.

Ryansyah, namanya emang simpel tapi tak sesimpel kepribadian nya. Terlampau ribet, tapi ngga mau ribet. Nah, atur aja sendiri gimana konsepnya sahabat aku ini.

Tapi meski begitu, Ryan ini merupakan sahabat aku sejak aku mengenalnya di bangku Sekolah Dasar, itu juga karena kita satu wilayah rumahnya.

Kehidupan aku dan Ryan tak jauh berbeda, tapi Ryan adalah anak yang berbakat serta pejuang keras dan dia juga sangat pengertian, sahabat paling pengertian dan jadi garda terdepan untuk aku.

Dia memang bukan orang ' punya ' yang disegani banyak orang, tapi dengan bakat yang dia punya yaitu keahlian nya dibidang menulis, dia bisa mencapai cita-cita nya menjadi novelis.

Terbukti sudah kurang lebih lima buku telah ia terbitkan dan semua nya meledak dipasaran.

Anita, simpel aja namanya. Dia juga temanku juga tetangga terdekat aku di komplek. Rumah kita ngga beda jauh jaraknya, tapi dengan Ryan cukup memakan waktu, tapi masib satu komplek yang sama.

Anita termasuk cewek strong yang ga gampang nyerah, gigih dalam belajar dan ga gampang kemakan janji-janji cowok. Jiaelah.

Meski kadang resek, dan cerewet tapi aku tetap sayang karena dia selalu ada buatku dan peduli sama kita semua.

Winda Viska Handayani, aku biasa memanggil nya Winda atau Nda. Cewek humoris yang doyan ketawa. Apapun itu pasti lucu baginya.

Winda anak yang pintar dan juga gigih dalam belajar, terbukti berapa banyak medali dan piala yang terpajang dirumahnya.

Anak periang dan doyan ngemil. Meski terbilang cuek tapi Winda sebenarnya care sama teman-temannya.

Nisa Farisa, cewek ini agak ketus kalo ngomong, dan juga blak-blakkan. Muka nya agak judes tapi selalu jadi yang paling membela dan punya banyak solusi buat teman-temannya kalo lagi ada masalah.

Risky Adam, jadi salah satu cowo di anggota geng kami setelah Ryan. Dia dan Ryan sangat akrab, dan dekat karena kita sekelas dan dia duduk sebangku sama Ryan.

Meski terbilang lemot soal pelajaran, tapi dia ini ahli ITE dan aktif di media sosial.

Cuek, dingin, datar itulah kepribadian nya. Irit ngomong, sekalinya ngomong bikin Ryan kadang bingung nanggapinya.

Kini aku dan kelima temanku tengah menyantap makanan di kantin sekolah kami.

Namun tiba-tiba saja suasana menjadi riuh dan seluruh manusia yang ada dikantin mendadak bergerombol berlarian menuju lapangan sekolah.

" Ada apa sih? " tanya Winda padaku.

Aku pun sendiri tak tahu ada apa. Begitu juga dengan teman-teman yang lain.

" Samperin yuk, kepo gua. " tanpa menunggu kami, Anita lebih dulu bangkit dan ikut menyusul anak-anak yang lain.

Setibanya di lapangan, kami dibuat terkejut dengan apa yang ada di tengah lapangan. Terutama aku.

Seorang pemuda berparas tampan, manis dan tinggi semampai berjalan memasuki arena sekolah.

Berjalan dengan santai, menoleh sekitar sesekali membenarkan tas ranselnya yang ada dibahu nya.

Sock. Kata itu yang mungkin menggambarkan situasi aku dan juga teman-teman yang lain.

Dia kembali?

Seseorang yang pernah hadir dalam hidup aku, yang pernah mengukir warna indah dalam hidup aku dan pelengkap cerita hidup aku.

Seseorang yang juga membuat aku tak ingin lagi mengenal cinta, tak ingin bertemu sosok laki-laki, dan takut dengan bahasa cinta.

Seseorang itu pula yang berhasil meluluhlantakkan perasaan aku dan membuat hancur hati aku, menangis tak terkira.

Aditya Afandy

Dia kembali. Tapi kenapa? Ada apa?

Saking terlalu sibuk dengan hal-hal tentang nya, tentang aku dan dia dimasa lalu, dua tahun kemarin. Aku sampai tak sadar kini sosok lelaki jangkung itu berdiri tepat di hadapan aku dan teman-teman ku.

" Apa kabar? " singkat, namun mampu membuka luka lama yang berusaha aku kubur dalam-dalam.

Ya, aku memang sampai saat ini belum bisa melupakan dia, melupakan masa-masa bersamanya, melupakan tak semudah menjanjikan.

Kini dia datang lagi, kembali memunculkan luka itu. " Lin? " aku tersadar.

Tanpa mau menjawab pertanyaan dia, aku lalu pergi. Berusaha tak ingin menyapa nya, karena akan membuat ingatan sakit hati itu kembali.

" Linda. "

Ku dengar suara Winda memanggil ku dan dapat ku pastikan mereka mengikuti ku.

***

Aku tak menyangka, setelah dua tahun lamanya aku berusaha mengubur dalam-dalam rasa sakit dan luka ini. Kenapa dia muncul lagi, kenapa sulit sekali menghilangkan semua kenangan saat bersama nya?

Tuhan, kenapa ini terjadi lagi? Aku hanya ingin tenang tanpa ada cinta. Apalagi dari masa lalu kelam yang hanya mengundang air mata.

" Lin. " itu Ryan.

Aku menatap semua wajah teman-teman ku satu persatu. Mereka terlihat sedih menatap ku.

Aku memang selalu bercerita sama mereka saat aku merasa tak ada siapapun yang dapat mendengar aku dan mengerti aku. Tapi mereka selalu hadir, dan menemani aku saat situasi apapun.

Beruntungnya aku masih memiliki mereka, tapi entahlah mereka pun demikian atau tidak.

" Loe jangan nangis lagi Lin. Apalagi sampe gamon. " tutur Ryan yang duduk di sebelahku.

" Iya Lin, lu ga usah mikirin Ditya lagi. Yang ada lu bakal buka lembaran lama, dan bikin lu sedih terus. " timpal Winda.

" Lagian gua bingung dah sama tuh anak, kenapa sekarang dia balik lagi dan sekolah lagi disini? " gerutu Anita dengan raut wajah sulit diartikan.

" Hah, sekolah lagi disini? " itu Winda, bukan aku. Anita hanya mengangguk.

" Mungkin dia ga mau jauh kali sama pacarnya itu. " celetuk Nisa asal.

Aku menatap Nisa nanar, tapi beda dengan ketiga temanku Ryan, Winda dan Anita yang kemudian mencebik pada Nisa.

" Lu bisa ga usah kompor ga?! " dumel Anita kesal

" Ya maaf, tapi kan siapa tau. "

" Nis. " kali ini Risky yang menghentikan ocehan Nisa.

" Yaudah Lin, biarin aja lah. Dia mau balik kek, pacaran lagi kek sama si cewe ganjen itu, bukan urusan lu. Yang penting lu harus happy terus, tunjukin sama dia, kalo lu bisa tanpa dia. " tutur Ryan, aku menatapnya.

Mereka memang selalu mengerti keadaan dan suasana hati aku.

Terima kasih Tuhan, Engkau mengirimkan aku malaikat sekaligus lima.

Aku pun mendapat pelukan hangat dari mereka.

Linda : Story of HerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang