prolog

6 3 0
                                    

" Lin, tunggu guee! " pekik seseorang yang kini tengah mengejar gadis yang berjalan setengah lari itu.

Gadis dengan seragam putih abu-abu, lengkap dengan balutan hijab putih nya itu berjalan menyusuri koridor sekolah.

Entah apa yang membuat gadis itu berjalan cepat dengan raut muka yang tampak menyimpan amarah dan kekesalan terhadap sesuatu hal. Tapi apa?

" Lin, jangan cepet-cepet, sabar dulu Lin, tenang dulu. " kata pria yang tadi mengejar gadis itu, kini mereka berjalan beriringan.

Gadis itu hanya diam, sorot matanya fokus kearah jalan koridor sekolah itu tak menghiraukan pria yang merupakan sahabatnya itu ngoceh.

Mereka berdua berjalan menuju halaman belakang sekolah, saat tiba disana. Gadis itu tampak tak percaya dengan apa yang ia lihat.

Mereka melihat dua pasang hamba Tuhan berseragam sama dengannya tengah bermesraan di bangku belakang sekolah.

Mata gadis yang semula menyimpan amarah, kini bercampur dengan bulir air mata yang menggenang di bola mata indah gadis itu.

" Lin, " panggil sahabat gadis itu seraya mengelus bahu gadis itu pelan.

Pria disebelah gadis itu sangat tahu apa yang kini sahabatnya itu rasakan. Sedih, kecewa, marah, hancur dia bisa rasakan dari getaran tubuh gadis yang notabene sahabat nya itu.

Bagaimana tidak hancur?

Melihat kekasih sendiri duduk berdua dan bermesraan dengan wanita lain.

Ternyata kata setia yang di ucap dari bibir saja tidak cukup, jika diluaran sana masih membuka hati untuk banyak tamu.

Gadis itu tak lagi menahan, genangan air mata yang berusaha ia tahan kini terjun bebas membasahi wajah ayu nya itu.

Lalu gadis itu beranjak pergi, meninggalkan tempat itu dan menghiraukan sahabat nya yang terus memanggil namanya.

" Lin! "

Suara pekikkan itu terdengar oleh pria yang tengah duduk bersama wanita dibangku belakang sekolah itu. " Kenapa baby? " tanya wanita yang bersamanya.

" Aku kayak dengar suara "

Wanita itu menoleh mengikuti arah pandang kekasihnya itu. " Ngga ada siapapun baby, cuma ada kita. "

Pria itu tampak bingung, tapi benar apa yang dikatakan pacarnya itu, hanya mereka kini di halaman sepi itu.

" Mungkin aku salah denger. "

***

Di taman sekolah, gadis berhijab putih tengah menangis sendu.

" Gue tau loe sedih, dan kecewa. Tapi loe ga boleh larut dalam kesedihan Lin. Mungkin Ditya bukan cowok terbaik untuk loe, makanya Tuhan jauhkan loe dari dia dan loe dikasih liat sisi lain dari dia. " ujar sahabat gadis itu yang kini ikut duduk bersamanya.

" Gua ga nyangka aja Yan, dia setega itu. Kata manis dan janji-janji nya ternyata bulshit. Gua hancur. "

Pria itu merengkuh tubuh gadis yang masih bergetar akibat tangisan itu. Mengusap lembut bahunya berupaya menenangkan dirinya.

***

Jam istirahat memang waktu yang ditunggu-tunggu anak sekolah bukan?

Saat jam itu tiba, serentak seisi kelas manapun akan sepi seketika. Mereka berhamburan keluar kelas, lalu memadati tempat yang mereka sebut kantin.

Tempat itu kini padat, benar-benar ramai banyak sekali siswa-siswi mengantri disetiap kedainya.

" Loe mau makan apa? " tanya pria tadi pada gadis berhijab putih dan bulu mata lentik itu.

Linda : Story of HerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang