" Lin, lu harus makan " bujuk Ditya terus, namun Linda tetap menolak.
Padahal perut nya terasa lapar, dan ingin sekali makan makanan yang ada didepannya itu, namun gengsi yang begitu tinggi berpadu dengan rasa sakit hati yang lama kini muncul lagi membuat Linda urung mengambil atau menerima makanan yang sudah Ditya bawakan.
Dulu waktu mereka masih bersama menjalin asmara, Linda selalu senang jika Ditya membawakan atau membelikan nya makanan atau camilan kesukaan nya.
Linda akan selalu cepat melahap hidangan apapun itu asal Ditya yang sediakan. Terutama Nasi Goreng buatan Ditya sendiri, yang rasanya enak layaknya restoran mewah.
" Ga usah, makasih sebelumnya.. "
Hingga suara gertakan dari arah pintu membuat mereka menoleh dan suasana menjadi tegang.
" Ngapain loe?! " sungut Anita sembari bertolak pinggang.
Teman-teman Linda menatap intens dengan tatapan mengintimidasi Ditya, seolah Ditya adalah penjahat yang sedang menikam korban.
" Ngasih makanan. " jawab Ditya enteng.
" Oowh, ada yang mau cari gara-gara ternyata. " kini giliran Ryan yang tak kalah ngotot nya.
" Apaan sih lu pada, gue cuma kasih makanan ke Linda supaya magh dia ga kambuh. "
" Oke, makasih loe udah perhatian sama sahabat gue, tapi perlu loe inget Linda ga butuh perhatian loe lagi! " Ditya menatap Ryan nanar.
" Guys bisa ga usah ribut ga si, kita diliatin " ujar Winda berupaya melerai, karena kini tanpa mereka sadar seisi kelas sudah ramai dan mereka tengah menyaksikan perdebatan panas itu.
" Pada liatin apaan? " datar saja, tapi ekspresi dan ucapan dingin Nisa mampu membuyarkan mereka yang tengah menonton perdebatan itu.
" Eh eh, udah. Dit, thanks ya semua ini. Nanti gua makan. " Ditya membalasnya dengan senyuman tulus dan itu membuat Linda salah tingkah.
Melihat gelagat Linda, Ryan nampak ada yang aneh. " Senyum senyum, kayak mau dilukis loe! Udah sana balik ke bangku loe. " tukas Ryan jengkel.
" Biasa aja, nanti dia kepedean liat lu salting kunyuk " tegur Anita dengan suara berbisik. Linda tersipu malu.
Anita pun lantas duduk di bangkunya disusul Nisa, pun Risky yang duduk dibangkunya.
" Lin, mending loe ke uks deh, buat makan. Soalnya waktunya Pak Asep ngajar ni. " saran Ryan
" Iya Lin, kan ngga mungkin lu makan dikelas, di gebrak bisa lu sama Pak Asep, duh. " timpal Winda bergedik ngeri membayangkan amarah Pak Asep guru killer disekolah SMA DHEIMDO ini.
" Mau gue temenin? " usul Ryan, Linda dengan cepat menolak.
" Ngga apa-apa gua sendiri aja, nanti kalo lu ikutan nemenin gua yang ada lu ketinggalan pelajaran. " Ryan mengangguk paham.
" Eh Win, nanti gua liat catatan ya. " Winda hanya memberi tanda ibu jari mengiyakan.
Linda bergegas ke ruang UKS, takut keburu Pak Asep masuk kelas.
Ryan lantas kembali ke bangku belajar nya, dan menoleh sebentar pada Ditya sambil berucap " Jangan pernah coba deketin sahabat gue lagi! " ucapnya tegas.
Ditya menatap Ryan datar. Dia paham sekali maksud Ryan bicara seperti itu, karena Ryan ingin melindungi sahabat nya itu. Tapi apa salah jika ia masih berharap bisa bersama lagi dengan Linda sahabatnya itu?
Ditya cuma ingin menyampaikan rasa rindunya, ingin mengutarakan kesalah pahaman yang terjadi.
Tapi entah kenapa, sulit sekali untuk dirinya bicara bahkan Linda saja pun selalu menghindar darinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Linda : Story of Her
Romance" Ngga abis pikir, lu setega itu sama gue! " ujarnya penuh emosi sembari berderai air mata. Linda tidak menyangka semua itu terjadi di kehidupan nya. Orang yang sangat ia sayangi harus menjadi rasa sakit nya dalam dunia nya.