Sayap Pelindungmu

2 1 0
                                    

Linda kini tengah berdiam diri menenangkan pikirannya yang rumit.

Ungkapan perasaan Arya kepada dirinya yang bahkan memintanya menjadi calon istrinya itu berhasil membuat Linda dilema. Disatu sisi ia memang sudah memiliki perasaan yang sama dengan Arya, tapi disisi lain mengatakan ia belum bisa menjalin kasih lagi pasca kandasnya hubungan ia dengan Ditya dua tahun lalu tanpa kepastian. Itu meninggalkan trauma berat untuk dirinya menjalin lagi asmara.

Huft.

" Waduh, dicariin rupanya disini. " pekik Anita, suaranya yang cempreng berhasil menyadarkan Linda dari lamunannya.

" Ada apa kalian nyari gua? " tanya Linda yang masih berkutat dengan isi kepalanya.

" To the point, lu jadian sama Arya? " Linda langsung menatap Anita tajam.

" Tau dari mana? "

Mereka semua terperanjat. " Jadi bener? " ucap Anita memastikan.

" Ngga. " kata Linda cepat.

Kini raut wajah mereka berubah menjadi bingung, itu terlihat dari kerutan di dahi mereka.

" Gimana sih? Iya atau ngga? " kata Anita lagi.

" Arya emang nembak gua, tapi gua belum terima, "

" Kenapa belum lo terima? " ujar Nisa memotong pembicaraan Linda.

" Gua masih bingung Nis, dia bukan cuma minta gua jadi pacarnya. Tapi jadi calon istrinya. "

Ucapan Linda berhasil membuat mereka semua melongo. " Istri? " sahut Ryan tak percaya. Linda lalu mengangguk mengiyakan.

" Jadi maksud lu, Arya ini minta lu jadi istrinya? Gila, kan kalian masih sekolah. " tutur Risky akhirnya, Linda hanya mengangkat bahu.

" Makanya itu, gua dilema nih sekarang. Belum lagi gua trauma soal relationship, terkahir gua udah sayang banget sama seseorang tapi akhirnya gua sakit hati oleh rasa sayang itu sendiri. " ucap Linda kembali teringat dimana ia disakiti oleh orang yang ia sayang dan yakini tak akan menyakitinya, Ditya. Pemuda itu berhasil membuat Linda dua tahun ini mati rasa, dan membuat dirinya trauma akan percintaan.

" Gua paham sih Lin, lu masih trauma. Tapi ga semua orang baru yang lu temui itu sama. Mungkin aja Tuhan kirim Arya ke lu, buat lu bisa lepas dari bayang-bayang masa lalu, soal Ditya brengsek itu. " ujar Nisa menasehati.

" Bener sih yang dibilang Nisa, lu harus bisa move on Lin. Dan ini kesempatan lu buat tunjukin ke si buaya itu, kalo lu bisa dapetin yang lebih dari dia. " timpal Anita yang masih duduk disamping Linda disebelah kanannya ada Ryan yang mendampinginya.

" Eh iya, menurut info yang gua denger, Arya ini tajir lho. Bokapnya pemilik perusahaan tambang terbesar di Kalimantan, dan nyokapnya punya hotel di Jakarta. Lu beruntung sih Lin kalo jadi istri dia. " tutur Nisa menjelaskan tentang Arya dan keluarganya.

Mereka menatap Nisa aneh, kenapa dia bisa sedetail itu tahu latar belakang keluarga Arya. Heran, informan banget anaknya. Wajar sih, Nisa kan emang anaknya gosip abis. Jadi ngga heran kalo ada berita baru dan besar, pasti tahu.

" Tetep aja Nis, gua ga mandang soal apa yang dia punya dan keluarga nya punya. Gua cuma ga mau yang lalu terulang, dan lagi itu dia orang punya, apa iya dia mau sama gua yang dari keluarga susah?! "

" Sst, Lin. Ga ada manusia susah atau miskin, semua sama dimata Tuhan. Loe ga boleh ngerendahin diri loe sendiri. " ujar Ryan mematahkan pendapat Linda.
Mereka semua memberi pelukan bahagia untuk Linda. Linda pun tersenyum senang memiliki sahabat yang selalu ada dan support apapun itu.

***

Bel pulang sekolah berbunyi.

" Sumpah gua ga ngerti banget penjelasan Pak Tanto, dia mah ngejelasin tapi ga bikin masuk ke otak. " gerutu Anita kesal pada guru Kimia mereka.

Pak Tanto adalah guru killer di SMA DHEIMDO, mengajar di bidang Kimia yang termasuk mata pelajaran paling tidak diminati anak IPA, bukan karena mata pelajarannya tapi guru nya yang membuat mereka tak minat pelajaran itu. Cara mengajarnya Pak Tanto sangat beda dari kebiasaan guru umumnya.
Dan dia memiliki prinsip ' PAHAM TIDAK PAHAM HARUS PAHAM ' gimana ga pada kesel coba, semua murid yang dia ajar harus mengerti dan memahami tanpa harus dia sendiri tau muridnya mengerti atau tidak. Arrggh.

" Sabar Nit, kan bapa lu itu. " ejek Nisa diikuti tawa recehnya.

Mereka pun ikut terkekeh. " Ah loe, giliran pelajaran aja ngga paham. Makanan cepet loe. " celetuk Ryan, membuat Anita jengkel tak berujung.
Ryan dan Anita memang selalu tak pernah akur, ada aja yang di ributkan.

Tapi itu menambah bumbu persahabatan mereka, tanpa mereka ngga ada kekocakkan yang jadi bahan tertawa lepas.

Mereka Linda, Ryan, Anita dan Nisa kini sedang menunggu bis di halte, karena kebetulan mereka tidak membawa kendaraan sementara Risky masih ada latihan basket untuk pertandingan classmeet nanti. Winda sendiri semenjak bel pulang tadi tidak terlihat bersama, dia keluar lebih dulu dari kelas sebelum mereka.

Saat mereka masih menunggu transportasi datang, dari arah kanan mereka melintas cepat sebuah sedan merah menerobos jalanan yang tergenang air, karena semalam hujan deras. Alhasil air yang menggenang itu terciprat kearah mereka, tidak lebih tepatnya Linda.

Aakkh.

Mereka melongo, Linda tak sanggup melihat ia menutup matanya karena sock.

Tapi ada yang aneh, kenapa ia tidak merasakan basah atau lembab pada tubuhnya. Seharusnya jika memang ia terkena semburan air tadi, seragam yang ia kenakan akan basah dan menembus kedalam tubuhnya. Tapi?

Linda membuka matanya perlahan, dan..

" Ditya? "

Ya, pemuda itu Ditya. Ia berdiri tepat menghalangi Linda agar tidak terkena cipratan air tadi, dan malah dirinya yang terkena. Posisi Ditya berdiri berhadapan dengan Linda, gadis yang masih ia cintai itu.

Ketiga teman-temannya masih melongo melihat kejadian itu.

" Ya ampun, kamu ga apa-apa? " ujar Linda seraya bertanya.

Ditya tersenyum senang, akhirnya Linda mau mengajaknya bicara meski ia harus berkorban. " Ga apa-apa Lin, kamu ga apa-apa? " tanyanya balik.

" Aku si ga apa-apa, kamu kenapa bisa ada disini? Baju kamu? " Linda membalikkan tubuh Ditya.

" Kan, kotor. "

" Lin, Lin, udah ga apa-apa  Ga usah kamu bersihin, yang ada tangan kamu kotor. "

" Tapi.. "

" Gue ada seragam cadangan di loker, pake punya gue kalo mau. " ujar Ryan tiba-tiba.

Ditya menatap Ryan " Boleh "

Ryan pun mengantar Ditya ke lokernya untuk mengambil seragam Ryan, untuk Ditya pakai mengganti seragamnya yang kotor terkena genangan air tadi.

" Ditya, " panggil Linda saat Ditya hendak melangkah.

" Ya? "

" Um, makasih udah mau lindungi aku. " ucap Linda gelagapan, tersipu malu.

Ditya tersenyum manis mendengar itu, " Aku akan selalu ada buat lindungin kamu Lin. Itu janji aku ke kamu "

Simpel, tapi berkesan dan mampu membuat Linda hanyut dalam kalimat itu. Tapi sebisa mungkin ia menahan rasa salah tingkah dan berbunga-bunga nya itu didepan Ditya, karena kini Ditya bukan lagi bagian darinya.

Inget Lin, move on! Dia masa lalumu!

Mereka berdua pun pergi kembali ke sekolah. Sementara Linda, Anita dan Nisa menunggu di halte bis.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 16 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Linda : Story of HerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang