Adu nasib

71 11 0
                                    

Di salah satu sudut restoran ramen yang sedikit lebih tenang, Kakashi dan Gojo duduk berdampingan. Kedua guru paling kuat dari masing-masing dunia ini saling mengamati murid-murid mereka yang sedang bercengkrama. Kakashi sesekali melirik Naruto yang masih ribut soal ramen dengan Yuji, sementara Gojo tersenyum lebar melihat Megumi yang terjebak dalam situasi canggung dengan Sasuke.

Gojo, dengan gaya santainya, membuka percakapan. “Kakashi-sensei, gimana rasanya punya murid yang selalu bikin onar?” tanyanya sambil menyeringai, merujuk pada Naruto dan tentunya Itadori yang sering kali ceroboh.

Kakashi melirik Gojo dengan satu mata terbuka lebar, menatap dari balik buku yang biasa ia baca. “Ah, kurasa kita berada di perahu yang sama, Gojo-sensei. Naruto, meskipun sekarang dia menginginkan menjadi Hokage, dulu… dia adalah raja masalah. Selalu keras kepala, tidak pernah mendengarkan, dan sangat suka membuat keributan."

Gojo tertawa kecil mendengar itu, lalu menanggapi, “Itadori juga sama, kalau dipikir-pikir. Anak itu punya energi yang tak terbendung, selalu berusaha melakukan hal baik, tapi tanpa pertimbangan. Sering kali dia berakhir membuat kekacauan lebih besar daripada yang dia niatkan.”

Kakashi menutup bukunya sebentar dan menghela napas. “Kalau kita bicara soal keras kepala, Naruto tidak ada tandingannya. Dulu aku hampir menyerah karena dia selalu mengacaukan latihan tim. Tapi di balik semua itu, dia punya hati yang besar. Terkadang itu yang membuatnya bertahan.”

Gojo, yang duduk bersandar dengan santai, mengangguk setuju. “Mirip dengan Itadori. Dia juga punya hati yang besar, tapi itu kadang menjadi masalah. Dia selalu ingin menolong semua orang, bahkan saat itu berisiko untuk dirinya sendiri. Apalagi dengan Sukuna di dalam dirinya, itu hanya membuat segala sesuatunya lebih berbahaya.”

Kakashi tersenyum kecil, lalu menunjuk ke arah Sasuke. “Tapi kalau kita bicara soal masalah besar, Sasuke tidak kalah. Dia begitu penuh dendam, sulit ditebak, dan sering bertindak sendirian. Aku tak bisa menghitung berapa kali aku harus mengejarnya karena dia melanggar aturan.”

Gojo tertawa keras kali ini. “Ah, Megumi juga punya sisi gelap, ya. Dia tidak sekacau Sasuke mungkin, tapi anak itu sangat keras kepala dengan caranya sendiri. Dia terlalu banyak berpikir dan seringkali mengabaikan perasaan orang lain, berfokus pada tujuan. Dan jangan lupakan fakta bahwa dia sering kali berakhir dengan keputusan yang membuat orang di sekitarnya kesal.”

Keduanya saling bertukar pandang, lalu Gojo berkata sambil tertawa, “Sepertinya kita benar-benar punya nasib yang sama, ya? Mengurus murid-murid yang selalu membawa masalah, meski dalam hati kita tahu mereka punya potensi besar.”

Kakashi menatap ke arah Naruto dan Sasuke yang sekarang sedang bersitegang kecil, lalu menghela napas panjang. “Benar sekali. Mereka berdua sangat menyebalkan saat masih muda. Tapi, di balik itu semua, mereka adalah orang-orang yang paling bisa diandalkan ketika situasi menjadi sulit.”

Gojo tersenyum lebar. “Itu mirip dengan Itadori dan Megumi. Meski kadang-kadang mereka membuatku ingin menghilang dari dunia ini selama seminggu, aku tahu mereka adalah anak-anak yang luar biasa.”

Kakashi memiringkan kepalanya, berpikir sebentar, lalu bertanya, “Tapi, Gojo-sensei, apakah kamu pernah berpikir… mungkin kita juga bagian dari masalah mereka?”

Gojo tertawa keras mendengar pertanyaan itu. “Oh, pasti! Kita guru-guru hebat, tapi aku yakin kita juga sedikit gila di mata murid-murid kita. Mereka pasti berpikir bahwa kita sama menyebalkannya seperti mereka menurut kita.”

Kakashi mengangguk setuju, dengan senyum tersembunyi di balik topengnya. “Mungkin kamu benar. Tapi itulah yang membuat hubungan guru-murid ini spesial. Mereka membuat kita frustasi, tapi juga mengingatkan kita untuk tetap berdiri di sisi mereka.”

JUJUTSU KONOHA TIM 7 CANON  - Shinsojae Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang